11;

158 135 22
                                    

•••

Sore, selama Abim latihan futsal dia sama sekali tidak fokus, berulang kali salah mengoper, salah memasukkan bola ke gawang, bahkan sampai menendang bola terlalu kuat sampai melewati gawang.

Sedih, khawatir, marah, semuanya bercampur menjadi satu. Pengecut, julukan untuk dirinya sendiri.

Abim telah selesai latihan, kini dia sedang memakai sepatunya lalu Dean datang dengan sebotol air mineral di lemparnya ke Abim yang langsung ditangkap oleh Abim.

"Ada apa?" tanya Dean yang peka dengan gelagat Abim.

"Apa? Gak jelas lo," ujar Abim lalu bangkit dari duduknya hendak pulang.

Dean mengikuti dari belakang, karena dia pulang bareng Abim.

"Pulang sendiri Den gue ada urusan," ujar Abim lalu benar-benar melengos pergi dari hadapan Dean.

~~~

Abim mengunjungi makam Bunda-nya, saat sedih ataupun senang dia selalu mengunjungi Bunda-nya. Karena menurutnya curhat dengan Bunda adalah healing.

Abim mengirimi doa dengan tulus dari hatinya, lalu menatap nisan yang terlihat usang itu. Perlahan tetes air jatuh dari matanya, Abim menangis di depan Bunda.

"Bunda... Abim rindu," batinnya yang membuat hatinya seolah teriris dua kali. Pertama karena merindukan Bunda, kedua karena berpisah dengan seseorang yang dia sayang.

Abim sudah memikirkan dua kali sebelum mengucapkan kata keramat itu kepada Ratu. Tetapi hatinya benar-benar sangat tidak rela dan tentu saja alasannya masih belum logis.

Bingung akan hati dan pikirannya yang selalu tak sejalan.

Setetes air jatuh dari langit, menyatu dengan air mata Abim di bawah langit yang gelap itu. Abim tidak menyukai hujan tetapi kali ini dia berterima kasih ke hujan karena menyamarkan air matanya.

Dia merasa seperti hujan tengah mengerti akan hatinya yang sedang kacau.

Merasa hujan tidak lagi mengguyur tubuhnya, Abim mendongakkan kepala, melihat sudah ada payung di atas kepala nya. Lalu melihat ke belakang, Dean sedang memayunginya.

"Alay banget lo nangis di bawah hujan depan Bunda pula," celetuk Dean membuat Abim terkekeh.

Abim tau Dean berusaha menghibur diri nya,"karena gue cuma bisa memperlihatkan kelemahan gue di depan Bunda," jelas nya lalu Dean ikut berjongkok di depan batu nisan Bunda.

"Gue kalo gak punya tempat cerita selalu lari ke Bunda, mau sedih ataupun seneng gak sedetik pun gue ngelupain Bunda walaupun udah gak disini seenggaknya Bunda selalu di hati gue," cerita Abim dan Dean mendengarkan dalam diam.

"Dan gue kesini karena sedih, karena gue baru aja ngelepas orang yang gue sayang. Gak tau bakal nyesel atau gak nya, tapi gue masih gak rela. Gue sakit hati kalo dia deket dengan yang lain tapi bukan itu inti masalahnya,"

"Jadi maksud lo, lo putus sama Ratu?"

Abim mengangguk lalu tertawa kecil,"bodoh ya gue."

Mereka berdua diam sejenak, Abim yang lurus menatap ke depan sedangkan Dean berusaha mempercayai bahwa temannya baru saja putus.

Dean berdiri yang masih memayungi Abim,"ayo pulang, hujannya bakal lama dan lo bisa sakit."

"Udah sakit," ujar Abim lalu memegang dada nya,"disini."

"Halah si bangsat gak gentle pake acara sad boy segala," geram Dean karena dia tidak tahan melihat teman masa kecilnya harus sakit begini.

"Pulang, gue mau lo jelasin kenapa putusin Ratu."

When I Love You (✓) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang