Zutto isshi ni itai (II)

292 65 52
                                    


Comission by mikuu_Nieta

Genre: Romansa sederhana, bumbu hurt comfort/ 5097 kata

................🌺🌺🌺.................

Berbulan-bulan yang lalu ...

"Selamat Nar, menuju penghargaan nasional."

"Kalau menang Dei--dari infonya sih pertandingan ini pembuka untuk kompetisi internasional di dua tahun mendatang."

"Berarti kau harus benar-benar siap dong. Aku mastih tidak menyangka kau bisa sampai sejauh ini, pembalap profesional muda."

"Usiaku sudah 25 tahun Dei."

"Hahaha, waktu yang terburu-buru ya. Aku berdoa untukmu dan kau harus berhati-hati. Aku tahu ini kompetisi bergengsi. Tapi, keselamatanmu lebih utama. Jangan gegabah, kau mengerti 'kan?!" Deidara Namikaze memeluk sebentar adiknya, mendesah ringan di balik rasa khawatir yang dia pendam.

"Dei, arena balap tidak sama dengan kertas kanvas, bukan juga permukaan foto dokumenter budaya. Siap tidak siap, nyawaku taruhannya."

"Aku tidak tahu menahu soal risiko kematian yang pantas dilelang oleh semua pembalap dunia, kalau untuk adikku berbeda ceritanya."

"Akan kubuktikan bahwa ini hanya masalah fokus dan kecepatan, aku pasti menang. Kau percaya 'kan?"

Napas Deidara berembus rendah dan dia berkata, "Walau terpaksa. Omong-omong, remnya sudah dibetulkan?"

"Belum." Raut Deidara sontak berubah tak senang, "Serius aku lupa."

"Kau melupakan hal sepenting ini? Nasebanaru?!"

"Aku tidak sengaja." Dei masih terdiam, belum puas akan jawaban adiknya ini. "Firasatku baik soal ini, oke? Harusnya aku yang gugup, bukan kau." Naru tersenyum, senyum yang bagi Deidara menambah kecemasannya.

     Tepat tiga puluh menit berikutnya kecelakaan hebat di arena balap menimpa Nasebanaru. Mobilnya hilang kendali di putaran terakhir dan dia gagal menghentikan putaran roda akibat sistem rem yang memang rusak.

      Nahasnya pula, angka kelajuan yang terlampau tinggi mengakibatkan mobilnya terpental, terhempas ke pembatas. Barangkali tangki bahan bakar pecah, dan panasnya mesin memancing percikan api. Nasib mujur bagi Nasebanaru, pertolongan datang di waktu yang pas dan mereka berhasil mengeluarkan tubuhnya yang telah pingsan, sebelum api membakar badan mobil seutuhnya.

     Mimpi buruk usai setelah dua hari dia terbaring koma di rumah sakit. Nasebanaru bangun dengan nyeri luar biasa di kepala. Meneliti sekitar, lantas ekspresi sendu nan pilu sang kakak berangsur-angsur mengumpulkan kesadarannya. Sebuah info yang jelas tidak pernah diharapkan, sampai-sampai menyentak nuraninya dua kali lipat dari kecelakaan yang masih diingat.
Sejak saat itu, semua tiada lagi sama.  Nasebanaru berubah dingin, gampang tersinggung dan bukan lagi sosok menyenangkan serta peduli seperti penilaian dahulu.

     Begitulah memori singkat yang kini menjadi dampak pergantian kepribadian Nasebanaru. Putus asa telah mengakar di pikirannya. Enggan lagi mendengar cerita orang-orang mengenai kelanjutan hidupnya kelak di mana dia meyakini inilah akhir dari usaha, melainkan yang tertinggal hanya percuma.

.......🌺.......

     Hinata membisu, situasi saat ini tidaklah sesuai dengan kehendaknya. Bukan bingung, namun dia merasa sukar untuk menanggapi. Cincin permata masih menempel di kotak beludru cantik berwarna hitam, terletak di permukaan meja tepat di depan matanya. Sepintas dia tersenyum, binar matanya mengatakan bahagia. Sekian menit air mukanya muram, menyusul tetes demi tetes air mata yang turun.

ANTOLOGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang