ARGION - 36

1.3K 90 9
                                    

36. Resha & Vares

Jihan membuka buku album yang selalu menjadi favorit dan tidak akan pernah bosan untuk ia pandangi satu persatu didalamnya. Senyumnya tiba-tiba saja muncul ketika ingatan tentang pernikahan dirinya dan Gio kembali terputar dengan jelas didalam benaknya.

Allah memang sudah menjanjikan kebahagian untuk masing-masing umatnya, dan kebahagian yang diberikan kepada Jihan adalah melalui pernikahan ini. Dimana Gio benar-benar memberikan seluruh kasih sayang dan perhatian kepadanya. Ia benar-benar tidak pernah merasa sendirian.

Keduanya banyak belajar setiap harinya, apalagi semenjak kejadian tiga bulan yang lalu ketika Gio benar-benar kacau karena kedatangan Angela yang berusaha untuk merebut Jeon dari mereka. Dari kejadian itu Gio berusaha memperbaiki dirinya, laki-laki itu tidak mau Jihan kembali berpikir tidak ada gunanya sebagai istri. Ia ingin membuat Jihan merasa bahagia atas pernikahan ini.

Hari-hari tetap berjalan sebagaimana mestinya, tidak perduli dengan perasaan kita. Baik itu senang, sedih, marah, atau bahkan kecewa. Hingga tidak terasa Jihan sudah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Gio lebih dari tiga bulan lamanya. Semua berlalu begitu cepat baginya, tidak ada alasan lain selain karena Jihan merasa bahagia.

Suara mobil sudah terdengar didepan. Dengan sumringah Jihan menaruh album tersebut dan segera berlari kearah pintu depan. Bahkan seorang asisten rumah tangga yang baru satu bulan dipekerjakan oleh Gio itu sempat tertawa geli melihat tingkah Jihan yang masih seperti anak kecil.

"Assalamualaikum—" belum sempat pintu terbuka sepenuhnya, tubuh Gio sudah diterjang oleh pelukan dari istri kecilnya itu.

"Waalaikumsalam." jawab Jihan lalu mencium tangan Gio. Ia tersenyum kearah laki-laki itu dengan manisnya. Entah mengapa ia menjadi sering merasa rindu terhadap suaminya padahal mereka juga tidak terpisah dalam waktu yang lama.

Gio langsung menutup pintu rumahnya ketika menyadari Jihan hanya memakai hijab pendek tanpa memakai niqab. Untung saja pagar didepan rumahnya cukup tinggi dan tidak ada laki-laki yang bekerja dirumahnya.

"Kangen ya?" tanya Gio sambil mencubit hidung Jihan gemas.

"Sedikit."

"Sedikit kok peluknya kenceng banget?"

Jihan hanya tertawa menanggapinya. Inilah sifat aslinya yaitu sangat manja. Awalnya ia takut Gio merasa risih ketika ia menunjukkan kemanjaannya, tapi laki-laki itu sendiri yang mengatakan tidak keberatan dengan apapun yang ia lakukan.

“Lakuin apapun yang lo mau, gue kan punya lo” itulah katanya.

"Eh, gue hampir lupa. Gue ada sesuatu buat lo."

"Apa?" tanya Jihan. Ia sudah senyum-senyum ditempat, sepertinya Gio tidak pernah bosan memberinya sesuatu. Hampir setiap pulang bekerja laki-laki itu membawa sesuatu yang ditujukan olehnya. Ia pikir semua istri didunia ini akan merasa senang ketika diperlakukan spesial seperti ini.

"Tutup mata dulu." kata Gio lalu segera dilaksanakan oleh Jihan. "Gue ambil di mobil dulu, inget nggak boleh buka mata sebelum gue suruh." peringatnya.

Jihan menganggukkan kepalanya, selang beberapa detik ia membuka matanya sedikit demi sedikit bermaksud untuk mengintip sesuatu apa yang akan diberikan oleh suaminya. Ia tidak sabar melihatnya. Tapi ia malah mendapati suaminya yang sama sekali belum bergerak.

"Tuhkan lo ngintip." kata Gio sambil mencubit pipi Jihan yang semakin tembam. Orang berkata, Jihan bahagia hidup bersamanya karena kini tubuhnya semakin berisi. Ia harap itu memang benar adanya.

"Iya-iya nggak ngintip lagi." kata Jihan sambil tertawa. Ia mengangkat keduanya tangannya dan menaruhnya didepan mata.

Gio ikut tertawa kecil lalu mengambil barang yang ia maksud didalam mobil yang terparkir rapi didepan rumah. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal ia segera masuk lagi kedalam rumahnya.

ARGION [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang