6;

200 153 43
                                    

•••

Setelah berpamitan, Ratu mengantarkan Abim ke depan. Mengingat waktu sudah malam, tidak enak terus menerus berada di rumah gadis itu.

"Jangan begadang Ra," ingat Abim, karena dia paling tau kalau Ratu suka begadang.

"Yahh gak janji ya," Ratu memasang wajah cemberutnya. Berusaha mendapatkan izin.

"Gak ngaruh ya mau kayak gitu juga, pokoknya jangan begadang."

Mendengar paksaan Abim, Ratu mengiyakannya.

"Ya udah sana pulang, hati-hati di jalan jangan ngebut."

Abim tersenyum lalu mengacak rambut Ratu gemas,"iya nanti aku pelan kayak kura-kura bawanya."

"Abim! jangan senyum gitu," kata Ratu dengan jantung yang berdegup kencang ketika melihat senyum pemuda di depannya. Dengan tangan dia yang merapikan rambut alhasil acakan Abim.

"Masa aku gak boleh senyum, ya udah cemberut nih."

"Sama aja gak boleh, cepet sana pulang."

"Serba salah mulu sama nih cewe," frustasi Abim tidak mengerti dengan gadis di depannya.

"Ya udah assalamualaikum."

Ratu memukul pria itu pelan, tat kala mendengar cara berpamitnya.

"Kamu kristen bego," ujar Ratu pelan mengingat dia sedang di depan rumahnya.

"Oh iya Ra, lupa," terkekeh kecil, Abim menggaruk belakang kepala-nya yang tak gatal. "Ok aku pulang, good night sayang," lanjut Abim dan mencium pucuk kepala Ratu.

Jangan tanya bagaimana keadaan Ratu, dia hanya diam membeku seperti patung yang terkena sihir.

Sampai Abim menghilang dari pandangannya pun Ratu masih membeku merasa ada kupu-kupu di dalam perutnya. Apa kalian pernah merasakan rasanya salting? Itu yang di alami oleh gadis 18 tahun itu.

Lalu dia tersadar dan menahan teriak masuk ke dalam rumahnya.

~~~

Abim yang telah sampai di depan rumahnya langsung memasukkan motor ke bagasi.

Dilihatnya rumah yang sepi, pasalnya sekarang dia hanya tinggal dengan Dean dan Bi Nina. Kedua orang tua Dean sedang dinas kerja ke luar kota.

Saat Abim memasuki rumah itu, terlihat Dean sedang bermain game seorang diri dengan banyak cemilan di sekitarnya.

"Kasian Bi Nina, selalu beresin perbuatan lo," kata Abim yang langsung duduk di samping Dean.

"Gue gak setega itu kali sama Bi Nina, entar gue beresin." Dean menjawab tanpa sedikitpun melirik orang di sampingnya.

Lalu Abim bangkit dari duduknya, dia lelah. "Lah tumben gak ngegame bareng."

"Cape Den, mau istirahat."

Sampai kamar dia langsung mengganti pakaian menjadi pakaian santai, dan langsung berbaring di kasurnya sambil memainkan ponsel.

Ingin rasanya Abim mengirimi pesan ke Ratu, tapi dia urungkan karena tidak mau membuat gadisnya begadang.

Mengingat kejadian di rumah gadis itu, Abim tersenyum. Dia sudah lama tidak merasakan makan malam bersama keluarga.

Seperkian detik, pikiran-pikiran tadi lenyap tergantikan dengan memikirkan kalung yang dia kantongi di saku celananya tadi sore. Abim pun mengecek saku celana yang dia pakai tadi, tetapi nihil barang itu tidak ada.

Abim menjadi khawatir, lantaran kalung itu dari Bunda-nya, yang berarti sangat penting baginya.

Dengan cepat Abim mengirimi Dean pesan.

Dengan cepat Abim mengirimi Dean pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Tok! tok!

"Dek lo udah tidur?" tanya Andra kepada Ratu di dalam kamar.

"Masuk aja kak."

Setelah masuk, Andra dapat melihat jika adik nya sedang membaca novel.

"Lo gak ada tugas?"

"Tadi mau ngomong apa? Bantuin skripsi lo lagi?" tanya Ratu to the point.

Mengabaikan pertanyaan Ratu, Andra mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. "Gue nemuin ini," ucap Andra menunjukkan kalung Salib milik Abim.

Ratu tertegun, pikirannya kalang kabut. Gadis itu dalam kondisi panik dan gelisah. Bayangan yang selalu dia pikirkan seolah menjadi kenyataan. Rahasia yang selalu ia sembunyikan, kini mulai menampak perlahan. Seolah rahasia itu akan terbongkar suatu waktu. Bahkan tangan nya sekarang sudah gemetar hebat.

Iya. Dia setakut itu. Lebih tepatnya, takut untuk berpisah. Dipaksa pisah dengan seseorang yang di sayang tentu saja itu menyakitkan.

"K-kak... maaf," lirih gadis itu menunduk.

Andra menghela napas, "bukan maaf yang gue butuhin dek, kalo lo tau agama kita sama dia beda kenapa masih dilanjut?"

"Karena gue sayang dia, gak mau pisah kak."

Setia menunduk, setetes demi setetes jatuh air dari pelupuk matanya. Dia bahkan tidak berani menatap mata Andra sekarang.

Baru kali ini dia melihat Andra semarah itu.

"Apa lo mau minta gue buat rahasiain ini dari Papa sama Mama?" tanya Andra membuat Ratu menganggukkan kepala-nya.

"Kalo gue gak mau?"

Kacau sudah, Ratu benar-benar sulit menghadapi Andra yang terlalu serius. Karena dia tidak pernah berpikir bahwa Andra akan semarah ini.

•••

A/n:
dapet gak nih feel nya 😭
maaf kalau aneh

Tbc

When I Love You (✓) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang