6 | Satu Atap

344 74 54
                                    

Halo semua!! Aku comeback! Kali ini dengan suasana hati yang berbeda dan dengan beban pikiran yang lebih ringan hehe. Alhamdulillah, ujianku selesai. Kini tinggal menunggu hasilnya, jadi buat ke depannya, insyaa allah aku bakal lebih sering update.

Sebelumnya makasih atas doa dan semangat dari kalian... Makasih juga udah dengan sabar menunggu update cerita ini... semoga ke depannya, cerita-ceritaku bisa menghibur kalian semua💜

Selamat membaca😊

***

Udara malam di pegunungan membuat Sohyun beberapa kali harus membetulkan selimut dan menggosok-gosokkan telapak tangan. Penghangat ruangan saja tak cukup untuk menghalau dinginnya suhu. Di samping itu, meskipun terbiasa dengan kesendirian, menurutnya keheningan di rumah barunya terasa begitu asing. Seolah-olah, Sohyun baru pertama kali merasakannya. Hal itu membuatnya tidak nyaman sampai-sampai ia tidak bisa memejamkan mata.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Seseorang dengan langkah kaki teratur, perlahan datang mendekat ke arah tempat tidurnya. Diikuti suara Bu Jiyoon yang begitu lembut menuntun dan membimbing kedatangan seseorang.

"Nah, Tuan Muda ... mulai hari ini, Anda tidak akan tidur sendirian lagi. Nyoya Muda yang akan menemani Anda. Anda senang?"

Tidak ada jawaban. Sohyun meneguk ludahnya. Nyaris saja ia berdeham. Ia hampir mengungkapkan rahasia kalau sebenarnya ia bisa bicara. Gadis itu terlihat gugup.

Mereka akan tidur bersama? Tunggu, apakah itu artinya Cho Sohyun dan Lim Jungkook akan melakukan malam pertama? Bisa jadi, kan! Mereka adalah pengantin baru. Walaupun di acara pemberkatan Jungkook tidak hadir, namun pernikahan mereka telah sah di depan pendeta dan telah diakui secara hukum.

"Tuan Muda, saya izin undur diri. Selamat beristirahat."

Tidak! Tunggu, Bu Jiyoon! Anda serius meninggalkan saya bersama pria ini?

Sohyun gelisah dalam pikiran. Ia takut diapa-apakan. Sejujurnya, ia juga tidak siap melakukan hal yang orang-orang sebut sebagai "hubungan suami–istri" karena ia sendiri masih belum bisa menerima pernikahan ini.

Namun sia-sia. Mau seperti apa ekspresi Sohyun saat itu, Bu Jiyoon tidak menyadarinya. Cahaya di ruangan terlalu remang-remang sehingga sulit bagi wanita itu untuk melihat kekalutan di garis wajah Sohyun.

Pintu pun tertutup. Sohyun merapatkan selimutnya. Jantungnya berdegup kencang, seakan-akan ia sedang diincar harimau jika bergerak sedikit saja. Sohyun merapalkan doa dalam hati, semoga ia masih bisa hidup sampai besok. Dan semoga, ia masih dalam keadaan 'suci'.

Tolong.... Jangan menyentuhku... Biarkan aku tidur nyenyak malam ini....

Kasur di sebelahnya berguncang. Sohyun mencium aroma parfum yang menenangkan. Sebenarnya bukan baru sekarang Sohyun menghirup aroma itu. Namun sejak ia masuk ke dalam kamar, anehnya seluruh ruangan dipenuhi aroma yang sama—aroma yang tidak dikenalinya. Dan semakin kuat ketika pria itu berada di dekatnya.

"Is...tri?"

Apa?! Mau apa sekarang?

"Walaupun tidak seru karena Istri tidak bisa bicara, aku akan tetap menerima."

Love LanguageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang