23;

78 57 21
                                    

•••

Kean bergeming. Setelah kepergian Ratu dari cafe, ia sibuk dengan pikirannya. Dengan tatapan kosong pemuda itu perlahan bangkit dari duduknya untuk keluar mencari angin segar.

Disinilah akhir dari rasa penantian dia. Hatinya yang selalu berkeinginan memiliki 'gadisnya' lagi telah ia lepas membiarkan gadis itu memilih jalannya sendiri. Begitu pula dengan dirinya.

Sore yang dingin mulai menusuk tulang, dering ponsel menginterupsi kesibukan dia. Menampilkan nomor tidak dikenal.

"Dateng ke warkop belakang sekolah sekarang."

Belum mengucapkan sepatah kata pun, sambungan telepon itu telah diputus sepihak.

~~~

"Apaan manggil orang penting?"

Suara Kean yang baru saja mendatangi warkop belakang sekolahnya itu membuat seorang pemuda meremehkan dia.

"Lambemu orang penting." Abim tidak habis pikir dengan ke-pedean pemuda sebaya-nya.

Kean tidak menanggapi lagi, dia duduk didepan Abim yang tengah menyesap kopinya. Abim merasa dipandangi pun merasa risih.

"Jangan suka ke gue," sindir Abim.

"Najis anjing," Kean merinding geli.

"Jaga Ratu buat gue, bisa kan?"

~~~

"Gak bisa!" kata Ratu dengan air mata yang sudah keluar sedikit dari pelupuk matanya, "gak bisa! masa sad ending sih, gue udah seneng diawal bacanya sama kalian berdua tapi kenapa harus pisah," Ratu mengomel sendiri karena mendapati cerita yang ia baca berakhir sad ending.

Guling yang sudah berakhir dilantai dan cemilan yang sudah tersisa bungkusnya. Ratu membuang waktunya untuk membaca novel yang tempo lalu dibelikan Andra.

Dia tidak tau bahwa ceritanya akan tragis seperti- salah satu peran utamanya meninggal.

Melempar buku novelnya ke kasur. Ratu langsung mengambil ponsel ketika mendapati pesan dari Kakak kelasnya yang sudah lulus itu, yang dulu sempat dekat dengannya.

Ray

|hai ra

kemana aja ray?|

|gue sibuk nyari kerjaan ra
|temuan mau?

ajakan diterima hahaa|

|besok ra
|malem ini gue gk mau ganggu lo bljr

ok ray|
read

Membaca pesan Rayhan yang mengira dirinya sedang belajar itu membuat Ratu langsung berjalan ke arah meja belajarnya.

Dia lupa jika masih ujian, karena keasikkan membaca novel sampai lupa waktu.

~~~

Di hari ujian kedua cukup sunyi, Abim terus mengetuk ngetuk penanya ke meja menimbulkan suara yang dapat di dengar oleh dirinya sendiri.

Pikirannya bukan fokus ke soal, melainkan fokus membayangkan sesuatu yang akan terjadi ketika ia jujur kepada Ratu.

Dia memikirkan waktu yang tepat untuk memberi tau gadis itu, serta memikirkan apakah keputusannya sudah benar. 

When I Love You (✓) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang