Setelah melihat bercak-bercak di garasi rumah, aku menjadi semakin yakin bahwa kak Vo benar-benar telah melakukannya dengan orang-orang itu.
Aku menuju ke rumah untuk melihat kakak sedang apa setelah kejadian di garasi tadi. Aku menjadi parno sendiri setelah kejadian-kejadian ini. Sesampainya di pintu, aku mendapati ada sendal asing. Kemudian aku ingat kalau Pak RT akan berkunjung hari ini.
Saat di dalam ruang tamu, aku melihat Pak RT dan kakak sedang mengobrol dan pakaian ka Vo sudah ganti dengan yang lebih sopan. Aku menghela nafas, deg-degan membayangkan kakak menyambut pak RT dengan pakaiannya yang nyeleneh tadi. Pak RT dan kakak berdiri melihat kedatanganku.
"Halo adeek, ini pak RT kita, kalau ada apa-apa terjadi di lingkungan sini, kita bisa minta bantuan sama pak RT"
"Halo dik Azel. Ya benar, kamu bisa minta bantuan saya yaa kalau ada apa-apa."
"Iya pak, terima kasih yaa. Silahkan duduk lagi pak. Saya permisi ke dalam dulu ya pak, mau bersih-bersih dulu." Jawabku.
"iya dik, silahkan. Bapak santai kok, bertamu saja, ngobrol dengan kakakmu."
Akhirnya akupun masuk ke dalam untuk mandi. Di kamar mandi aku sudah tidak tahan membayangkan kakak dikerjain oleh dua pengamen dekil tadi. Akupun meyalurkan hasratku dengan tanganku di bawah guyuran shower.
Setelah selesai mandi, aku keluar untuk bergabung bersama kakak dan Pak RT. Belum sampai di ruang tamu, aku mendengar ada suara desahan. Jantungku langsung berdebar kencang, apa lagi ini?!
"Hmmph...hmmphh... Pak, jangan pak, nanti adik saya ke sini."
"Tidak apa, biar adik kamu tahu kalau kakaknya nakal."
"Ahhh... pak, sudah paak. Ahhhh... Hmmphh..."
"Kamu suka kan diginiin?
Dasar kamu cewek binal. Kamu suka bilang aja, jangan malu-malu! Nikmati aja ga usah dorong-dorong. Nanti saya sebarin yang tadi mau?!""Ahhh jangan pak, tolong jangan pak. Saya sudah sampaikan tadi, besok saja pak. Ahhh... Hmmmh... sekarang ada adik saya di rumah, nanti dia keluar terus nemuin kita gini bisa Ahhh... gawat pak. Hmmmphh... "
"Rasain ini!!!"
"Aaaaaaaahhhhhhh... !!!"
Terdengar suara kakakku mendesah, seperti bergetar, cukup panjang. Aku yang tidak tahan langsung mengintip. Astaga, aku mendapati kakak sedang terengah-engah. Bajunya terbuka sampai atas payudar*a, memperlihatkan branya, sebelah cup bra-nya bahkan terbuka memperlihatkan puti*ng kakak. Sedangkan roknya sudah tersingkap sampai perut, dan celana dalam kakak sudah tergeletak di lantai yang bacek. Sofa mereka juga basah. Sungguh menggairahkan sekali pemandangan ini. Mereka berdua basah bak mandi keringat. Aku melihat Pak RT menyeringai, seperti menikmati kemenangannya.
Ternyata selama ini benar, dan akhirnya aku mendapati langsung kejadian ini. Langsung saja aku mengeluarkan adikku, ini sungguh menggairahkan, sensasi col*i yang berbeda, melihat kakak sendiri, mahasiswi dari keluarga terpandang, dikerjain oleh pria tua asing. Siala*n, aku hanya bisa mengintip saat yang lain sudah menikmati kakak.
Aku menduga kakak digrepe-grepe tadi, dan kakak mengalami klimaks. Ternyata yang aku bayangkan selama ini benar. Buktinya dengan Pak RT saja, yang aku taksir umurnya sudah kepala 5 kakak mau. Tidak menutup kemungkinan dengan Pak Rahman juga mau. Apalagi tipe badan keduanya mirip, hanya saja Pak RT sepertinya 5 cm lebih tinggi.
"Hahaa... Dasar cewek binal kamu yaa." Kata Pak RT sambil mencium bibir kakak. Kakak terlihat diam saja, matanya juga tertutup, masih mengatur nafas, mungkin karena kelelahan.
"Sampai ketemu besok yaa sayang."
Lanjut Pak RT setelah mengulum bibir kakak kira-kira satu menit. Saat dia menuju pintu keluar, aku langsung menghentikan aktivitasku dan sembunyi. Aku mengintip kembali ke ruang tamu, kakak masih terengah-engah dan matanya masih tertutup. Aku memutuskan untuk kembali ke kamarku. Di dalam kamar aku berpikir bagaimana caranya agar aku besok bisa bolos sekolah dan melihat apa yang akan terjadi besok.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Sister
RomanceKakak yang menurutku sempurna. Selalu menyayangi dan memanjakanku. Aku tak butuh yang lain hanya dia. Aku tak mengira sampai di titik ini aku tidak menemukan adanya kekurangan dari kakakku. Seiring dengan berjalannya waktu, kakak semakin membuatku j...