32. Sakit
Jihan merenggangkan tubuhnya saat akhirnya Jeon tertidur setelah hampir semalaman menangis karena merasakan tidak enak pada tubuhnya. Lelah? Tentu saja. Apalagi kini Gio ikut-ikutan demam sehingga membuat ia sama sekali tidak bisa tidur.
Semua konsekuensi itu dapat Jihan terima sebagaimana tugas sebagai seorang istri dan ibu. Demi kesembuhan mereka, ia merelakan waktu tidurnya yang terbuang. Ia ingin kedua laki-laki itu cepat sembuh seperti semula, entah mengapa rasanya sakit melihat keduanya terbaring lemas diatas ranjang.
Ia mendudukan diri di atas sofa yang terletak di sudut kamar. Memejamkan matanya sejenak sembari menunggu adzan subuh berkumandang. Kepalanya terasa pening, tapi ia berharap semoga ia tetap bisa menjaga kesehatannya demi suami dan juga anaknya.
"Lo belum tidur semalaman?" suara Gio membuat kedua mata Jihan langsung terbuka. Ia mendapati laki-laki itu sudah mendudukan diri diatas ranjang dengan mata yang memerah.
Jihan menegakkan tubuhnya. "Belum. Kak Gio kenapa bangun? Butuh sesuatu?"
Gio mengangguk. "Iya, sini."
Perempuan itu berjalan mendekati Gio dan laki-laki itu memintanya untuk merebahkan diri disampingnya. Walaupun awalnya ia merasa ragu tetapi tetap ia lakukan juga.
"Lo kebiasaan selalu mikirin orang lain tanpa mikirin diri lo sendiri." Gio memeluk tubuh Jihan dari samping membuat Jihan bingung harus menjawab apa.
"Tutup mata lo. Setidaknya lo perlu istirahat walaupun cuma beberapa menit." kata Gio membuat Jihan menutup matanya. Tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa saat ini tubuhnya sudah terasa sangat lelah dan matanya terasa berat untuk dibuka.
"Maaf, lo harus ngurusin gue sama Jeon kayak gini." kata Gio dengan suara lirih. Laki-laki itu memejamkan matanya sambil mengeratkan pelukan kepada istrinya.
Kedua mata yang sempat terpejam itu sontak langsung terbuka kembali. Jihan menggeleng tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Gio. "Nggak perlu minta maaf, Kak. Ini semua sudah menjadi kewajiban Jihan untuk mengurus Kak Gio dan Jeon ketika sakit."
"Iya."
Jihan merasakan tubuh Gio sangat panas berada di pelukannya. Reflek ia mengangkat tangannya untuk menyentuh dahi Gio. "Kak, nanti kita ke rumah sakit aja ya?"
Laki-laki itu tidak memberikan jawaban, malah tersenyum tidak jelas. "Kenapa ketawa sih? Jihan khawatir tau sama Kak Gio. Pokoknya Jihan nggak mau tau, nanti kalau udah pagi Jihan anterin Kak Gio sama Jeon sekalian ke rumah sakit."
"Nggak usah, gue nggak papa." tolak Gio sambil menggenggam tangan Jihan yang berada di dahinya.
"Nggak papa gimana, badan Kak Gio panas tau." omel Jihan kesal.
"Palingan dipakai istirahat sebentar juga udah mendingan, by. Nggak papa kok."
"Kak Gio harus nurut sama Jihan, sekali aja. Pokoknya nanti kita ke-"
Gio membungkam Jihan yang terus mengoceh itu dengan sebuah ciuman yang tidak singkat pada bibirnya. Jihan yang merasa terkejut sontak hendak menjauhkan wajahnya dari Gio namun laki-laki itu menahan tengkuknya. Dapat Jihan lihat suaminya yang mulai memejamkan matanya.
Jihan bingung melakukan apa disaat-saat seperti ini. Walaupun semalam Gio sudah mencuri first kissnya, tapi tetap saja ia merasa canggung dan merasa lemas pada sekujur tubuhnya.
Perutnya serasa ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan sehingga meninggalkan sensasi geli dalam tubuhnya. Apalagi saat tangan Gio yang menganggur mulai mengusap pipinya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGION [ End ]
Novela Juvenil"Tante mau nggak jadi bunda aku?" Argion Arnawama Exlan, pria yang selalu bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan dengan mudahnya. Namun dibalik itu, ia sangat jauh dari Allah. Dan ditengah-tengah kehidupannya ia bertemu dengan perempuan yang bisa...