14. Kenangan 6

6 1 0
                                    

Scene 9

Luca mondar mandir dekat bangku taman di bawah temaram lampu jalan di atasnya. Dia sudah mengumpulkan keberaniannya selama beberapa hari ini. Dia sengaja tidak menghubungi Sota dan tidak menemuinya juga. Dia gak mau pikirannya berubah lagi. Tekadnya sudah bulat. Dia harus melakukannya.

Tampak Sota berlari kecil menghampirinya. Ini sudah jam pulang dari kafe. Dia terlihat lelah dengan kantung mata yang mulai menghitam di bawah matanya. Dia berhenti di depan Luca dan mengatur napasnya.

"Kau baik-baik saja, Sota?" tanya Luca cemas yang langsung memegang wajah Sota. Dia merasa bersalah karena tidak menemuinya. Padahal dia sangat merindukan kekasihnya itu.

"Seharusnya aku yang bertanya!!" seru Sota setengah memekik. "Tidak ada kabar darimu beberapa hari ini. Apa...apa kau menghindariku?" tanyanya ragu. Matanya nanar menatap mata abu-abu perak Luca. Dia merindukan mata itu.

"A-aku perlu waktu untuk berpikir, Sota," jawab Luca sambil menurunkan tangannya dan menunduk. Dia gak sanggup menatap mata Sota.

"Soal apa?" tanya Sota lagi, "tentang menyembuhkanku atau meninggalkanku??" tantangnya dengan wajah datar.

Luca mengangkat wajahnya kaget. Dia gak menduga Sota akan to the point. Tapi hal ini bagus juga, Luca jadi tidak perlu basa basi lagi. "Menyembuhkanmu..." jawab Luca lirih.

Sota menggeleng, "aku sudah bilang kan kalau aku gak mau, Luca. Jangan lakukan itu!!" pekiknya dengan wajah memelas. "Selama ini aku baik-baik aja dan aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Dengan terus bergantung pada obat-obatan itu, Sota," tegas Luca memastikan keputusannya untuk menyembuhkan Sota itu sudah benar.

"Sota...dengarkan aku! Aku harus melakukannya...karena aku mencintaimu."

"Tapi...aku gak mau, Luca. Melupakanmu sama saja membuatku sakit juga. Aku yakin setelah ini kita akan tersiksa karena kehilangan yang tidak kita mengerti apa itu. Kita saling mencintai dan itu sangat kuat. Kumohon...!!" Ucapnya seraya memeluk Luca perlahan. "Aku gak mau melupakanmu." Sota mengecup bibir Luca lembut lalu menempelkan keningnya dengan kening Luca. "Apa yang harus kulakukan tanpamu? Aku gak mau dengan orang lain." tuturnya lemah dan mulai mencium Luca lembut. Dia menyapu bibir Luca berusaha membuka mulut pria itu. Tangannya membelai bahu dan punggung Luca penuh kelembutan.

Ciuman lembut Sota membuat Luca bergetar dan langsung membalas ciuman itu. Luca mencium dengan rakus seakan itu adalah ciuman terakhir. Dia tidak pernah melakukannya seperti itu karena dia takut tidak bisa mengendalikan dirinya. Hatinya bergolak karena galau. Dia ingin menyerah atas permintaan Sota tapi hatinya menolak. Akhirnya dia melampiaskannya dengan membalas ciuman Sota dengan bernafsu. Bibirnya seakan ingin memakan bibir Sota. Ini membuat Sota hampir kehabisan napas. Pria itu menepuk bahu Luca ringan. Menyadari hal itu membuat Luca melepaskan ciumannya dan menatap mata teduh Sota. Sota menarik napas dalam-dalam. Bibirnya bengkak dan rambutnya acak-acakan karena jamahan jemari Luca.

Tiba-tiba Luca meraih tangan kanan Sota dan meletakkan sesuatu di telapak tangannya lalu menggenggamnya erat. Sota tertegun dan menatap tangannya yang digenggam Luca lalu matanya kembali beralih menatap Luca penuh tanya. Mulutnya membuka menutup ingin bicara tapi tidak bisa.

"Maafkan aku, sayang. Aku harus melakukan ini," ucap Luca dengan wajah sedih.

"A-apa yang kau-lakukan, Luca??" tanya Sota tak mengerti. Matanya mulai berair. Wajahnya cemas dan mulai panik.

"A-aku...agh...aku ingin kau-sembuh," jawab Luca sambil terisak.

Sota menggelengkan kepala dan air matanya mengalir deras di pipinya. "Luca, jangan...!!" mohon Sota dengan suara rendah menahan tangis. "Bagaimana kau bisa melakukan ini...oh...kau segalanya bagiku. Kesembuhan ku gak ada artinya kalau kau gak ada, Luca."

"Ahh...Sota, sayang," Luca merintih menahan sakit di dadanya.
"Aku berharap ada celah dalam ingatan kita, Sota. Mungkin kita bisa bertemu lagi. Bila kau sedikit mengingatku, kumohon...cari aku! Jangan menyerah, sayang. Dan nikmati hidupmu."

Sota masih menggelengkan kepalanya dalam tangisannya. Dia berusaha menarik tangannya tapi dia tidak mengerti kenapa tangannya terasa menempel kuat pada tangan Luca. Dan dia merasa tidak bisa melawan. Apa ini salah satu kekuatan Luca sebagai Hope?

"Aku mencintaimu," bisik Luca hampir tak terdengar.

Lalu suasana terasa hening. Kemudian Sota terlihat meringis dan mengerutkan dahinya. Batu Opal yang mereka genggam mulai bekerja menyerap penyakit Sota. Dia berusaha tetap membuka matanya menatap Luca seakan tidak rela untuk melupakan wajah itu. Tapi rasa sakit itu terasa hingga kepalanya berdenyut cukup menyakitkan.

Sinar putih keluar dari sela-sela jemari mereka yang saling menggenggam. Luca juga tampak meringis dan keringat terlihat di keningnya. Proses ini berbeda dengan yang biasa dia hadapi. Dia merasakan sakit di kepalanya. Dia mulai merintih dan memegang kepalanya dengan tangan kirinya. Matanya terpejam dan dia mulai kesulitan bernapas. Sota berusaha meraih tubuh Luca. Terlihat wajah khawatir bercampur menahan sakit pada Sota. Proses itu berlangsung cukup lama dan menyiksa mereka berdua hingga sinar putih itu menghilang dan tangan Luca mulai terlepas sendiri dari tangan Sota.

Keduanya terjatuh ke jalan setapak di taman dan terbaring berhadapan. Sota telah pingsan sementara Luca masih menatap Sota dengan wajah sedih. Batu Opal merah terjatuh di dekat tangannya. Matanya mulai lemah tapi dia masih bisa melihat bayangan orang lain yang tiba-tiba muncul di dekat mereka. Dia mendengar sayup-sayup suara-suara yang dikenalnya.

Apakah itu ayah dan ibu? - bathin Luca

"Luca!?!?" teriak ibunya panik lalu mengangkat kepala Luca dan mendekapnya. Mata Luca masih tak lepas dari wajah Sota. Dia melihat ayahnya mendudukkan Sota di bangku lalu menghampiri dirinya dengan cepat.

"Kita harus segera pergi dari sini," seru ayahnya pada ibu Luca.

Luca merasa sangat lemah, tubuhnya tidak bisa bergerak. Nyatanya hukuman ini sangat menyakitkan. Matanya sudah tidak sanggup terbuka lebih lama.

"Sota...aku mencintaimu," bisiknya lirih dan perlahan matanya tertutup.

~~~~

Pencarian Luca dan Sota berakhir di sini.

ykd_mosy
13/07/2022

Find Me (BXB) (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang