Kecemburuan Mama Hinata

600 88 14
                                    

Tanpa terasa, setiap harinya begitu cepat berlalu. Siang dan malam silih berganti. Begitu pula dengan musim yang terus bergulir. Kediaman Uzumaki sangat jauh berbeda sekarang. Segalanya telah berubah berikut dengan suasana baru.

Di dalam kamar utama yang sekarang bernuansa krem dan cokelat keemasan. Perabotan mewah kayu jati yang dipernis apik, berhiaskan ukiran-ukiran indah dari seniman terbaik. Di atas ranjang berukuran paling besar tersebut masih terbaring nyenyak sang kepala keluarga. Ketampanan di wajahnya seakan enggan untuk sirna. Dia seolah terlahir memang demi ketampanan yang hakiki. Bertelanjang dada dan hanya menggunakan bokser seperti kebiasaan dirinya sejak dulu. Tubuh setengah telanjangnya bersembunyi di balik selimut berbulu halus.

Keadaan di kamar tampak senyap, hanya terdengar tetesan air dari kran yang mengalir ke bathtub. Mengingat ini sudah jam 6 pagi dan istri si pria tidur itu terbiasa mengisi bathtub selagi sang suami belum bangun.

Beberapa detik kemudian pintu kamar dibuka perlahan. Istri cantiknya masuk dengan langkah berjinjit gemulai nan anggun. Ia sangat berhati-hati menutup pintu, lalu menguncinya.

Hinata seperti merayap, menaiki ranjang dan gerakannya diatur sedemikian rupa agar sang suami tidak terusik. Berlanjut dirinya menyusup masuk ke balik selimut dan menindih tubuh kekar suaminya tersebut.

Ia melipat kedua tangan di atas dada suaminya. "Sayang, bagaimana bisa kau begitu tampan?" gumamnya sembari mengembangkan senyum cantik di sudut bibirnya. Belum puas hanya mengamati, ia mendekatkan wajahnya, memuyu-muyukan Hidung mungil miliknya ke hidung mancung prianya kemudian.

"Apa yang sedang kau lihat, Hinata?" pria itu bersuara setelah mengecup sekilas bibir istrinya.

"Mengagumi wajah suamiku." jawabnya enteng seraya tersenyum mengembang, jelas Naruto spontan membalas dengan gelagat yang sama.

"Sayangku ini ya... kau begitu suka merayuku?"

"Salahkan wajah tampanmu ini." ia menyentuh garis wajah suaminya menggunakan jari telunjuk. Sentuhan yang sangat lembut dan sensual. Membuat prianya reflek memejamkan mata seraya meresapi halusnya jari-jari mungil itu di kulit wajahnya. Saat sentuhan Hinata beradu di bibir seksi milik suaminya. Pria itu sontak menggigit pelan jari Hinata sebelum mengulumnya kemudian.

"Naruto..." Hinata berteriak manja seraya mencoba menarik jarinya.

"Beri aku gantinya."

"Ini masih pagi..."

Naruto nenyeringai, kemudian berkata, "Jangan beralasan, sayang. Kau sendiri yang membangunkannya."

"Maaf, suami... istrimu tidak sengaja." goda Hinata, ia terkekeh geli. Wanita itu sedari tadi sengaja menggesek-gesekkan miliknya dengan milik suaminya. Pria itu sudah menegang di bawah sana.

"Dia lebih mudah untuk dibangunkan. Tidak seperti dirimu." Naru tergelak. Pria itu sudah biasa menyaksikan tingkah istrinya yang memang suka merayu dan menggodanya.

Sesaat Naru bergumam menahan suaranya. "Kurasa aku mau yang istimewa untuk hidangan pagi ini." senyuman pria itu mengembang, ia menaikkan satu alisnya. Dan akhirnya Hinata menarik tengkuk suaminya tersebut sebelum mencium bibirnya mesra.

Aktifitas berlanjut, Naru menyingkap dress Hinata ke atas dan menurunkan celana dalam istrinya. Erangan terlepas dari ke dua bibir mereka, saat Naruto menelusupkan miliknya ke dalam Hinata.

"Aku ingin ada bayi lagi. Anak-anak juga sudah besar." suara istrinya terdengar manja bagai bujukan manis.

"Siap dilaksanakan, Nyonya Uzumaki!" seru Naruto sebelum mereka menjemput kenikmatan bercinta di pagi hari.

ANTOLOGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang