11. Kenangan 3

6 1 0
                                    


Scene 4

Luca sedang berada di dapur rumahnya. Sementara Sota duduk di kursi meja dapur memperhatikannya. Sota tersenyum lebar dengan menopang dagu. Dia sepertinya menikmati pemandangan Luca yang sedang asyik memasak.

"Aku ingin membantumu." kata Sota antusias.

Luca meliriknya sekilas lalu tersenyum manis.
"Tidak perlu...kau adalah tamu pertamaku dan ini pertama kalinya juga kau datang ke sini. Kau bisa menguasai dapur saat kunjungan berikutnya." sahutnya dengan suara beratnya.

Wangi masakan memenuhi dapur dan hidung Sota. Dia terlihat sudah tidak sabar ingin mencoba masakan Luca. Perlahan dia bangkit dan mendekat pada Luca yang sedang membelakanginya.

Luca merasakan ada lengan yang melingkari pinggangnya dan langsung tersenyum.

"Jangan menggodaku kalau tidak kita tidak akan makan." goda Luca menghentikan kegiatannya dan mematikan kompor.

Sota tersenyum lalu meniup belakang telinga Luca. Luca merasa kegelian lalu berbalik menghadap Sota.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Luca berbisik, dia memeluk pinggang Sota sehingga kini tubuh mereka berdempetan rapat.

"Aku ingin makanan pembuka." jawab Sota tersenyum lalu mengecup bibir Luca.

Luca mengecup membalas. Mereka terus saling membalas dan setelah beberapa saat kecupan menjadi ciuman yang dalam. Mereka saling mengulum bibir dan berpelukan erat. Tangan keduanya saling menjamah ke seluruh tubuh. Luca menyusupkan tangannya ke balik baju Sota dan mulai membelai kulit mulus dan lembutnya.

"Ehmhahh..." Sota mendesah dalam ciumannya.

Luca membelai dada Sota, dia menggoda pucuk dada Sota dengan jarinya. Sota menggeliat kegelian. Luca menyeringai senang.

Sangat sensitif. - bathin Luca senang

Tangan kirinya memerangkap leher Sota untuk memperdalam ciumannya. Dia merasakan gairah Sota bangkit seperti halnya dirinya. Dia menggesekkan bukti gairahnya pada selangkangan Sota. Ini membuat Sota semakin menggelinjang tak karuan dalam pelukan Luca.
Tapi tiba-tiba Sota menjadi susah bernapas dan dia mencengkram bahu Luca sangat kuat. Ini membuat Luca meringis dan menghentikan ciumannya. Dia menatap Sota khawatir.

"Sota...ada apa?" tanya Luca panik, dia memegang bahu Sota dan menatapnya.

Sota memegang dadanya dan bernapas cepat dan memburu. Matanya menutup rapat, keningnya berkerut dan mulutnya seakan berusaha mencari-cari udara yang sulit didapatnya. Keringat membasahi keningnya.

"Akh...hghah...Lu-ca...o-o-bat...di ja-ket...am-bil." Sota terbata-bata menunjuk kepayahan ke arah jaketnya di ruang tamu.

Luca segera menggendong Sota ala bridal dan setengah berlari membawanya ke ruang tamu. Dia membaringkan Sota di sofa lalu meraih paksa jaket Sota yang tersampir di sofa yang lain.

"Obat...obat...mana!?" pekik Luca bingung dan panik. Dia merogoh setiap saku jaket Sota dan akhirnya menemukan sebuah botol kecil di saku bagian dalam jaket. Dia meneliti sesaat tulisan di botol lalu membukanya.

"Be-berapa...butir!?" tanyanya hampir berteriak.

"Akh...sa-satuhh..." jawab Sota masih dengan memegang dadanya.

Luca mengeluarkan 1 butir dan memberikannya pada Sota. Dia memasukkannya ke dalam mulut Sota yang langsung ditelan tanpa air dengan kesusahan oleh Sota. Luca berlari ke dapur dan mengambil minum lalu memberikannya pada Sota.

Luca segera meraih dan memeluk tubuh Sota dengan erat. Dia menunggu reaksi dari obat tadi. Dia tidak tahu obat apa itu. Saat ini yang dia khawatirkan hanya kondisi Sota. Kenapa Sota seperti itu? Sota sakit apa? Dan banyak pertanyaan lagi yang memenuhi kepalanya.
Dia berusaha bernapas normal tapi tanpa disadari nya air mata mengalir di pipinya. Dia meraba pipinya dan melihat air mata di jarinya.

Oh...apa yang terjadi denganku?
Aku menangis??

Luca menatap Sota yang masih terpejam dan mulai bernapas lebih tenang.

"Ada apa denganmu, Sota? Jangan membuatku takut."

Sota perlahan membuka matanya dan menatap Luca dengan pandangan sendu dan lelah. Sebelah tangannya membelai pipi Luca yang basah karena air mata.

"Haah...please, jangan begini, Sota!! Aku sangat takut." bisik Luca yang mulai terisak. Dia semakin kuat memeluk Sota.

"A-aku...baik-baik sa-ja. Jangan me-nangis, sayang." sahut Sota setengah berbisik.

Luca terkejut dengan panggilan 'sayang' dari Sota tapi dia merasa sangat menyukai panggilan itu. Dia tersenyum sedih sekaligus bahagia. Dia mencium kening Sota.

"Aku me-nyayangimu, Luca." sambung Sota dengan tersenyum.

Luca sontak memeluk Sota dengan lembut dan semakin terisak. Dia membawa kepala Sota ke dadanya. Berulangkali dia mencium pucuk kepala Sota. Perasaan ini tak bisa dikendalikannya. Walau Sota pria tapi Luca sangat menyukai...oh bukan...dia sangat menyayanginya seperti kekasih.

Luca kemudian mengangkat tubuh Sota dan menggendongnya ala bridal lagi dan segera membawanya ke kamar tidur. Dia membaringkan Sota di tempat tidur.

"Beristirahatlah, Sota. Aku akan menemanimu." ujar Luca sambil ikut berbaring di sebelah Sota dan menyelimuti tubuh mereka berdua. Dia memeluk tubuh Sota dengan lembut. Setelah beberapa saat mereka pun tertidur karena kelelahan setelah kejutan tadi.

~~~~

ykd_mosy
08/07/2022


Find Me (BXB) (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang