07. Patah hati untuk pertama kali
Gio memejamkan matanya seraya menikmati alunan musik yang tak ada hentinya berdentum keras. Disekitarnya banyak sekali perempuan dengan model pakaian seksi berjoget ria sambil sesekali menggodanya, namun tidak ia hiraukan sama sekali. Sudah banyak minuman yang masuk kedalam tubuhnya, meski begitu ia masih bisa mengontrol dirinya.
Ia datang sendiri malam ini untuk melepas pikirannya yang terlalu menumpuk seperti kertas kerjanya. Tadi ia mendengar dengan telinganya sendiri saat Jay mengatakan bahwa Jihan adalah sepupunya. Selama ini ia tidak pernah berfikir kesana, ia tidak suka mencampuri urusan orang lain meskipun Jay adalah temannya sendiri.
"Jadi Jihan itu sepupu lo?" tanya Gio kepada Jay.
"Lah kemana aja lo kok baru tau kalau sepupunya Jay yang cantik itu si Jihan?" sahut Aldi seraya terkekeh kecil melihat ekspresi kaget dari sahabatnya sejak kecil itu.
Gio hanya terdiam. Ia baru tersadar, tidak mungkin perempuan seperti Jihan mau berduaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Sedangkan waktu itu ia melihat kedua manusia itu sedang duduk di gazebo hanya berdua. Sial! kenapa ia tidak tahu tentang ini? Jika ia tahu lebih awal pastinya ia memiliki orang dalam untuk mencari tahu tentang latar belakang Jihan.
"Iya dia adek sepupu gue, kalau secara silsilah sih bundanya doi itu adiknya bokap gue. Tapi gue kurang ngerti sih, karena kakek gue itu poligami jadi anaknya banyak dari istri yang beda beda." jelas Jay membuat Gio dan Aldi menganggukan kepalanya.
"Gue mau silaturahmi kerumah kakek lo dong, mau minta restu. Kali aja dikasih ijin buat nikahin Jihan." gurau Aldi membuat Jay menatapnya tajam.
"Nggak ikhlas lahir batin guenya kalau Jihan dapet laki bentukannya kayak lo gini."
"Lagian dia udah punya calon suami, akhir bulan mereka nikah."
Tubuh Gio serasa tersambar petir saat itu juga. Tidak menyangka apabila selama ini perempuan yang ia kagumi sudah memiliki calon suami, apalagi mereka sudah menentukan tanggal pernikahan. Pastinya keluarga sudah bisa menerima kehadiran laki-laki beruntung itu.
Sedangkan dirinya, kenal saja tidak apalagi memiliki. Disaat itu juga ia sadar bahwa dia tidak akan mungkin bisa menjadikan Jihan sebagai istrinya.
Ia menuang kembali minuman itu pada gelasnya dan meneguknya kasar. Tidak perduli dengan perempuan yang mulai mendekatinya saat merasa ada kesempatan untuk menggodanya. Yang ia inginkan saat ini hanya satu yaitu menghilangkan kalimat 'akhir bulan mereka nikah' yang terus berlalu lalang dipikirannya.
Sebenarnya dari awal ia sudah ragu saat menyadari bahwa ia memiliki perasaan yang berbeda kepada Jihan. Mengingat perempuan itu terlahir dari keluarga yang religius dan paham agama, sedangkan dirinya saja selalu melarikan diri kepada hal-hal yang haram ketika sedang disinggahi masalah.
Ia membanting gelas kaca itu hingga menimbulkan suara nyaring terdengar digendang telinganya tapi sama sekali tidak ia hiraukan. Hingga terasa tangan seseorang membelai dadanya lembut membuat ia mendesis tertahan. Semakin merambat keatas hingga lehernya dan menangkup rahangnya.
Matanya terasa berat sekali sehingga ia tidak kuat untuk membuka mata. Hingga kemudian seseorang itu mencium lembut rahangnya membuat ia semakin mendesis. Ia merasakan seseorang itu naik keatas pahanya dan mulai membuka satu persatu kancing jasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGION [ End ]
Teen Fiction"Tante mau nggak jadi bunda aku?" Argion Arnawama Exlan, pria yang selalu bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan dengan mudahnya. Namun dibalik itu, ia sangat jauh dari Allah. Dan ditengah-tengah kehidupannya ia bertemu dengan perempuan yang bisa...