3

524 195 57
                                    

Sesampainya didepan gerbang sekolah, Reva
menghentikan motornya di tepi jalan saat melihat tiga orang sahabatnya yang tengah duduk diatas motor mereka masing masing sambil tersenyum padanya. Reva membuka helmnya dan ikut tersenyum lalu merapikan rambutnya sekilas.

"Morning, boys!" Sapa Reva menampilkan senyum manisnya.

"Morning, sendirian aja?" Harsa menatap ke arah pintu gerbang. "Arka mana?"

Reva mengangkat bahunya acuh. "Entah, belum sampe emang?"

Harsa menggeleng. "Kagak keliatan tuh."

"Yaudah kita masuk aja dulu, entar kita tungguin diparkiran aja." ucap Chandra.

"Yaudah, ayok. Daripada telat entar, gerbang juga bentar lagi mau tutup kayaknya." Sandi melirik jam yang ada di tangannya.

Reva mengangguk. "Yaudah, gas."

Keempat sekawan itu menghidupkan kembali motor mereka dan melaju masuk ke dalam gerbang sekolah yang tengah dalam keadaan ramai karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

Chandra memarkirkan motor di parkiran bagian paling pojok kanan, disampingnya diisi oleh motor milik Reva, kemudian motor Sandi lalu motor Harsa. Reva membuka ponselnya mengecek apakah ada chat masuk dari Arka. Reva hanya takut jika terjadi sesuatu pada sepupunya itu.

Sandi menatap wajah resah Reva yang tampak fokus pada layar ponsel. "Va, fokus amat. Lagi liat apa?" tanyanya sembari mengintip ponsel Reva.

Reva berdecak lalu mendorong wajah Sandi untuk menjauh dari ponselnya. "Kepo lo!"

"Wah, jangan jangan lo pacaran ya, Va?" tunjuk Harsa mengerutkan keningnya sambil menunjuk jahil Reva yang tengah kesal.

Sandi membungkam mulutnya sambil memegang dadanya drama. "What? Lo pacaran, Va?"

Reva menarik kuat kerah baru Sandi dan mengangkat kepalan tangannya. "Diem gak lo! Emangnya kalo gue pacaran, kenapa?!"

Sandi menangkupkan tangannya didepan Reva sambil menyetir lebar. "Enggak, Va. Bercanda doang elah."

Chandra tersenyum tipis sambil menggeleng pelan melihat tingkah sahabatnya. "Udah berantemnya? Bel udah bunyi tuh, sekarang coba cek perlengkapan kalian, udah lengkap apa belum?"

Reva melepaskan cengkraman tangannya dari baju Sandi lalu membuka tasnya mengecek perlengkapan tulis dan buku bukunya sesuai dengan perintah Chandra, ketua OSIS SMA Cempaka Raya yang sangat banyak dikagumi oleh siswi penduduk sekolah itu.

Sandi dan Harsa ikut membuka tas mereka dan mengecek perlengkapan mereka juga. "Gue aman kok, semuanya lengkap." lapor Harsa.

Sandi mengangguk setuju. "Gue juga."

Chandra mengangguk, lalu menatap Reva yang masih sibuk mengotak atik tasnya. "Reva?"

Reva mengangkat pandangannya menatap Candra sambil menampilkan cengiran lebarnya. "Sorry, Chan. Gue kayaknya salah milih buku deh, ini pelajaran hari Senin kemaren."

"Kok bisa gitu?" tanya Chandra lembut, lelaki itu memang dikenal dengan sikap kelembutannya saat berbicara.

Sandi mendecakkan mulutnya berkali kali sambil menggeleng tidak percaya dengan kebiasaan Reva. "Reva-Reva, lo lupa apa emang enggak pernah milih buku? Kayaknya tiap hari gue liat tas lo kosong deh."

DEAR, BABU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang