18. Bahagia

21 1 0
                                    

Luca membuka matanya dan merasakan lengan yang memeluk pinggangnya. Dia melihat ke kirinya. Sota berbaring nyaman di sebelahnya. Wajah Sota yang terlelap membuatnya sangat lega. Dia mengulurkan tangan kanannya dan membelai bibir Sota yang sedikit terbuka.

Sota merasa terusik dengan sentuhan itu dan langsung membuka matanya. Sesaat dia terpana melihat mata Luca lalu memeluk Luca perlahan. Setelah saling memeluk, Sota duduk di sisi Luca. Dia merapikan rambut ikalnya yang nakal.

"Kenapa kau lama sekali tidurnya?" tanyanya dengan wajah kesal.

"Apa kau bosan menungguku bangun? Berapa lama aku tidur, hah?" tanya Luca tanpa menjawab pertanyaan Sota.

"Tiga hari...yah, aku bosan menunggumu bangun."

"Benarkah? Oh..sialnya aku! Seharusnya aku tidak usah bangun saja sela--" ucapan Luca tertahan jari Sota di bibirnya.

"Kau tega!?!?!?" pekiknya merasa tak percaya, "oh...aku tak percaya ini. Aku kesepian, kau tau?"

Wajah kesal Sota membuat Luca tertawa. Tawa yang sangat dirindukan oleh Sota. Melihat itu Sota mau tak mau jadi ikut tertawa.

"Maaf, Sota. Aku akan jadi bebanmu seumur hidup," ujar Luca sedih.

"Waktu aku sakit kau sudah merawat dan menyembuhkanku, Luca," ucap Sota lembut, "dan sekarang saat kau seperti ini...biarkan aku yang merawatnya. Aku mencintaimu." Sota mencium bibir Luca yang terasa dingin.

Luca meraih leher Sota dan membalas ciumannya. Mereka berciuman dengan sangat lembut dan penuh perasaan.
Suara pintu kamar terbuka menghentikan ciuman mereka. Ayah dan ibu Luca muncul dan terkejut melihat Luca yang sudah bangun.

Suasana kamar menjadi riuh dan penuh tawa bahagia. Segala kesulitan sudah mereka lewati. Saat menatap Luca, Sota berjanji pada dirinya untuk selalu membahagiakan pria itu. Luca sudah berkorban banyak untuknya. Seumur hidup pun Sota tidak akan bisa membalasnya.

~~~~

Suasana Vista Coffee cukup ramai hari ini. Sota terlihat sibuk di meja kasir. Sam mondar mandir mengantarkan pesanan ke meja pelanggan. Sementara di meja barista ada Vio dan Luca...iya, Luca. Dia menjadi pegawai tambahan di kafe mereka. Walaupun dia sendiri sudah sangat kaya dengan investasinya yang sangat banyak dan tersebar di seluruh negeri.

Setelah kondisinya pulih, Sota mengenalkannya pada Vio dan Sam. Mereka sangat menerima keberadaan Luca sebagai kekasih Sota. Apalagi sosok Luca sangat tampan dan bisa jadi penambah daya tarik kafe. Dan benar saja...hanya dalam beberapa hari setelah Luca bekerja di kafe, pengunjung semakin rajin datang bahkan mulai melirik-lirik kearah Luca.

Melihat itu ada sedikit rasa cemburu di hati Sota. Luca yang menyadarinya lalu memutuskan untuk melamarnya. Dan...walah...akhirnya hanya dalam beberapa hari mereka menikah disaksikan oleh orang tua Luca, ayah Sota, Vio dan juga Sam. Keputusan menikah itu disetujui oleh semuanya karena cinta Luca dan Sota sangat kuat dan indah di mata mereka semua.

Sepasang cincin pernikahan juga ikut menghiasi jari manis mereka berdua. Karena cincin itu, Sota tidak memakai sarung tangan di tangan kanannya lagi. Para pengunjung lama kelamaan terbiasa dengan bercak merah menyala di tangannya. Bahkan ada beberapa orang yang menyebutnya indah.

Dan...yang paling pengunjung suka belakangan ini adalah kemesraan Luca dan Sota yang tidak pernah ditutup-tutupi oleh mereka berdua. Bahkan di saat tidak ada pemesanan, para pengunjung disuguhi pemandangan manis keduanya. Luca suka memeluk pinggang Sota sambil berbincang dengannya. Terkadang akan diselingi dengan kecupan-kecupan ringan di pipi bahkan di bibir.

"Perhatikan sekitar kalian!!" seru Vio geleng-geleng kepala kalau sudah melihat tingkah mesra mereka berdua.

Luca dan Sota hanya tersenyum. "Cari pacar gih!!" celetuk Sota.

"Wah...wah...aku cemburu...!?!?aku cemburu...!?!?" Pekik Vio tak percaya.

"Aku malah belum ingin cepat-cepat punya pacar," sahut Sam sambil berlalu di depan Vio.

Luca hanya bisa terkekeh. Dia melihat sekelilingnya yang belum ada pemesanan lagi. Tiba-tiba dia menarik tangan Sota dan bergegas menuju ke belakang kafe. Melihat itu Vio hanya bisa mendesah.

Sepertinya aku harus cari kekasih nih. - bathin Vio

Luca mendorong Sota ke dinding belakang kafe. Saat ini mereka sudah ada di belakang kafe diselimuti suasana malam yang dipenuhi bintang.

"Kau merasa de ja vu?" tanya Luca jahil.
Dia mengurung tubuh Sota dengan kedua tangannya.

Sota tersenyum, "sayang...gak perlu de ja vu untuk melakukan ini," Sota langsung mengulum bibir Luca dan menciumnya dengan bernafsu.

Luca nyengir dalam ciumannya. Sota semakin lihai saja. Dia benar-benar bisa memuaskan hasrat Luca setiap saat. Bahkan terkadang dia yang memulainya.
Ciuman itu semakin panas. Tangan mereka saling membelai. Luca yang sudah mulai bangkit gairahnya menggesek-menggesekkan miliknya yang sudah bengkak ke milik Sota yang juga sudah mulai mengeras di balik celananya.

"Ahhh...Sota sayang, kita harus berhenti."

Mereka terengah-engah dan mulai kehabisan napas. Sota membelai bibir Luca dan mengecupnya ringan.

"Kau yang mulai."

"Yah...oke...akan kutebus di rumah." Luca menyeringai.

Lalu mereka saling berpelukan.

"Aku mencintaimu, Luca."

"Aku juga mencintaimu, Sota."

Tamat

~~~~

Akhirnya happy ending...sorry ya endingnya terkesan dipress😁. Mungkin karena ni karya pertama di sini.Tapi semoga next story bisa lebih bagus.
Hope you can enjoy the story.
See you all 🤗

ykd_mosy
14/07/2022

Find Me (BXB) (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang