októ

187 35 2
                                    

16+ 🤔

.

.

.

Fajar menyambut sepasang insan dari tidur selama beberapa jam. Memaksa kelopak terbuka saat berhadapan dengan cahaya dan melakukan berbagai peregangan sebagai persiapan. Sang pemuda kembali membawa Sang wanita ke dalam dekapan, membiarkan yang didekap menyesap aromanya hingga terbuai akan kelembutan.

"Saya akan memanggil dayang untuk membantu anda mandi," ujar si perempuan dibalas gelengan oleh Izana.

Ia mengernyitkan dahi kebingungan. 'Apakah dia ingin Kakucho-san yang membantunya mandi?'

Sedetik kemudian pikiran melenceng langsung ditepi. 'Ah, tidak mungkin.'

"Lantas, Yang Mulia ingin dibantu oleh siapa?"

Izana meraih dagu perempuan itu, tangannya bergerak mengelus-elus rahang. Bibir manis miliknya mendekat ke arah daun telinga Sang pujaan. Membuat tubuh merinding kala merasakan hembusan napas si pemuda.

"Aku ingin kau membantuku mandi," bisik Izana.

Rasa panas di wajah menggambarkan jelas betapa meronanya perempuan itu. "Eh!? M-maksud a-anda-"

"Hime-sama tidak mau?" Bak anjing yang menatap sedih membuat siapapun tidak akan tega, terlebih pandangan tidak bisa menepis betapa menggemaskannya orang ini.

Kedua tangan menutup wajah setelah tak kuasa menahan debaran. Ingin menolak tetapi tidak berani, lagipula siapa yang berani menolak permintaan Raja?

"T-tidak, m-maksudnya saya tidak akan m-menolak."

Kekehan pelan dari Izana sedikit membuatnya lega, namun rasa aman tidak berlangsung lama karena tanpa diketahui olehnya Izana sudah menyeringai. Pemuda itu berniat menggoda, menantikan tingkah si wanita yang pasti menggemaskan. Ia menggigit pelan daun telinga perempuan itu hingga menghantarkan impuls berupa getaran rasa tegang bercampur merinding.

"Yang mulia!"

Izana semakin tersenyum jahil. "Jika kau tidak membiarkanku mencium bibirmu, aku akan mencium bagian lain."

"Masih banyak bagian tubuh yang tidak kau tutupi. Ada ini, ini, lalu ini." Ia berkata sembari mengelus dari area leher, dada, hingga ke perut menggunakan telunjuk. Rasa geli tidak tertahan, kedua tangan yang menutup wajah langsung terlepas guna menghentikan tangan Izana yang terus merajarela.

Tidak membuang kesempatan, bibir Izana langsung membungkam bibirnya. Mengecup sejenak dan berganti dengan lumatan ganas. Entah sejak kapan pula, Izana sudah menahan perempuan itu di bawah tubuhnya, mengakibatkan ketidakberdayaan atas percobaan perlawanan. Ciuman pun berlangsung lama seolah dunia akan berakhir bila Izana melepaskannya.

"Mohon maaf mengganggu waktu anda-" Sebelum menyelesaikan kalimatnya, sosok perdana menteri yang baru saja membuka pintu kamar tampak mematung. Sejenak mencerna keadaan lalu telapak langsung menutup mata.

"Sarapan sudah disiapkan, Izana-sama dan hime-sama bisa menuju ruang makan selepas bersiap. Hanya itu yang ingin saya katakan, saya izin permisi."

Pintu kembali tertutup, kedua insan perlahan melepas pegutan mereka. Saling tersenyum canggung untuk mengalihkan rasa canggung.

"Satu hal lagi." Kakucho kembali membuka pintu, kali ini hanya kepalanya saja yang terlihat. Tidak lupa dengan tangan yang masih menutup mata.

"Saya tidak melihatnya."

Dusta.
Mereka tahu itu, terutama setelah mendengar tawa dari luar sana. Kali ini Sang Raja berhasil dibuat sangat malu oleh bawahannya.

Chorós | Kurokawa Izana x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang