ARGION - 40

1.1K 73 0
                                    

40. Kecelakaan

Satu bulan kemudian.

Gio tersenyum senang seraya menatap kertas yang ia genggam erat-erat. Akhirnya usaha yang telah ia perjuangkan selama satu bulan ini akhirnya terwujud juga. Hak asuh Jeon Archazyo Exlan jatuh ke tangannya, Argion Arnawama Exlan. Walaupun semua terdengar tidak mungkin karena memang Angela masih memiliki hak penuh atas Jeon sebagai ibu kandungnya, tapi berkat kegigihannya ia berhasil mengambil alih hak tersebut melalui bantuan dari beberapa penasehat hukum dan juga kuasa hukum yang menemaninya hingga saat ini.

Ia mengangkat pandangannya. Melemparkan sebuah senyuman kepada laki-laki rekan Papanya yang tak ada henti-hentinya untuk membantu dirinya dalam masalah ini. Gio menjabat tangan laki-laki tersebut. "Terimakasih, Pak. Sudah mau membantu saya hingga akhirnya hak asuh Jeon jatuh ke tangan saya."

Kuasa hukum tersebut membalas senyuman Gio. "Semua juga atas kerja keras anda. Anda sendiri yang bersusah payah mengumpulkan bukti untuk diserahkan kepada pengadilan dan tugas saya hanya membantu menyampaikannya."

Tidak ada perasaan yang dapat Gio rasakan saat ini selain perasaan bahagia tiada tara. Akhirnya ya bisa hidup tenang tanpa khawatir atas Angela yang selalu berusaha merebut Jeon darinya. Toh sudah terlihat bukti nyata bahwa Angela memang kurang peduli terhadap Jeon.

Bahkan beberapa kali Angela melewatkan panggilan dari pengadilan, hal tersebut semakin membuat pengadilan merasa kurang yakin bahwa Angela memang ingin mempertahankan hak asuh anak kandungnya sendiri.

Laki-laki itu segera bergegas pulang untuk menyampaikan kabar gembira ini kepada sang istri yang turut membantunya untuk melakukan ini semua. Suatu rasa bersyukur baginya karena memiliki seorang perempuan yang tidak meninggalkannya sedetikpun saat ia sedang terpuruk. Jihan selalu mendukung dan membantunya tanpa kenal bosan.

....

"Biarin aja dulu, biarin dia menang. Bukannya gue udah bilang kalau emang gue udah susun semua rencana ini dari awal?"

Perempuan diseberang sana mendengus, antara kecewa dan marah. Ia tidak paham lagi dengan pola pikir Bastian. Laki-laki brengsek itu benar-benar sudah menghancurkan hidup yang telah ia rancang sebaik-baiknya. Semua harapan hidup baik itu sirna dan hanya menjadi sebuah andaian saja semenjak Bastian berhasil menjadikannya sebagai boneka yang bisa digerakkan sesuka hati.

"Sialan lo! Ternyata lo yang bikin gue nggak bisa hadir di beberapa panggilan dari pengadilan?" tanyanya dengan nada meninggi. Ia melayangkan sedikit protesan kepada Bastian.

"Right. Gue bukan orang yang ceroboh, gue udah tentuin alur mainnya.''

"Brengsek! Dengan begitu gue jadi kehilangan kesempatan buat rebut Jeon dari Gio! Lo nggak ada otak buat mikir ya?!" kesalnya.

"Chill. Nggak usah ngatur gue. Gue lebih pinter dari lo, jadi jangan sekali-kali lo ngatain gue kayak gitu. Gue atasan lo, dan lo bawahan gue. Kali ini gue maafin karena lo ada jauh dari gue, tapi nggak akan gue diemin begitu aja kalau sekarang lo ada dihadapan gue dan lo berani ngatain gue."

Tanpa mendengarkan kalimat Angela yang mungkin akan mencoba membela dirinya sendiri, Bastian sudah lebih dulu memutus sambungan telepon. Ia tersenyum miring. Seorang Bastian tidak semudah itu untuk dikalahkan, tapi karena ia sedang dalam mood baik maka akan ia biarkan mereka merasa senang atas apa yang sudah mereka raih.

"Bodoh." katanya lalu terkekeh kecil. Tidak tahu saja bahwa ia sudah merencanakan sesuatu yang lebih dari ini. Dan akan ia pastikan, mereka akan kalah darinya.

"Bas?" panggil seseorang dari dalam vila. Ia merubah ekspresinya menjadi sedatar mungkin. Lantas membalikkan badan untuk melihat siapa yang baru saja membuat jantungnya berdetak kencang.

ARGION [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang