dýo

282 38 1
                                    

"Kokonoi Hajime apakah kau bersedia untuk bekerja di bawah perintah Raja Tenjiku?" Suasana menjadi tegang saat perdana menteri Tenjiku mulai membuka suara.

"Ya. Saya bersedia," jawab Hajime. Selain itu ia sudah tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan tameng kerajaan dan ia hanya akan berakhir mati digantung setelah menjalankan bisnis illegal di wilayah Tenjiku bila menolak perintah Izana.

Izana beranjak dari singgahsananya. Ia mendekati Hajime untuk membisikkan sesuatu. "Aku menantikan pertunjukkan barumu di dunia bawah."

Hajime tersenyum lebar, pemuda ini paham betul maksud Rajanya.

"Baik Yang Mulia."

"Kokonoi Hajime akan tinggal di kediaman Marquess Ran. Apakah Marquess Ran keberatan?" Jika sudah seperti ini siapapun tidak bisa membantah Izana, sebab ucapannya bukanlah pertanyaan melainkan perintah.

Ran tersenyum. "Menambah satu orang tidak membuat kediamanku penuh, Yang Mulia. Akan hamba jalankan perintah anda."

Kali ini Izana mengalihkan perhatiannya pada seseorang yang ditutupi jubah. Orang ini yang tadi diseret oleh Shuji hingga ke ruangan. Rantai besar berkarat masih mengikat kedua tangan, melihatnya saja Izana sudah mengenal siapa orang di balik kain tipis itu.

"Shion, buka kain itu."

Srakk

Paras bak Dewi menyambut pengelihatan para pemuda di satu ruangan. Mereka terpukau.

"Heh ... dilihat dari dekat kau sangat cantik ya," puji Izana seraya memainkan surai putih panjang milik perempuan itu.

'Situasi seperti apa ini?'

"Jika Yang Mulia izinkan, bolehkan hamba yang menjaga budak itu?" Marquess Ran mendekati Raja, ia sedikit menunduk kala berucap.

"Dia cukup berani," gumam Shuji.

Tangan Izana mulai mengelus rahang si budak hingga membuat perempuan dengan mata serta mulut yang tertutup mengernyitkan dahi. "Hm? Ku akui keberanianmu, Marquess. Sayangnya aku sendirilah yang akan menjaga budak ini."

'Seorang budak bersama Raja? Entah apa yang akan tuan baruku ini perbuat.'

'Apapun itu yang penting aku mati secepatnya.'

Duke Tetta tampak tertarik dengan maksud Raja. "Sangat jarang melihat Yang Mulia berurusan dengan perempuan terlebih seorang budak. Apakah anda yakin Yang Mulia?"

Entah apa yang menjadi penyebabnya keadaan menjadi sangat suram. Raja Izana melayangkan tatapan datar pada Duke Kisaki Tetta.

"Jadi ... kau meragukanku?"

"T-tidak pernah terpikirkan oleh hamba, Yang Mulia. Hamba mohon maaf."

Izana tidak membalas permohonan Tetta. Perhatiannya hanya tertuju pada sosok di hadapannya.

"Kurasa sudah tidak ada lagi yang perlu kita bahas." Ucapan Izana menyadarkan mereka bahwa Izana bermaksud mengusir.

Count Hanma tertawa renyah. "Kalau begitu saya izin pamit, Yang Mulia."

"Saya juga izin pamit, Yang Mulia."

"Hm."

Ketika semua bangsawan sudah meninggalkan ruangan, menyisahkan Sang Raja beserta bawahannya. Izana mulai membuka penutup mata serta mulut perempuan di hadapannya. Ia juga membuka paksa rantai berkarat itu hingga rantai tersebut patah.

'Patah? Dia sekuat apa?'

Perlahan-lahan ia membuka kelopak mata, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata.

Chorós | Kurokawa Izana x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang