déka

304 42 5
                                    

Tepat pukul 8 malam pintu besar yang menutupi aula terbuka dengan lebar. Secara teratur setiap orang mulai masuk tidak lupa menunjukkan kartu undangan mereka. Suara bisik-bisik dari berbagai kelompok terdengar berbenturan, mereka tengah mencari relasi untuk membangun hubungan.

Jantung berdebar dengan cepat, belum sanggup menantikan hal di depan sana. Sang pemuda mencoba menenangkan dengan mengelus perlahan tangan digenggaman.

Perempuan itu menunduk menatap gaun bagian bawahnya. "Saya tidak pantas masuk bersama Yang Mulia."

"Masuk dalam gandenganku atau dalam gendonganku?"

"G-gandengan saja."

Izana terkekeh lalu mengelus kepala perempuan itu. "Yosh, anak baik."

Kedua insan ini memasuki ruangan, membawa semua pasang mata menatap ke arah mereka. Meski demikian, tidak ada satu pun orang yang berani membuka suara. Sampailah Izana di atas panggung, meninggalkan perempuan itu di bawah sana karena ia diwajibkan untuk membuka acara.

"Senang melihat kalian semua dapat menghadiri undanganku. Silahkan nikmati hidangan yang ada."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, keheningan aula langsung berganti dengan suasana yang hidup. Lantunan musik orkesta kembali berbunyi serta beberapa dari mereka mulai mendekati Izana untuk memberi ucapan.

"Selamat ulang tahun, Yang Mulia Raja Izana. Saya memberikan ini sebagai hadiah anda, semoga anda menyukainya." Duke Kisaki memulainya, ia menyerahkan sebuah surat kepemilikan tambang emas pada Izana.

"Oh? Terimakasih, akan ku terima." Izana menerima surat tersebut lalu memberikannya pada Kakucho.

"Hadiah yang bagus, Duke Kisaki," sahut Marquess Ran dari arah belakang.

"Selamat ulang tahun Yang Mulia, saya harap anda menyukai hadiah yang kemarin saya berikan pada anda."

Izana mengangguk. "Ya, terimakasih untuk tambang berlian yang kau berikan."

Decakan kesal keluar dari Tetta, membuat Ran menyeringai kala menyadarinya. Terpikirkan suatu ingatan, Tetta mencoba membalas. "Oh ya, saya mengingat suatu hal bila Marquess ingin mengenalkan kekasih barunya saat acara. Lantas, ke mana perginya kekasih anda?"

"Sayang sekali gadisku tidak dapat hadir dalam acara Yang Mulia karena sedang sakit."

"Aniki ku yang bodoh baru saja diputusi oleh kekasihnya," celetuk Rindou yang baru saja tiba.

Shuji tertawa mendengarnya, ia menepuk bahu Ran seolah mengasihannya. "Marquess Ran, kau memang pandai berbual, tetapi kau malah memiliki seorang adik yang sangat jujur."

"Rin, sialan," gerutu Ran.

"Lagipula, di mana Yang Mulia? Saya belum memberinya ucapan selamat," ujar Hajime.

Tanpa mendengar jawaban, mereka sudah mengetahuinya. Ketimbang menyibukkan diri dengan menerima semua hadiah serta berbincang-bincang dengan para tamu, Izana lebih memilih membawa perempuannya berkeliling seraya menyantap hidangan.

"Hime harus mencoba ini," ujarnya sambil menyuapi sesendok kue.

"Yang Mulia ... anda membuat saya merasa amat kenyang."

"Benarkah? Kalau begitu kita akan istirahat terlebih dahulu."

"Anda adalah pemilik acaranya, bukankah lebih baik bila anda menikmati acara? Saya akan istirahat sendiri di sana." Perempuan itu membalas lalu menunjuk sebuah kursi di sudut aula.

"Ucapan Hime benar, Izana-sama. Anda harus membuka interaksi yang baik kepada para bangsawan," tambah Kakucho.

Mau tidak mau Izana menuruti. "Baiklah. Perintahkan Shion menjaga Hime di sana." Kakucho mengangguk lalu memberi isyarat pada Shion.

Chorós | Kurokawa Izana x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang