Tidak tersa suada hampir dua mingguan bunga berda di Singapore aku merindukan mu sayang,padahal hampir setiap hari kita tlfn tapi tetap saja bagi ku itu tidak cukup.
Senang rasanya bisa menyapamu
kembali. Wanita dengan suara tenang yang selalu bisa membuat hidupku terasa lebih hangat. Aku paham betul, banyak hal dalam hidupku terasa lebih indah sejak kita saling mengenal. Bagiku berbincang-bincang sejenak denganmu sesaat setelah kau pulang kerja adalah kemewahan yang begitu berarti.Berceloteh ringan mengenai kegiatan pada hari itu, mengeluhkan rasa lelah yang merayap di sekujur punggungmu setelah seharian berkutat di kantor, hingga rencana masa depanmu. Sungguh, aku merasa sangat beruntung menjadi wanita yang kau percaya menjadi tempatmu berbagi cerita. Nyaman rasanya mendengarkan suaramu walaupun itu hanya lewat telepon. Dunia terasa jauh lebih cerah ketika dari ujung telepon sana kau mau membagi sedikit waktu istirahatmu untukku.
Kau adalah sosok yang selalu ku rapal dengan segenap hati disiang dan malamku. Menjelma menjadi rasa rindu yang seolah tak ada habisnya. Ingin rasanya selalu berada di sampingmu, menjaga agar senyummu tetap ada di wajah teduhmu. Menyiapkan secangkir susu hangat kala kau harus begadang demi menyelesaikan setumpuk pekerjaan. Atau dihari Minggu pagi dengan senang hati aku akan memasakkan kesukannmu, kedua jenis masakan yang akan mengingatkanmu pada sosok Ibu di Semarang.
Matahari yang bersinar dengan cerahnya di hari ini, tak pernah berjanji untuk kembali terbit di esok hari. Hujan yang turun hari ini juga tidak pernah menjanjikan akan turun esok hari. Sama seperti kehidupan, waktu tidak akan pernah menjanjikan apa yang sudah dialami hari ini akan terulang dikemudian hari. Kita semua tau, segala hal yang telah kita lewati sejak lahir hingga bertemu penghujung waktu nanti, semua akan menjadi history.
Kita semua tau, setiap tempat yang telah disinggahi pasti selalu mempunyai cerita. Akan selalu ada cerita yang tertinggal, menjadi kenangan, menjadi masalalu, menjadi memori. Lalu, pernahkah kalian merasa ingin kembali pada masalalu itu? Aku sedang berada dalam posisi itu.
Ingin bertemu dan bersama orang-orang terdekat saat dulu hingga sekarang. Ingin memutar waktu, mengulang masalalu. Sungguh satu keinginan yang mustahil. Walaupun setiap orang sudah mampu meninggalkan masalalu, sudah mampu bangkit, mampu move on tanpa melihat lagi ke belakang. Tapi aku yakin, setiap orang pernah atau akan mengalami fase dimana kerinduan itu singgah. Akan ada hari dimana rindu setiap orang sudah terlalu banyak dan jumlahnya kian menumpuk.
Hari dimana hanya ada rasa rindu yang menguasai hati. Hari dimana dalam setiap langkahku hanya akan diiringi bayang rindu. Bercakap mengenai rindu adalah hal rumit yang belum menemui ujung, karena terkadang rindu itu curang. Ia selalu bertambah tanpa mau berkurang. Rindu juga aneh, tidak selalu disebabkan oleh jarak. Kadang hadir untuk seseorang yang sebenarnya ada bersama setiap hari, kadang hadir pada keadaan yang baru saja terjadi.
Sebagian orang mengartikannya sebagai perasaan penuh keromantisan, sebagian lagi mengartikannya sebagai penyebab perih. Aku sedang berada pada satu titik penuh kerinduan. Rindu yang sudah mencapai puncaknya. Dalam kepala ini ada film yang terekam secara otomatis menayangkan memori-memori lama.
Saat rindu datang, kelopak mata ini selalu membendung air mata hingga mengalir deras ke pipi, tanpa diundang, tanpa mau berhenti. Rindu selalu membuatku menangis tanpa bisa aku menepisnya. Rindu selalu membuatku ingin sendirian, hampa dalam bayang siang. Rindu membuatku ingin menatap rembulan, bungkam dalam diam sang malam. Rindu membuatku ingin bermain bersama hujan, memejamkan mata, menengadahkan kepala, merentangkan tangan dan berputar-putar dibawah air hujan.
Menyembunyikan tangis dalam hujan yang aku tak suka dari rindu. Rindu ini tak selalu sempat tersampaikan. Rindu ini tak selalu bisa terbalas utuh. Rinduku selalu menyebabkan perih. Retak muka, remuk raga. Sesak, membuat gelisah. Merasa kesepian tapi rindu juga bisa terasa manis. Rindu bisa menjadi indah.
Saat aku meyakini rindu ini rasa yang dianugerahkan Tuhan dan saat aku bisa menyampaikan rindu walau hanya melalui sujud panjangku, di situlah aku bisa tersenyum karena rindu. Begitulah rindu, bermuara dalam hati, banyak makna, tak terlihat mata, hadir tak disangka. Mau memilih rindu yang indah atau rindu yang perih? Tergantung pada cara kita akan bagaimana menyikapinya.
Menahan rindu hanya akan menyebabkan perih. Setelah fase rindu berakhir, bangkit kambali, tersenyum lagi. Hampiri mereka, hampiri dia dan jangan keras kepala. Sampaikan saja rindu itu selagi masih sempat.
Kepada siapapun kamu, pemilik rindu yang bertumpu. Katanya, rindu adalah keinginan atau hasrat hati untuk bertemu dengan orang tertentu. Orang bilang, rindu itu selalu tentang melihat dan bersatu. Nyatanya, rindu tidak sesempit itu. Ada rindu yang mampu menembus ruang dan waktu. Ada rindu yang tidak bisa ditebus hanya dengan sebuah wujud yang bisa disentuh. Namun sejatinya setiap rindu pasti pernah bicara tentang menunggu.
Rindu mampu menembus ruang dan waktu. Rindu itu bebas, tak berbatas. Rindu tidak melulu tentang sesuatu yang menjauh. Untuk merasakan kerinduan, tidak selalu butuh sebuah kehilangan. Ruang dan waktu hanyalah masalah tempat. Sementara rindu tidak mengenal kedua hal tersebut. Di ruang manapun dan di waktu kapanpun, ketika kerinduan hinggap di hati, maka saat itulah kamu korbankan hatimu untuk merasa.
Ada rindu yang tidak bisa ditebus hanya dengan sebuah wujud yang bisa disentuh. Rindu jauh lebih luas dari apa yang telah dikotak-kotakkan. Rindu itu abstrak. Bukan hanya kepada siapa yang terlihat dan apa yang tersentuh. Rindu bisa hinggap kepada siapapun yang belum pernah bertemu dan kepada apapun yang tidak bisa saling menyentuh. Melihat tidak melihat, menyentuh tidak menyentuh, saat rindu menjamah, saat itulah kamu ikhlaskan hatimu untuk merindu.
Setiap rindu pasti pernah bicara tentang menunggu. Menunggu adalah sebuah ritual khusus dari kerinduan. Menunggu adalah jeda untuk menimbang rasa. Waktu untuk mempertimbangkan kemana rindu harus berujung. Mungkin akan berakhir dengan sebuah perjuangan, mungkin hanya akan merindu saja, atau malah berproses untuk menghilangkannya. Memang ujung rindu tidak selalu selaras dengan kemana arah hati, pikiran dan kaki melangkah. Namun, menimbang merupakan suatu usaha, ada nilai yang terkandung didalamnya. Sehingga pun misal rindu itu memberontak, sebuah pertimbangan dari menunggu tetap bukan hal yang sia-sia.
Dari situ aku sadar adalah sebuah kebenaran bahwa rindu tidak butuh timbangan. Sedikit atau banyak bukan hal yang tepat ketika berbicara soal rindu. Ungkapkan rindu dengan sesederhana mungkin. Lupakan Ja'im dan gengsi. Rindu akan sampai secara utuh ketika kita mengungkapkannya dengan sederhana. Kesederhanaan yang mampu melepaskan beban di hati.
Padahal bunga berada di Singapure belum ada satu bulan tapi aku sadar aku tidak bisa jauh dari nya,tapi aku bahagia ini adalah LDR terakhir ku bersama bunga karena setelah ini bunga akan tinggal di Jakarta dan dia sudah dapat apartemen di kota Kasablanka,meski lumayan jauh dari apartemen ku setidaknya nya kita LDR satu kota bukan negara.
Entah mengapa persaan ku makin dalam pada bunga yang awalnya aku hanya mencoba karena ini pertama kali nya aku menjalani hubungan terlarang tapi aku mendapat sebuah kenyamanan dari nya ia yang begitu tulus dan lembut,bunga memang tidak secantik jihane,tapi ini pilihan ku dia yang sudah banyak mengorbankan waktu hanya untuk ku,ke isengan ku membawa ku ke dalam duani cinta terlarang,tapi aku bahagia.
Selamat membaca maaf ya kalau cerita nya garing dan mungkin kalian bingung dengan cerita ini hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Merindukan Ayah
Teen Fictionselamat pagi,ayah.selamat siang dan malam juga untuk mu.aku sudah lupa Dengan kata sapaan itu karena semenjak aku lahir ke dunia ini aku tak pernah tau,sosok ayah di sekitar ku, hingga lidah ku begitu kaku untuk mengucapkan kata "ayah"bagaimana kaba...