6.) depan tak sama dengan belakang.

4.3K 192 0
                                    


Xander meraih Arin kepelukanya.

Dia amat merindukan calon menantunya.

Ia rindu dengan ucapan pedasnya.

Banyak moment yang ia rindukan,Omelan pedasnya nasehat cerewetnya hingga perhatian kecil dari Arin.

Tak banyak yang menyangka bahwa seseorang seperti xander yang sebelas dua belas dengan Alex, yang dingin dan kejam bisa dekat dengan perempuan.

Begitu pula Elizabeth, ibu Alex ia sangat menyayangi calon menantunya.

Elizabeth senang dengan pola pikir Arin yang dewasa dan logis tak betele tele.

Ia sangat berharap Arin menjadi menantu nya.

Yang terpenting karena Arin, Alex lebih cerah dari sebelumnya.

Arin hanya terpaku .

Bukan ini maunya.

Ah drama sekali hidupnya.

Dengan cepat Arin melepaskan pelukan mereka.

" Permisi masih banyak pekerjaan yang harus saya lakukan terimakasih" dengan cepat Arin berlari tanpa menghiraukan teriakan dari orang tua Alex dan alexian.

Ia berlari menuju ruangannya yang memang berada dalam ruangan yang tak terlalu terlihat karna berada di pojok belakang rumah sakit.

Arin terduduk dengan nafas yang masih tersengal-sengal, dengan rakus ia meminum air putih hingga tandas.

Netra nya menatap ngeri tumpukan berkas yang menumpuk pada mejanya.

Tangan mungilnya membuka sebuah berkas yang sepertinya baru di kirim.

Biodata pasien rumah sakit yang harus Arin tangani lengkap pada berkas itu.

Arin dengan teliti menganalisis data pasien barunya ,jangan sampai ia melupakan detailnya ,jika melupakannya hanya sedikit saja akan berakibat fatal.

Alexian anyuri

Gangguan : OCD

Oh Alexian bocah manis tadi.

Arin tak terkejut memang lumrah anak kecil saat ini banyak menderita gangguan kejiwaan terlebih karena tekanan internal.

Jika di lihat lebih rinci alexian, menurut Arin alexian adalah bocah yang ceria dan memberi aura positif bagi sekitarnya.

Miris sekali alexian umurnya yang masih belia harus mengidap gangguan jiwa.

Dan Masih banyak hal yang tertera lebih rinci tentang Alexian

Arin memijat hidung nya lelah hanya satu pasien saja sudah sangat sulit, dan sekarang ia di tugaskan lebih dari 15 pasien.

Awal nya merawat orang gila mungkin akhirnya ia yang akan menjadi gila.

Hahahah nasib Arin tidak begitu bagus.

Arin menelungkup kan nya pada lipatan tangannya.

Ini baru satu arin .

Satu data pasien saja setebal kamus bahasa Inggris ini lebih dari 10 tumpukan .

Suara ketukan pintu bergema pada ruangan Arin.

Tok tok

" Masuk " dengan cepat ia menegakkan badannya ia tak boleh terlihat lemah.

Walaupun benar si.

" sibuk?" kepala shanti menyembul di Anatara
sela kaca pintu.

Arin tersenyum paksa.

" mata kakak masih normal?"

Apakah matanya buta .

Berkas hampir menutupi wajahnya di bilang sedang sibuk atau tidak?.

Sabar jangan emosi Arin.

Shanti membuka pintu perlahan dan duduk di kursi depan Arin.

" Hehe maaf"

Sebenernya Shanti sangat amat khawatir tentang Arin ,ia merasa miris dengan junior kesayangannya ini.

Shanti adalah gadis ceria dan ramah , cantik juga tidak pernah tertinggal di setiap sebutannya.

Namun tidak ada yang tau seberapa kelam hidupnya.

Termasuk Shanti yang mengidap kelainan seksual.

Atau dalam kata lain Shanti seorang lesbian.

Ini bukan maunya .

Karena faktor keluarganya yang sangat menginginkan anak laki-laki dan mendidik Shanti layaknya laki laki, membuat nya depresi dan trauma.

Belum lagi Masalah percintaan nya yang dulu membuatnya trauma.

Namun hanya ada satu orang yang mengetahui kelainan Shanti.

Arin.

Arin tau karena Shanti pernah menyatakan perasaannya pada Arin.

Namun ,alih alih Arin jijik dan pergi meninggalkan Shanti.

Pelan namun pasti ia membantu Shanti memecahkan traumanya, dan menjadi perempuan normal.

Arin menatap jengah shanti.

"Hehe maap deh " cengiran shanti membuat Arin menghela nafas yah sudah biasa.

" Gimana kak?"

" Makasih semuanya ya Arin Minggu depan ,kakak  menikah tentu dengan seseorang yang mau menerima kakak apa adanya, dan memaklumi trauma kakak " Shanti menghembuskan nafas pelan.

Sebenarnya ia masih takut akan hal ini namun ia harus mencoba untuk kepulihannya.

Arin meraih kedua tangan Shanti di sertai senyum hingga matanya menyipit.

" Tenang jangan khawatir semua pasti akan baik baik saja, kakak percaya Tuhan kan"

Shanti mengangguk pelan.

" Terlepas dari trauma kakak ,tuhan itu adil mau seburuk apapun kakak dulu, tuhan akan selalu membuka kesempatan untuk orang yang ingin memperbaiki diri"

" Tuhan itu gak butuh kita tapi kita butuh tuhan "

Ucapan akhir Arin membuat Shanti tertusuk.

Benar juga.

Ia terlalu berlalut dalam masalahnya .

Hingga ia lupa akan ada tuhan yang memberi jalan keluarnya.

Arin melepaskan tautan tangannya dan beralih pada dokumen nya lagi.

Ah ,Arin sangat fokus pada rekannya hingga lupa pekerjaan nya.

Shanti yang penasaran melirik dokemen itu.

Sepersekian detik ia terkejut dan berbinar.

" Demi Alex kamu dapet alexian ?" Terlalu excited ia hingga lupa ada gelas tepat di sampingnya dan jatuh pecah.

Arin berkedip bingung.

Apa bodohnya kumat?.

" Alexian adalah pasien favorit dokter disini namun ia terlalu berbahaya untuk pria terutama pria dewasa"

" Karena , ia benci pria
Dan senang membunuhnya."

this all comes from youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang