Chapter 10

2.8K 244 57
                                    

Hari-hari setelah percakapan malam itu terasa lebih cerah bagi Jeonghan. Dengan mengetahui lebih banyak tentang masa lalu Seungcheol, ia merasa semakin dekat dengan kekasihnya. Namun, rasa cemas tetap menghantuinya. Bagaimana jika dunia luar menemukan identitas mereka? Jeonghan bertekad untuk tidak membiarkan ketakutan itu menghalangi hubungan mereka.

Suatu sore, Jeonghan dan Seungcheol bertemu di taman sekolah, tempat favorit mereka untuk berbagi cerita dan menikmati kebersamaan. Di sana, suasana terasa tenang, diwarnai dengan suara burung dan tawa siswa lainnya yang bermain di sekitar.

Tiba-tiba, Mingyu muncul dengan senyum sinis di wajahnya di hadapan mereka. "Hei, Cheol. Masih berusaha menyembunyikan rahasiamu dari semua orang? Apa kau pikir kau bisa terus bersembunyi selamanya setelah rahasiamu sudah terbongkar kemarin?" katanya.

Jeonghan merasakan ketegangan dalam suasana. Ia menggenggam tangan Seungcheol lebih erat. "Mingyu, ini bukan urusanmu." Seungcheol menjawab, suaranya terdengar dingin.

"Oh, tapi ini juga urusanku sekarang. Aku gak ingin teman-temanku bergaul dengan para penghisap darah, Jeonghan bahkan sudah menjadi bukti nyata ulahmu." Mingyu menantang, dengan nada mengejek.

Jeonghan merasakan kemarahan mulai membara di dalam dirinya, tetapi Seungcheol menahannya dengan sebuah tatapan. 

"Kami bukan seperti yang kau pikirkan, Mingyu. Jeonghan adalah orang yang baik, dan aku tidak akan membiarkanmu merendahkan dia." Seungcheol menjelaskan.

"Ya, ya. Kita lihat saja nanti." Mingyu menjawab dengan senyum sinis sebelum pergi, meninggalkan Jeonghan dan Seungcheol dalam ketegangan.

"Hahhhh... Sampai kapan dia mau bersikap seperti ini." Seungcheol berkata setelah Mingyu pergi, menatap Jeonghan yang masih tampak cemas.

Jeonghan mengangguk, tetapi kegelisahan di wajahnya tak bisa disembunyikan. "Kita bahkan gak tahu kapan dia akan menyerang kita. Dia hanya memberiku peringatan dan ancaman terus-menerus." katanya.

Seungcheol mendekat, menaruh tangannya di pipi Jeonghan. "Kita akan menghadapi semua ini bersama, apapun yang terjadi. Aku berjanji akan melindungimu." katanya.

Ketika Seungcheol mengucapkan janji itu, Jeonghan merasakan kehangatan dan keamanan yang membuatnya merasa lebih baik.

Dalam momen itu, mereka kembali berbagi ciuman lembut dan menghapus semua ketakutan yang ada. Seungcheol adalah pelindung dan Jeonghan adalah cahaya dalam hidup mereka.

***

Malamnya, saat mereka duduk bersama di sebuah kafe, Jeonghan tak bisa menahan rasa ingin tahunya lagi. "Seungcheol, apa kau pernah berpikir tentang masa depan kita?" katanya.

Seungcheol tersenyum, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Maksudmu?" katanya.

"Kita sudah menjadi pasangan. Kita harus memikirkan apa yang akan kita lakukan setelah lulus sekolah nanti." Jeonghan menjelaskan.

"Aku ingin kita tetap bersama, apapun yang terjadi. Karena kau adalah alasan aku ingin bertahan di sini." Seungcheol menjawab, melihat ke dalam mata Jeonghan dengan serius.

Jeonghan merasakan jantungnya berdebar, "Aku juga, Seungcheol. Kita bisa menghadapi dunia ini bersama." katanya.

Dengan kata-kata itu, mereka mengangkat gelas minuman mereka, bersulang untuk masa depan yang cerah, meskipun dunia di luar sana dipenuhi dengan ketidakpastian.

Di tengah-tengah rasa syukur dan harapan, Jeonghan merasa seolah-olah ia memiliki segalanya. Namun, di dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa tantangan baru akan segera datang.

***

Jeonghan terbangun di tengah malam, merasakan ketegangan yang menyelimuti ruang tidur mereka. Seungcheol sudah tertidur pulas di sampingnya, wajahnya yang tenang memberi Jeonghan sedikit ketenangan. Namun, pikiran tentang Mingyu dan ancaman yang bisa muncul kapan saja terus menghantuinya. Jeonghan menyandarkan kepalanya ke bantal dan menatap langit-langit ruangan, mencoba meredakan pikirannya.

SEVENTEEN : Code Four | JeongCheol ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang