ARGION - 20

1.8K 106 0
                                    

Halooooo

Selamat hari jumat buat kamu yang selalu kuat

Bismillah, 2023 nembus 1k yokk!

Selamat membaca semuanyaaa♡

....

20. Romantisme

"ABANG!"

Jay terkekeh pelan ketika mendengar suara perempuan yang terlihat kesal akibat ulahnya yang usil itu. Memiliki adik perempuan memanglah membawa banyak keberuntungan seperti laki-laki jomblo sepertinya. Ia yakin pasti diluar sana seorang kakak juga merasakan hal yang sama dengannya. Ketika kegabutan melanda, pasti menjadikan adiknya sebagai bahan keusilannya.

"Ih, Fifah lagi nyelesain tugas nih buat besok. Jangan ganggu dulu. Abang mah gitu." dumelnya lalu kembali menuliskan rumus-rumus menyebalkan dibuku tulisnya.

"Dek, gue gabut nih." keluhnya saat mulai merasa tidak tega karena Afifah nampaknya sudah benar-benar badmood.

Laki-laki itu menarik kursi kosong yang berada di kamar adiknya lalu menariknya kesamping Afifah yang sedang fokus memecahkan soal matematika yang mau tidak mau harus selesai malam ini juga. Perempuan itu sedikit menyesal mengapa tidak menyelesaikan tugas-tugasnya selama weekend kemarin.

"Cari pacar sana ah!" ketusnya tanpa menatap abangnya.

"Belum butuh pacar gue mah." jawabnya membuat Afifah memelototkan matanya tidak percaya.

"Terus butuhnya kapan? Fifah capek ya, kalau abang gabut pasti ujung-ujungnya Fifah juga yang jadi pelampiasan." ia berujar sinis lalu dibalas kekehan tanpa rasa berdosa dari Jay.

"Lagian biasanya juga nongkrong sampai nggak inget waktu. Malem-malem pasti Umi masuk ke kamar Fifah, bangunin Fifah, dan minta Fifah buat teleponin Abang tapi Abang nggak mau pulang. Besoknya Abi sama Umi ngomel-ngomel pas udah tau kalau Abang pergi ke club. Duh, Yaallah. Punya Abang nggak bener banget." keluhnya.

Jay terkekeh geli sampai sampai hampir saja tubuhnya mencium keramik kalau tidak berpegangan pada bahu adiknya. Suasana seperti ini jarang sekali terjadi, karena seringnya Jay pulang kerumah saat Afifah sudah berangkat sekolah dan pergi lagi untuk kuliah. Ya, seperti itulah siklusnya setiap hari.

Wajar saja apabila Umi dan Abinya selalu mengomel ketika pagi hari ketika tidak mendapati keberadaan putra mereka dirumah. Untung saja mereka tidak sampai mengusir Jay dari rumah.

"Dek, keluar yuk. Temenin gue?" ajaknya sambil mencolek bahu Afifah.

"Apaan sih nggak usah colek-colek!"

"Ayo lah, gue jajanin deh. Jarang jarang kan gue baik sama lo."

Afifah menaruh pulpennya dan menatap Jay dengan tatapan mengintimidasi. Siapa yang tidak cutiga yang apabila ada orang yang sudah lama tidak bertemu tiba-tiba mengajak keluar dan berjanji untuk mentraktirnya. Jangan jangan ...

"Abang mau bawa Fifah kemana? Mau culik Fifah?" tanyanya sambil mendelik tajam.

"Astagfirullah, istighfar deh lo. Gue ini abang lo, dek dek." kata Jay sambil mengusap dadanya.

"Ya habisnya aneh banget."

"Lo itu sekali-kali harus berpikiran positif sama gue, dek. Nggak baik curigaan mulu sama abang sendiri." ujarnya sok menasehati. Jika sudah seperti ini Afifah hanya bisa mengiyakan saja biar cepat.

"Iya iya. Udah sana keluar!" usirnya sambil kembali mencoba fokus pada soal-soal matematikannya. Seketika perasaan menyesal bersarang pada lubuk hatinya paling dalam. Menyesal karena lupa mengunci pintu kamarnya, padahal ia tahu apabila Jay sedang berada di rumah saat ini dan sudah pasti akan mengganggunya seharian.

ARGION [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang