Kira-kira 2 tahun lalu, papa kami membangun rumah untuk kami di pinggir kota Jakarta. Sengaja memilih lokasi di wilayah pengembangan agar dapat membangun rumah yang lebih mewah. Rumah itu dibangun karena kami yang sebelumnya tinggal di kota Bandung, harus pindah lagi lantaran perpindahan dinas papa.
Papa memiliki pekerjaan di pemerintahan yang berhubungan dengan politik. Papa sangat loyal dengan partainya, sehingga ketika partai membutuhkan papa untuk mengurus sesuatu, papa akan langsung menurutinya. Itu juga yang membuat papa memiliki jabatan yang tinggi dan menghasilkan banyak uang untuk keluarga kami.
Karena perpindahan ke Jakarta, kami memutuskan untuk membangun rumah kami yang utama di Jakarta. Namun rumah tersebut baru selesai seminggu yang lalu. Baru saja pindahan, papa diminta untuk membantu salah satu duta besar di luar negeri. Sehingga papa mengurus segala sesuatunya sampai kira-kira satu bulan, kemudian papa dan mama pergi untuk menunaikan tugas yang diamanatkan oleh partai.
Di sisi lain, kakakku, Ivony, yang aku panggil kak Vo, masih tinggal di Bandung untuk mengurus perpindahan kampusnya ke salah satu kampus di Jakarta.
Oh iya, aku lupa memperkenalkan diri, namaku Dazzel, dipanggil Zel. Aku sekarang kelas 3 SMA, kulitku putih, teman-temanku bilang aku ganteng, yaah aku terima saja hahaha. Tinggiku 167 cm, standarlah untuk orang Indonesia. Kalau kakakku merupakan salah satu mahasiswi semester 4 di salah satu universitas di Bandung. Ka Ivo memiliki tinggi 165 cm, memiliki tubuh yang langsing, kaki yang panjang dan jenjang, muka yang imut, dengan ukuran dada yang montok untuk ukuran tubuh langsingnya.
Kalau dilihat lihat sepertinya dia cocok untuk menjadi model dengan bentuk fisiknya dan mukanya yang imut dan manis. Kakakku orang yang sangat baik dan ramah, dia selalu peduli kepadaku, mengurus aku dengan baik sehingga aku menjadi manja. Sebenarnya mama minta kakak untuk meneruskan kuliahnya saja di Bandung, namun karena papa dan mama pindah keluar negeri, kakak langsung buru-buru mengurus kepindahannya agar dapat mengurus aku. Memang kakakku kakak terbaik di dunia.
Singkat cerita setelah mama dan papa berangkat keluar negeri, kakak pun tiba di rumah kami yang di Jakarta. Kakak sangat bersemangat ketika berjumpa denganku, dia memelukku dengan sangat erat dan mencium keningku. Hatiku langsung hangat dan senang sekali bisa bersama dengan kakakku lagi. Sebelumnya aku sangat merindukan kakakku karena sudah lebih dari satu bulan kami tidak bertemu.
Kakakku merapikan barangnya dan membawakanku makanan yang di masaknya dari rumah kami di Bandung. Kami menyantap masakan kakak. Masakan kakakku sangat enak, aku yang sudah merindukan masakan kakakku langsung menghabiskan hidangannya. Kakak yang sudah selesai makan langsung mengangkat makanan piringku dan mencucinya.
Meskipun kami memiliki pembantu, namun kakak tetap mau untuk membereskan dan membersihkan rumah, termasuk mencuci piring.
Ketika dia mencuci piring, aku memeluk kakakku yang saat itu memakai tanktop putih dari belakang. Kami sudah sering bermesraan seperti ini dari kecil, karena papa dan mama kami juga sering bermesraan di depan kami.
Namun saat aku memeluknya, aku merasa ada benda kenyal dan ada sebuah titik yang keras di lengan atasku. Aku gemas sekali dengan kakakku karena biasanya dia tidak pernah pakai pakaian terbuka seperti ini di luar kamarnya.
"Adeeek, kamu ini buat kakak kaget, jadi muncrat ini airnya kena tanktop kakak"
Kata kakak sambil pura-pura kesal tapi dengan nada manja. Kemudian dia balik badan dan aku melihat bahwa kakakku ternyata tidak memakai bra !Aku kaget karena biasanya kakak selalu memakai bra di luar kamar. Aku bingung kenapa kakak memakai pakian terbuka. Untuk informasi, kakakku selalu memakai bra dan pakaian yang tertutup ketika berada di luar kamarnya. Kecuali ketika di dalam kamar, kakak biasanya memakai pakaian seadanya. Tapi kenapa sekarang kakak berpakaian seperti ini di ruang dapur, kalau sebelumnya kakak berpakaian tertutup karena khawatir terlihat pembantu kami, seharusnya kakak memakai pakaian yang tertutup sekarang. Apa mungkin karena papa dan mama tidak ada yaa, atau mungkin juga karena kakak sudah terlalu lapar dan lelah untuk memakai baju luaran. Ahh sudahlah, tapi ini benar2 membuat adikku bangun, aku tidak menyangka kakak punya tubuh sebagus ini.
Ketika aku masih terbengong, aku mendengar suara pintu belakang yang mengarah ke taman terbuka, aku kaget karena aku tahu itu adalah Pak Rahman.
Pak Rahman adalah pembantu kami, sebelumnya Pak Rahman dan istrinya, Mbak Dewi tinggal di rumah kami sebagai pembantu. Yang pertama bekerja untuk kami adalah mbak Dewi, Mbak Wi, (panggilanku untuknya) kemudian berkenalan dengan seorang duda pekerja pabrik, yaitu Pak Rahman. Kami tidak tahu apa penyebab Pak Rahman menduda, atau setidaknya aku yang tidak tahu, mungkin mama dan papa tahu. Nah, Pak Rahman pernah kedapatan menginap di kamar Mbak Dewi yang berada di belakang rumah kami yang di Bandung oleh mama. Kemudian mama yang tidak mau ada gosip-gosip dan hal yang tidak diinginkan, mendorong Dewi untuk menikahi pak Rahman. Kami memanggil mbak karena umurnya masih 25 tahun, sedang Pak Rahman sudah berumur 45 tahun. Namun Pak Rahman masih sangat sehat dan bugar. Dalam bekerja juga cekatan, maka dari itu orangtua ku memutuskan untuk mempekerjakan Pak Rahman untuk menjadi pembantu kami juga. Namun, beberapa bulan lalu Mbak Dewi minta izin untuk kembali ke kampung untuk mengurus bapak dan ibunya yang sedang sakit. Namun karena ternyata toko di kampung juga tidak ada yang mengurus, jadi Mbak Dewi menjaga dan mengurus toko di kampung, sedang Pak Rahman tetap berada di rumah kami untuk menjadi pembantu sampai saat ini. Begitulah kenapa jadinya kami memiliki pembantu laki-laki.
Kembali lagi ke laptop, saat Pak Rahman masuk, aku langsung kaget dan melihat pak Rahman. Namun berbeda dengan reaksi kakakku yang biasa saja, malah menyapa Pak Rahman dengan senyumnya yang manis. Aku juga melihat Pak Rahman kaget melihat penampilan kakakku.
Seketika ember berisi tanah humus untuk kebun bunga kami terjatuh dan tumpah ke lantai. Pak Rahman kemudian berusaha memperbaiki kekacauan yang ia sebabkan. Kakak yang sebelumnya kaget, kemudian lari kecil ke Pak Rahman untuk membantu memasukkan tanah kembali ke ember.
Aku hanya bisa tercengang mendapati kejadian ini. Semuanya terasa begitu cepat. Kakakku yang sebelumnya berpakaian tertutup dihadapan semua orang, tiba-tiba tanpa rasa malu, berpakaian terbuka tanpa bra berkeliling rumah saat ada aku dan Pak Rahman, bahkan menghampiri Pak Rahman tanpa ragu sedikitpun.
Pak Rahman kemudian berusaha melarang kakak untuk ikut membantunya, tapi kakak tetap bersikeras,
"Tidak apa pak, Vo tidak takut kotor kok, berani kotorkan baik" kata kakakku tersenyum sambil menunduk. Aku yang berada di depan wastafel melihat Pak Rahman sesekali mencuri-curi pandang ke bagian dada kakakku. Ketika aku menghampiri ka Vo, aku melihat putingnya membesar dan seperti mengeras dibalik tanktopnya, tidak seperti pertama aku melihatnya. Apa mungkin kakakku horn*i yaa?! Lalu aku berusaha memutar untuk berada di depan kakak untuk melihat lebih jelas, namun kakak keburu berdiri."Sudah selesai pak, bapak lain kali hati-hati yaa. Tolong sapu dan pel lantainya yaa pak agar bersih, sampai ke ruang TV, lumayan lengket soalnya." kata kakakku dengan sopan.
"iyaa neng, bapak akan bersih-bersih rumah" kata Pak Rahman sambil masih menungging.
"Yasudah pak, terus bapak ngapain masih menungging? kan sudah keangkat tanahnya"
"Tidak apa neng, bapak mau begini dulu, soalnya capek tadi bersihin taman, panas-panasan".
"yasudah deh pak, istirahat dulu aja yaa. Mau Vo bawain minum pak?"
"Tidak apa neng, nanti bapak buat sendiri"
"Oke deh pak, Vo mandi dulu yaa, mulai gerah nih, hi hi hi" kakakku ketawa genit sambil melirik bagian bawah Pak Rahman.
Itu memancingku untuk melihat ke arah bawah pak Rahman, ternyata kemaluan Pak Rahman sedang ereksi, kelihatan dari jendolan di bagian depan celananya. Ooh... itu sebabnya Pak Rahman belum mau bangkit.
Kemudian kakak pergi masuk ke kamar untuk mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi yang berada di sebelah sebelah kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Sister
RomanceKakak yang menurutku sempurna. Selalu menyayangi dan memanjakanku. Aku tak butuh yang lain hanya dia. Aku tak mengira sampai di titik ini aku tidak menemukan adanya kekurangan dari kakakku. Seiring dengan berjalannya waktu, kakak semakin membuatku j...