Part 8

115 19 7
                                    

Lima bulan sudah pasangan kekasih Yibo dan Zhan telah berjalan dengan bahagia, selama itu pula mereka semakin saling tahu kepribadian masing-masing. Bagi Yibo, Zhan adalah setengah hidupnya, kata cinta mungkin kurang untuk menunjukkan betapa dirinya begitu dalam menaruh perasaan pada prianya. Bahkan dalam kesehariannya, Zhan akan menjadi prioritas utama dalam melakukan apapun. Yibo selalu ada untuk Zhan, dari mengantar jemput, menemaninya makan siang saat breaktime atau sekedar menemani sang kekasih bertemu klien. Itu pun bila Yibo sedang tidak sibuk di kantor, karena Zhan akan marah besar bila dia meninggalkan pekerjaan. Dirinya sampai mengadu pada sang ayah karena hal itu. Memang benar Yibo sangat memanjakannya, tapi Zhan sadar bahwa sang kekasih juga punya kehidupan sebelum bertemu dirinya. Apalagi belakangan dia seperti kerasukan setan bucin. Setiap lima menit sekali pasti akan mengirim pesan ke ponsel Zhan menanyakan apa yang sedang dia lakukan. Terkadang Zhan merasa sedang mengencani anak SMP yang baru mengenal cinta.

Sampai Zhan akhirnya memarahi Yibo habis-habisan karena hal itu, dan Yibo hanya diam menerima amukan sang kekasih. Karena saat Zhan marah, dirinya jadi bisa melihat sisi lain sang kekasih yang belum pernah dia lihat.

"Sedang marah pun pacarku sangat menggemaskan," pikirnya.

Tapi Yibo pun selalu bisa mengembalikan senyum Zhan dengan cepat, dia tinggal mendekap kekasih yang umurnya lebih tua darinya itu erat-erat sambil membisikkan kata, “Aku melakukannya karena aku terlalu sayang padamu, jadi terima saja cintaku ini.” 

Setelahnya Zhan akan tertawa dan kemudian memukul lengan yang lebih muda, sebab cara itu memang benar-benar sangat efektif.

Bicara mengenai orang tua Zhan, benar, presiden direktur atau bosnya atau atasannya merangkap calon mertua, setidaknya itulah yang selalu Yibo sebut dalam doanya. Tuan dan Nyonya Xiao selalu menyambut baik sang calon menantu. Ya, sudah diputuskan memang oleh orang tua Zhan, kalau Yibo akan menjadi menantu mereka. Melihat dari keseriusan pemuda itu pada putranya, dan sang putra yang juga enggan untuk lepas dari kekasihnya, membuat mereka memutuskan untuk segera meresmikan hubungan keduanya ke tahapan yang lebih serius. Terlebih Zhan beberapa kali menginap di apartemen Yibo, hal itu sedikit banyak membuat orang tua Zhan khawatir. Meski kenyataannya mereka hanya menghabiskan waktu berdua untuk mengobrol dan membuat kenangan indah berdua, seperti yang Yibo sering katakan pada Zhan, “Ayo membuat kenangan indah selagi kita bersama.”  

Pagi ini, Yibo yang sudah ada di ruang tamu rumah Zhan tiba-tiba dihampiri oleh orang tua Zhan, dia merasa sedikit gugup, karena biasanya selama ini saat dirinya menjemput sang kekasih, kedua orang tua Zhan sekedar menyapanya sambil lalu, dan melakukan aktivitas pagi mereka masing-masing. Namun kali ini, Yibo yang dihadapkan dengan situasi seperti ini merasa terintimidasi.

“Nak Yibo, ada yang ingin kami bicarakan denganmu, tapi kita tunggu Zhanzhan turun, ya?” ucap sang nyonya rumah dengan anggun nan lembut.

“Iya, Nyonya.”

“Sudah kubilang panggil aku ibu, astaga anak ini,” protes Nyonya Xiao.

“Ah, iya, Bu,” ralat Yibo.

"Ada apa ini, tumben kalian duduk bersama, apa Ayah tidak ke kantor?" Zhan yang baru saja turun dari kamarnya, merasa aneh melihat pemandangan di hadapannya. Ketiga orang terkasihnya sedang berada dalam satu ruangan, dengan wajah Yibo yang terlihat sedikit tegang. Ya, sedikit banyak Zhan mulai paham dengan ekspresi kekasihnya, meski orang lain tetap tidak akan bisa menebak gestur seorang Wang Yibo.

“Kemarilah Zhan, ada yang ingin kami bicarakan dengan kalian,” ucap sang ibu seraya mengambil lengan sang putra lalu mendudukannya tepat di sampingnya, sementara Yibo tepat berada di hadapan mereka bertiga dan duduk di sofa yang berjumlah dua orang, sedangkan Zhan juga kedua orang tuanya duduk di sofa yang paling panjang.

“Serius sekali,” lirih Zhan seraya menatap sang kekasih, dia melemparkan senyuman dan dibalas dengan senyuman Yibo yang sedikit kaku, Zhan tahu bahwa kekasihnya pasti sedang sangat gugup.

“Tentu saja harus serius,” terang sang ayah, membuat suasana semakin terasa mencekam bagi Wang Yibo.

“Haish, jangan membuatku takut, Ayah,” rengek Zhan.

“Baiklah. Yibo, seperti yang sudah istriku bilang tadi kalau ada hal penting yang harus kami sampaikan pada kalian. Ini mengenai hubungan kalian berdua---”

“Kenapa dengan hubungan kami? Ayah, kau tahu aku sangat mencintainya, ‘kan?” potong Zhan yang pikirannya mulai berpikir yang tidak-tidak, dirinya takut kalau sampai nasib percintaannya akan sama saat dirinya bersama dengan Yao Yang.

“Zhanzhan, biarkan ayahmu selesai bicara dulu, hmm,” ucap sang ibu dengan senyum teduh mencoba menenangkan sang putra seraya mengusap lengannya.

“Tapi---”

“Dasar bocah ini, jangan memotong saat orang tua sedang berbicara,” omel sang ayah. “Awas saja kalau kau coba memotong ucapan ayah lagi, semuanya ayah batalkan,” lanjutnya.

“Apa maksud Ayah, tidak bisa begitu! Ayah sudah berjanji padaku,” keluh Zhan masih memikirkan hal buruk yang akan terjadi, bahkan kali ini matanya mulai terlihat berembun.

“Zhanzhan, dengarkan dulu nak,” lagi, sang ibu kembali menenangkan Zhan.

“Haish, anak ini, baiklah langsung saja pada intinya. Kapan kalian akan menikah? Kalau boleh, ayah ingin bulan depan kalian menikah, bagaimana?” pungkas Tuan Xiao yang sudah cukup geram melihat sang putra terlalu berpikir negatif, dirinya paling tidak bisa melihat putranya menangis, meski belum, tapi sudah hampir.

Pertanyaan yang juga berupa pernyataan Tuan Xiao langsung membuat Zhan juga Yibo terkejut tentu saja.

“Kenapa sekarang malah diam?” tanya sang ayah yang tidak mendapat respon sama sekali.

“Ayah …,” tutur Zhan kemudian berhambur memeluk sang ayah, air matanya sudah tidak lagi di pelupuk, tapi sudah mengalir deras membasahi bahu sang ayah. “Zhan sayang Ayah, aku pikir Ayah akan memisahkan aku dan Wangyi,” lanjutnya sambil melepas pelukan di bahu pria paruh baya yang tersenyum lembut pada sang putra kemudian mengusap surai hitam putranya. “Ibu.” Zhan berbalik kemudian memeluk ibunya yang mengangguk mengiyakan ucapan kepala keluarga Xiao itu. “Terima kasih,” bisiknya.

“Untuk apa berterima kasih, kau kan belum menjawab pertanyaan ayah, begitu juga dengan pacarmu,” ucap Tuan Xiao sambil menatap Yibo meminta jawaban. “Lihat, bahkan pacarmu itu belum mengeluarkan sepatah katapun,” lanjutnya.

“Yi!” suara Xiao Zhan mengagetkan Yibo yang sedang memikirkan banyak hal. 

“Ya, a-ada apa Zhan?” gagap Yibo, entahlah, sesaat pikirannya seolah lenyap begitu saja.

“Kau tidak mendengar?” Zhan pun mendekat dan duduk di samping Yibo. “Ayah bertanya, apa kita siap untuk menikah bulan depan?” tanyanya mengulang pertanyaan sang ayah. Yibo bukan tidak pernah membicarakan hal ini dengan Zhan, dia juga paham pada akhirnya dalam sebuah hubungan pasti ada tahapan semacam ini, dia hanya tidak menyangka akan secepat ini, sedangkan masih ada beberapa hal yang Yibo khawatirkan, dan Zhan tidak atau belum tahu hal itu. Dia bukan ragu pada keseriusan hubungan mereka, Yibo, si pemuda cerdas satu ini hanya sedikit merasa takut.

“Tentu, aku siap,” jawab Yibo dengan tegas menutupi rasa kekhawatirannya.

“Lalu, kapan orang tuamu akan kemari?” tanya Tuan Xiao.

“L-lusa, mungkin lusa aku akan menghubungi mereka dahulu,” jawab Yibo dengan seulas senyum lembut dia perlihatkan pada kedua orang tua kekasihnya itu.

“Baiklah, lusa kami akan menunggu kedua orang tuamu datang untuk melamar anak nakal ini, dan menentukan tanggal pernikahan kalian, lebih cepat lebih baik, bukankah begitu,” pungkas sang kepala keluarga Xiao.

“Siap, Ayah,” jawab Yibo.

“Baiklah, semua sudah jelas, sekarang bisa kita sarapan bersama dahulu?” Nyonya Xiao menggiring semua orang untuk menuju ke ruang makan, di sana sudah tersaji beberapa hidangan untuk sarapan bersama. Wang Yibo merasa bahagia, tinggal meminta orang tuanya yang berada di Luoyang untuk ke Chongqing, dan meminang sang pujaan hati, mengesampingkan sejenak rasa khawatir yang sebenarnya begitu mengganjal dalam hatinya.

♥♥♥

Yeay!! Up lagi ... selamat membaca semuanya.

ヾ(❀╹◡╹)ノ゙

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang