ennéa

177 31 6
                                    

Hari ini seisi negara digemparkan oleh tersebarnya undangan pesta ulang tahun Raja. Gerbang yang sudah beberapa tahun tidak terbuka untuk umum, pada akhirnya kembali terbuka untuk semua masyarakat dalam berbagai kalangan. Berbondong-bodong semua orang berbelanja ataupun membuat sebuah gaun serta set pakaian untuk dipakai. Mereka ingin berpenampilan terbaik untuk berhadapan dengan Raja.

Seminggu ini pula istana terlihat semakin ramai, Izana mendatangkan banyak pekerja untuk meringankan beban kerja acara yang hanya tinggal menghitung hari. Semua persiapan yang berada di bawah tanggung jawab Kakucho sudah selesai setidaknya 90 persen. Dalam seminggu pula ratusan hadiah kiriman negara tetangga sudah memenuhi ruangan. Mereka yang menjalin hubungan erat dengan Tenjiku tentu tidak ingin kesempatan untuk semakin akrab malah berakhir sia-sia.

Selain hangatnya topik acara Raja, ada topik lain yang tak kalah hangat di permukaan. Masyarakat biasa ataupun golongan bangsawan senantiasa menanti jawaban resmi dari Sang Raja. Maka dari itu, kali ini penasihat Raja--Yasuhiro Muto memberikan saran agar Raja segera memberikan kejelasan.

Izana sendiri patuh-patuh saja. Ia mendatangkan seseorang dari penerbit surat kabar terkenal untuk bertanya apa saja. Nantinya semua jawaban Raja akan diliput pada surat kabar.

"Selamat pagi Yang Mulia Raja Izana. Perkenalkan saya Ben, saya adalah utusan dari penerbit X untuk mewawancarai anda." Pemuda ini tidak lupa memberi hormat.

"Ya, mulailah."

Seorang pelayan menarik kursi untuk mempersilahkan Ben duduk.

"Terimakasih. Baiklah saya akan memulainya."

Ben membuka sebuah buku lalu menyiapkan sebuah pena serta tinta hitam.

"Beberapa bulan ini tersebar rumor bahwa Raja Tenjiku membawa pulang seorang perempuan berstatus budak. Apakah itu benar?"

"Benar."

Ben mencatat jawaban Izana di bukunya.

"Masyarakat meyakini bila Yang Mulia Raja Izana memiliki hubungan spesial dengan budaknya. Bagaimana tanggapan anda?"

Izana tampak berpikir, kemudian ia beralih pada seseorang yang duduk di pangkuannya. Ia tersenyum lalu mengecup singkat bibir orang itu.

"Bagaimana jika kau melihat sendiri kenyataannya?"

Kakucho yang berdiri tepat di belakang Izana sebisa mungkin menahan geraman. Bisa-bisanya seorang Raja berprilaku seenaknya, Kakucho tidak habis pikir.

Dengan canggung Ben mengangguk paham padahal ia sendiri bingung ingin menulis apa di bukunya. "Ekhem, b-baiklah saya lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya."

"Timbul berbagai pro dan kontra dari pandangan masyarakat terhadap hubungan Yang Mulia. Sebagian besar meyakini bila Yang Mulia telah jatuh hati pada perempuan tersebut sehingga tidak sedikit yang berpendapat bila perempuan tersebut akan segera dijadikan Selir maupun ... Ratu. Apakah Yang Mulia dapat memberikan kejelasan mengenai hubungan anda?

Bukannya menjawab, Izana malah menompang dagu dengan lengan sembari menatap lurus wajah seseorang di pangkuannya.

Orang itu mulai mengalihkan pandangan, ia merasa malu. "Y-yang Mulia fokuslah pada wawancara anda."

Izana tersenyum lebar, tetap menatap wajah orang itu tanpa ada niat menatap lawan bicaranya. Perlakuan seenaknya ini malah menjadi ancaman tersendiri bagi Ben. Pemuda itu tengah menahan takut serta cemas bila Raja ingin membunuhnya setelah salah berucap.

"Heh ... baiklah-baiklah aku akan menjawabnya."

Akhirnya Ben bisa bernapas lega.

Izana kembali melanjutkan ucapannya. "Tadi kau bertanya mengenai kejelasan hubungan ku dengan perempuan di pangkuanku ini 'kan?"

Chorós | Kurokawa Izana x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang