🐊"Jadi ini yang namanya Haikal Zhafran Al-Fatih?.." Haikal mengangguk.
"Yang selalu diceritakan oleh Daiva ke Bunda?"
Damn it!
Daiva rasanya mau pindah ke Mars saat ini juga.
Saraf simpatik bekerja secara spontan, hormon adrenalin menyerbu tubuh Daiva, respon tak biasa dari vena dimana dibagian tubuh lain vena tidak bereaksi demikian ketika adrenalin dilepaskan, yaa adrenalin hanya memiliki pengaruh kecil ke pembuluh satu ini tetapi lain halnya jika vena berada di pipi. Adrenalin menjalar ke pembuluh darah kecil di wajah gadis itu, akibatnya pipinya bersemu merah.
"Bundaaa," gadis itu merengek malu.
Diam-diam Haikal mengulum senyumnya, apa tadi katanya? Dirinya sering diceritakan Daiva? Ke Bundanya pula. Untuk kali ini, bisakah ia berharap?
Gadis itu masih terlihat merajuk kepada bundanya, pak Rama geleng-geleng kepala melihat tingkah anak istrinya. Sedangkan Bu Rahma semakin gencar menggoda putrinya itu.
Haikal menoleh ke arah Daiva ketika gadis itu sama-sama sedang menoleh ke arahnya. "Apa!" seru Daiva dengan efek adrenalin yang masih ada di pipinya.
Haikal terkekeh, "Enggak."
"Loh kok Haikalnya malah dibentak sih Dai, harusnya kamu anggun, ramah. Ini dia ada di hadapan mu loh kesempatan namanya."
"Gatau ah! Dai ngambek pokoknya," gadis itu bersedekap membelakangi Haikal di sampingnya yang malah terkekeh dengan orang tuanya. Paket komplit emang, paket komplit buat jantung Daiva deg-degan.
🐊
Sunyi, sepi, sendiri. Itulah suasana rumah monokrom itu. Atmosfir di dalamnya dingin membuat siapa saja yang masuk ke dalamnya bisa merasakan betapa dinginnya rumah ini.
Seorang pria dengan baju seragam yang masih terpasang rapih di badannya bersandar di pintu kayu dengan tinggi kurang lebih 2 meter. Badannya yang tegap tiba-tiba merosot begitu saja, ketegasan, ketangguhan yang selama di sekolah melekat pada sosoknya buyar begitu saja.
Nampaknya sekarang pria dengan senyuman manis itu sedang rapuh.
Tidak
Karena nyatanya dia selalu rapuh tanpa orang lain tahu. Sungguh, dia hanya seorang remaja 18 tahun yang butuh kasih sayang keluarga, kehangatan keluarga dan kehadiran keluarga.
Alby tidak suka rumah, ia lebih senang bersekolah sampai senja menguasai langit. Ini terlalu dingin untuk seseorang yang hangat seperti Alby. Terlalu sunyi untuk seseorang yang berisik seperti Alby.
Selama 20 menit pria itu hanya duduk bersandar di pintu membiarkan angin membelainya sesuka hati, membiarkan angin mendekap tubuhnya tanpa terkecuali. Dia benci ketika nyatanya dia tidak sekuat yang ia harapkan.
Hanya satu orang, seorang gadis yang bisa meluluh lantahkan pertahanannya. Padahal sebelumnya dia yakin sampai detik itu tidak ada lagi yang bisa membuat hatinya sakit, dia sudah berteman baik dengan rasa itu dari beberapa tahun yang lalu.
"Jatuh cinta itu, sesakit ini ya?" tanya nya pada molekul apa saja yang berterbangan di udara.
Dia tidak se-sempurna Haikal yang menjadi incaran Daiva. Mengingat Haikal, pria yang disukai Daiva membuat hatinya sakit dan, sedikit tenang. Alby bisa melihat jika Haikal adalah pria baik untuk Daiva.
Alby mencintai Daiva dengan amat sangat sejak 2 tahun yang lalu, tetapi sepertinya gadis itu tidak pernah sadar akan adanya perasaan itu. Binar matanya selalu begitu, sama saja sejak pertama kali Alby melihatnya saat MPLS, datar, dingin dan err ambisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The last mission
Novela JuvenilBertemu dengan mu adalah hal yang akan selalu ku syukuri, mencintai mu adalah hal yang tidak akan pernah aku sesali, bersama mu adalah mimpi indah yang selalu aku harapkan. Orang bilang kamu ini kamu itu, orang bilang jangan menyukai kamu, tapi ter...