Aku menerka-nerka apa yang kakak dan Pak RT bicarakan. Tangan Pak RT sudah mulai mengelus-elus kakak.
Dari lengan sampai ke pahanya.Dari belakang aku lihat bibir kakak dicium. Tangan Pak RT yang satu memegang belakang kepada kakak dan satu lagi meremas panta*tnya yang masih terbungkus handuk. Cukup lama, sampai tiga menit berlalu, kemudian dengan satu hentakan handuk kakak langsung terlepas, aku hanya bisa menikmati dari belakang, sedang Pak RT terlihat kagum dengan tubuh kakak. Kakak yang tingginya 165 cm dan Pak RT yang terpaut 10 cm dari kakak langsung menggendong kakak dan membawanya ke sofa yang mengarah ke TV, sedang pintu depan masih terbuka. Hampir saja aku kelihatan oleh Pak RT saat mereka mengarah ke sofa, untung aku cepat bersembunyi.
Kemudian di sofa, kakak dan Pak RT terdengar saling bercumbu dan mendesah. Aku mulai tidak tahan, segera saja aku mulai onan*i. Namun aku belum berani untuk mengintip, jaraknya terlalu dekat. Aku mencoba mengintip dari sisi sofa yang terjauh. Ternyata Pak RT sedang mengerjai kemalua*n kakak. Kakak terlihat merem-melek dengan nafas yang berat. Mukanya terlihat merah sambil menikmati setiap sentuhan dan jilatan Pak RT.
Dalam waktu kira-kira tiga menit badan kakak melenting, nafasnya tersengal, pinggangnya bergetar seraya terangkat dari sofa. Terlihat Pak RT beberapa kali memainkan lidahnya saat kakak sedang orgas*me sehingga beberapa kali pinggang kakak turun naik seperti tersengat listrik. Melihat itu akupun langsung menumpahkan pej*u di lantai karena tidak tahan melihat pemanasan yang mereka lakukan.
Pak RT kemudian berdiri dan melepas seluruh pakaiannya. Tubuhnya kurus, terlihat garis-garis rusuknya, namun yang buat aku tercengang adalah kemalua*nnya, kira-kira 18 cm mengacung tegak dengan diameter yang tidak kecil dengan urat-urat yang menonjol.
Melihat itu aku dan kakak terkejut. Kemudian Pak RT jalan ke dapur. Aku membayangkan kakak yang bakal dikerjain oleh Pak RT langsung erek*si kembali. Sembari mengintip aku mulai onan*i lagi. Aku juga lihat kakak mulai merangsang dirinya sendiri dengan menyentuh klito*risnya dan meremas buah da*danya. Desahannya terdengar sangat seksi. Aku tidak pernah membayangkan kalau ternyata kakakku sebinal ini !
Pak RT kembali dari dapur dengan membawa gelas, diberikannya gelas berisi air itu kepada kakak. Kakak minum lalu Pak RT mulai mencium bibir kakak kembali. Setelah semenit mereka saling melumat, HP Pak RT berdering. Pak RT tidak memperdulikan HPnya. Kemudian Pak RT berdiri dan kakak berinisiatif mengocok dan memasukkan pen*is Pak RT ke mulutnya. Dengan lihai kakak memainkan batang itu di dalam mulutnya.
Ekspresi keenakan terlihat sangat jelas di wajah Pak RT. Tidak berselang lama HP nya kembali berbunyi, dengan kesal Pak RT mengambil HP nya dan menjawab telepon itu, terdengar seperti ada kegaduhan di suara telepon. Pak RT pun menyudahi teleponnya dan menjambak rambut kakak. Dengan cepat dia memaju-mundurkan kepala kakakku dan di suatu saat kepala kakak ditahan dan kemudian dilepas sampai kakak terbatuk-batuk. Mulut kakak kembali dilumat dan kemudian dimasuko batang lagi oleh Pak RT, kali ini genjotannya lebih kencang sampai kira-kira lima menit yang intens terbayarkan dengan teriakan panjang Pak RT sambil menekan keras kepala kakak ke arahnya yang membuat kakak sulit bernapas. Akhirnya aku melihat kakak menelan pe*ju dari Pak RT, leher kakak terlihat berkedut menerima cairan kental itu. Setelah beberapa detik kakak menolak paha Pak RT sehingga kepalanya terlepas dari cengkraman Pak RT yang sudah melemah.
Kakak batuk-batuk, ada sebagian cairan kental putih yang keluar dan jatuh dari mulut kakak. Pak RT kemudian buru-buru memakai pakaiannya dan mencium kening kakak.
"Besok atau malam ini akan kita selesaikan! "
Setelah Pak RT pergi keluar rumah. Aku melihat kakak kembali tiduran di sofa dan mulai mengerjai vagi*na. Ternyata kakak ingin mencari klimaksnya sendiri. Aku ingin sekali membantu kakak mendapat klimaks, tapi aku tidak mau gegabah, bisa-bisa hubungan kami jadi renggang karena kejadian ini.
Kamipun sama-sama berpacu, mencari kenikmatan masing-masing, aku fokus melihat buah da*da kakak yang bergerak-gerak dengan indahnya. Dalam lima menit kakak mengejang dan mengerang, tubuhnya kembali melenting seperti saat bersama Pak RT tadi, akupun menyusul menumpahkan pe*ju di lantai. Sungguh tontonan live yang sangat hebat dari kakak. Seraya memejamkan mata aku bertanya dalam hati, apakah malam ini atau besok pertunjukan berikutnya berlangsung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Sister
RomanceKakak yang menurutku sempurna. Selalu menyayangi dan memanjakanku. Aku tak butuh yang lain hanya dia. Aku tak mengira sampai di titik ini aku tidak menemukan adanya kekurangan dari kakakku. Seiring dengan berjalannya waktu, kakak semakin membuatku j...