Part 4

213 30 6
                                    

Di lobi gedung menuju ruangan tempat Zhan akan bekerja, dia yang sedang berjalan sambil menikmati alunan musik dari airpod yang tersemat di telinga, merasa terkejut dan memutar bola matanya malas saat tangan sang atasan tiba-tiba saja merangkul pundaknya.

"Lagu apa?" tanya Jiacheng penasaran.

"Kodaline," jawab Zhan yang masih bisa mendengar tanya teman sekaligus atasan satu profesinya itu.

"Sepagi ini? Apa kau masih memikirkan Yao Yang, si brengsek itu? Yak! Bukankah sudah kubilang, dia itu buaya, cih ... buat apa kau susah payah bersedih untuk pria macam itu," cecar Jiacheng yang juga mengetahui masalah percintaan rekannya itu.

"Sebaiknya kau diam saja, pria tua," tekan Zhan, dia sudah benar-benar muak bahkan untuk mendengar seseorang menyebut nama si mantan.

"Baiklah tukang marah," sesal Jiacheng dengan suara lirih, sebab sedikit menyesal atas argumentasinya. "Ah benar, sebaiknya kita cepat bekerja saja, ayo kawan."

Zhan tidak menjawab lagi, lantas keduanya melangkah beriringan masih dengan salah satu lengan Jiacheng yang tersampir di bahu Zhan menuju ruang yang akan mereka kerjakan.

Baik Zhan maupun Jiacheng langsung fokus pada pekerjaan mereka begitu tiba di sana, menyesuaikan beberapa sudut dengan cetak biru yang sudah disepakati dengan si pemenang tender. Sampai beberapa saat, Zhan yang hanya diberitahu oleh sang ayah kalau pegawai bantuan akan langsung menuju ke lokasi kerjanya saat ini tanpa pemberitahuan lebih lanjut, hanya bisa menunggu.

"Zhanzhan ... bagaimana, apa ayahmu setuju?" Jiacheng langsung bertanya tentang tugas yang dia berikan kepada Zhan.

"Ck ...," hanya sebuah decakan sebagai jawaban atas pertanyaan sang atasan.

"Permisi," suara seseorang dari arah pintu ruangan yang terbuka membuat dua orang di dalamnya menoleh secara bersamaan. "Saya dari Yiling Garden Property, diperintahkan untuk menemui Tuan Muda Xiao di sini, perkenalkan saya Wang Yibo, staff pemasaran di sana," ucapnya.

"Kenapa dia? Dia kan kepala bagian pemasaran? Bukankah seharusnya dia banyak kerjaan?" batin Zhan, dirinya sama sekali tidak menyangka kalau orang yang akan ayahnya kirim untuk membantunya adalah pria ini, Wang Yibo, pria soda. "Astaga," keluh Zhan sembari memijat pangkal hidung. Hal itu sukses mengalihkan perhatian Jiacheng yang tepat berada di sampingnya.

"Jadi, dia orang yang ayahmu kirim?" tanya Jiacheng pada Zhan, yang dibalas anggukan juga senyum kecut di bibirnya. "Baiklah, silakan masuk Tuan Wang-"

"Yibo, panggil saja seperti itu," potong Yibo sambil melangkah masuk ke dalam ruangan itu.

Sementara, Zhan terlihat memejamkan matanya frustasi, dalam benaknya merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa jantungnya justru berdetak tak beraturan saat mereka bertemu tatap tadi. "Dasar bodoh!" monolognya.

"Baiklah Yibo, jadi seperti yang saya katakan tadi, ini cetak biru yang sudah disetujui, kami sangat membutuhkan sense cerdas untuk memilih properti yang sesuai dengan rancangan ini, sesuai dengan budget tapi juga tetap berkualitas, dan saya minta tolong untuk dikerjakan dalam waktu kurang dari satu bulan, karena customer kami ini agak sedikit, yahh, kau pasti sering bertemu yang semacam ini, 'kan?" terang Jiacheng, sementara Zhan hanya diam sepanjang bosnya menerangkan pekerjaan mereka. Sampai suara Jiacheng menginterupsinya, "Zhanzhan akan membantumu jika kamu memerlukan sesuatu di sini. Benar begitu, 'kan?" Tidak mendapat respon, Jiacheng pun menepuk pundak Zhan, hal itu mendapatkan respon acuh dari Zhan, membuat Jiacheng merasa curiga pada bawahannya itu. Sedangkan Wang Yibo, hanya menganggukan kepalanya mengiyakan ucapan Jiacheng. Sekali lagi Jiacheng memberi tekanan lebih keras untuk menepuk lengan Zhan, mungkin itu bisa menariknya kembali ke sadarnya.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang