⁰.⁴

365 39 2
                                    

"Weh capung!" sapa Jian pertama sambil berlari kecil menghampiri Dirga. Sedangkan Dirga sendiri tersenyum kecut saat melihat Jian yang malah menghampirinya.

Saat sudah berada didepan Dirga dan Rey. Cowok itu menyengir dan memeluk lengan kiri Dirga.

"Maksud lo gini ngapain?!" tanya Dirga dengan heran dan dengan nada tidak santainya. Jian nyengir. "Gue kan mau berbagi kasih sayang."

"Kasih sayang mata mu!" sungut Dirga kesal yang malah membuat Jian lebih bersemangat untuk mengerjai pemuda itu.

"Devan ada?" atensi Jian langsung teralihkan pada Rey yang tiba-tiba bertanya tentang Devan. Agak kaget saat Rey yang bertanya.

"Iya, kenapa?" Rey langsung menggeleng.

"Cuman nanya," balasnya singkat. Alis Jian menukik sebentar dan kembali normal. Kejahilan seorang Jian kepada Dirga tidak sampai situ saja, cowok tengil itu sekarang malah menarik Dirga tanpa aba-aba ngebuat cowok yang ia tarik misuh-misuh dan mengumpati Jian terus.

Rey yang ditinggal menggeleng dan menyusul dua manusia itu dengan berlari kecil. Bohong kalau Rey juga tidak capek dengan kelakuan dan ocehan Jian yang tidak pernah habis.

Setelah masuk area waterbom, mata Rey terus bergerak menelusuri seluruh isi waterbom dan akhirnya ia tersenyum lebar saat menemukan apa yang ingin ia lihat.

Ditepi kolam, terlihat Devan yang merenggut kesal ke arah Aska. Sepertinya cowok itu kesal akan sesuatu. Lalu Jian dan Dirga datang menghampiri Devan, Aska, dan Rian.

Merasa ia mendapat kesempatan untuk berdekatan dengan Devan, pun akhirnya ia menghampiri mereka dengan dalih ingin menghampiri Dirga.

Kenapa fokus Rey hanya ke Devan? Jawabannya mudah, Rey menyukai Devan, mungkin semenjak ia duduk dibangku SMP? Atau baru-baru saat kuliah saja? Entahlah, tunggu Rey berbuka suara saja.

"Kok lo juga ada, sih?" tanya Aska dengan nada tak suka pada Rey. Devan yang peka, kemudian mencubit pinggang adiknya.

"Lo kenapa, sih? Inikan tempat umum bukan tempat punya lo," sahut Devan kesal. Aska cemburut dan ia mengatakan maaf kepada sang kakak. Rian sendiri terus menatapi tangan Jian yang memeluk tangan Dirga dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gue ngeganggu ya?" tanyanya canggung. Devan tersenyum tipis. "Gak kok, tenang aja." meski merasa risih mengingat Rey yang suka menatapinya.

"Ayank Rian kok natapin aku gitu? Cemburu ya?" goda Jian. Teman-temannya menoleh kepada Rian yang kelabakan.

"Hah? Ngawur lo. Gue cuman kasian sama Dirga," elak Rian. Dan teman-temannya percaya saja.

Dirga juga mensetujui ucapan Rian barusan. Kasian sekali dirinya yang menjadi korban Jian.

"Gue gak ikut renang ya, kalian aja." ujar Devan tiba-tiba. Aska merubah rautnya kembali menjadi cemberut. "Percuma dong gue ngajak lo kesini?" Devan membuang nafas lalu menggeleng.

Tangannya menepuk pelan pundak Aska. "Lo gak diskusi sama gue, sih. Udah ya, lo pada nikmatin aja gue ke kolam yang sepi aja." setelah itu Devan pergi dan benar-benar menuju ke kolam yang sepi. Hanya ada tiga orang disana, yaitu anak-anak.

Tanpa disangka Devan, Rey menyusulnya dan ikut duduk disamping Devan yang sudah duduk ditepi kolam dengan kaki yang ia celupkan ke dalam air. Sebelum mencelupkan kakinya, ia melipat celananya agar tidak basah di ikuti oleh Rey.

"Lo gak ikut mereka main?" Rey menggeleng saat ditanya Devan.

"Kenapa?" tanya Devan lagi.

"Gak ada, niat gue udah ganti," sahut Rey sambil tersenyum. kening Rey mengerut bingung.

KejarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang