"Baiklah, kita kembali lagi ke topik hari ini. Silakan, Margaret." Sang pembawa acara pria bicara.
Pembawa acara wanita melanjutkan, "Terima kasih, Andrew. Baik, saya langsung ke topik pembahasan hari ini. Seperti yang telah kita ketahui bersama, akhir-akhir ini, kita dihebohkan oleh sebuah kasus yang melibatkan siswa "A" dari Akademi Alberque Schneider yang memukuli gurunya hingga tewas."
"Ya ampun, betapa mengerikannya!" Pembawa acara pria menanggapi dengan intonasi ngeri.
Pembawa acara wanita mengangguk, "Benar. Terdengar sangat mengerikan. Korban ialah guru kesenian yang diketahui tengah menggarap proyek untuk pameran tunggal yang akan diselenggarakan tahun ini juga."
"Betapa tidak bermoralnya!" Lagi, pembawa acara pria mengomentari.
"Benar, amat tidak bermoral," tanggap pembawa acara wanita, "akan tetapi, dalam sidang yang diselenggarakan seminggu setelahnya, diketahui motif dari siswa tersebut adalah menolong seorang siswi yang tengah dilecehkan oleh sang guru."
Kali ini pembawa acara pria berujar, "Oh, kalau itu memang benar, sebenarnya pemuda itu sangat gentle. Tapi kenapa aksinya berakhir sebagai kasus pembunuhan?"
"Dalam data-data yang diajukan kepada pihak juri, rupanya siswa 'A' tersebut memiliki catatan kelam saat masih kecil sebagai seorang saksi mata tindak pelecehan yang merenggut nyawa. Diketahui korban yang meninggal adalah orang yang berharga bagi siswa tersebut."
Pembawa acara pria mengangguk takzim, "Begitu, rupanya. Jadi ketika melihat adegan pelecehan itu, dia teringat lagi akan traumanya di masa lalu, ya? Mungkin sedikit banyak aku memahami perasaannya. Dia pasti diliputi perasaan bersalah karena gagal menyelamatkan orang yang berharga baginya. Rasanya marah dan menyesal bukan main. Sungguh, sepertinya hampir tak mungkin dia tidak lepas kendali saat peristiwa itu terjadi."
"Benar, Andrew. Sebelumnya aksi siswa 'A' ini banyak mendapat kecaman dan kemarahan publik. Akan tetapi, selepas bukti-bukti percakapan sang korban pelecehan sekaligus saksi, siswi 'A' yang mengakui semuanya serta rekam jejak siswa 'A' yang memiliki riwayat trauma beredar, masyarakat berbalik simpati dan menuntut keadilan. Bahkan, siswi 'A' memohon pada pihak pengadilan agar hukuman terhadap siswa 'A' dicabut. Keluarga korban sempat tidak terima dan protes akan hal ini. Tapi kemudian entah mengapa tiba-tiba mereka setuju untuk menghapuskan hukuman pada tersangka."
"Mungkin mereka tidak bisa mengelak dari bukti-bukti yang ada serta kecaman publik," pembawa acara pria kembali mengangguk, "tetapi, mengapa bisa seorang guru sekolah unggulan sampai bertindak seperti itu?"
Pembawa acara wanita menjawab, "Setelah dilakukan penyelidikan oleh tim Ketua OSIS Akademi Alberque Schneider, rupanya Akademi tersebut banyak menutupi kasus-kasus menyimpang dalam lingkungan sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, mari kita dengarkan pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh ketua OSIS Akademi Alberque Schneider yang juga presdir muda Aikawa Group, Aikawa Mafuyu, dalam konverensi pers yang diadakan tempo hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Phantomic Theatre [USSS]
Fanfic[Book 1 Major Project Utaite Phantasmagoria Universe] "Aku ingin menjatuhkan sekolah ini." Sakata mengerjap, tak begitu mengerti jalan pikiran sahabatnya yang baru saja dilantik jadi ketua OSIS ini. "Bukankah kau tahu sendiri? memangnya kau puas den...