11 | Adik Ipar

312 73 50
                                    

Sohyun berdiri di depan lemari pakaian. Mengamati satu per satu setelan yang ada di sana untuk mencari tahu mana yang pantas dikenakan oleh Jungkook. Sesekali ia menggaruk kepalanya, bingung. Kira-kira baju seperti apa yang disukai suaminya?

Sementara itu, Jungkook sedang mandi. Sejam lagi mereka harus ada di meja makan untuk menyantap sarapan pagi. Bu Jiyoon yang tak sengaja lewat dan memergoki gerak-gerik Sohyun dari celah pintu pun menghampiri.

"Nyonya, kenapa?"

"Bu Jiyoon, untung Anda datang! Ah, ini ... saya tidak tahu pakaian apa yang nyaman untuk Jungkook."

"Nyonya, panggilannya?" ingat Bu Jiyoon.

"Eng ... maksudku, saya tidak tahu pakaian apa yang nyaman di–dipakai o–oleh S–su.... Suamiku...."

Bu Jiyoon tergelitik. Terdengar kaku memang. Namun, Bu Jiyoon tak sabar menunggu saat dimana Sohyun terbiasa dengan panggilan itu, lalu tanpa sadar mulai mengucapkannya dengan penuh kasih sayang.

"Nyonya, tidak perlu tahu selera seseorang untuk tahu pakaian mana yang cocok dengannya. Sekarang menurut Nyonya, Tuan Muda itu orang yang bagaimana?"

Bukan berarti Bu Jiyoon tak mengetahui pakaian keseharian tuannya. Hanya saja, ia ingin memancing Sohyun untuk menebak dengan sendirinya. Dan benar saja, gadis itu cepat menangkap maksud Bu Jiyoon dan segera meraih polo shirt dengan warna tan polos serta bawahan celana chino dengan warna cokelat.

"Jungkook, eh, maksudku, suamiku itu orangnya polos dan sederhana. Saya yakin, pakaian ini cocok untuknya."

Sohyun kemudian meletakkan setelan itu di atas kasur dan bersiap untuk keluar dari kamar. Namun, Bu Jiyoon mencegahnya.

"Nyonya mau kemana?"

"Ya keluar dong, Bu. Masa saya nungguin suami saya ganti pakaian...." Sohyun tertawa kikuk, niatnya sih ingin bergurau. Tetapi sepertinya, Bu Jiyoon menganggapnya serius.

"Tidak bisa. Nyonya harus tetap di sini dan membantu Tuan Muda bersiap. Nyonya pikir, selama ini pekerjaan Minah itu apa? Dia digaji untuk melayani Tuan Muda, termasuk membantunya mengenakan pakaian."

"Apa? Sampai segitunya, Bu?"

"Nyonya, hal sekecil ini wajar dilakukan pelayan di keluarga terpandang. Nyonya mau menyerahkan tugas ini pada Minah lagi?"

Tidak. Tunggu, kenapa aku jadi sangat sensitif? Padahal kan ini tugas yang biasa dilakukan oleh wanita itu.

Melawan logika, Sohyun jujur saja tidak ingin suaminya didekati oleh Hwang Minah. Meskipun ia tidak ingin repot-repot dipusingkan oleh pemikiran bodoh berdasar kecemburuan. Namun ia mewajarkannya, karena kan ... ya, sekali lagi. Jungkook adalah suami Sohyun, yang berarti setiap inci dari tubuh Jungkook juga adalah miliknya seorang.

Sohyun menggelengkan kepalanya. "Tidak, Bu. Saya yang akan melanjutkan tugas itu mulai dari sekarang."

"Bagus. Kalau begitu, Nyonya tunggu saja sampai Tuan Muda selesai mandi. Saya akan menyiapkan sarapan bersama Minah secepatnya."

Benar. Aku nggak boleh memberikan wanita itu kesempatan untuk mendekati Jungkook lagi. Sebaiknya memang begini.

Sohyun pun menunggu Jungkook dengan sedikit gugup. Tidak mungkin kan, Jungkook akan keluar dari pintu kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat? Seperti ... yang ia lihat kemarin?

Tidak! Tidak! Stop, aku mulai berpikiran kotor lagi!

Sohyun menepuk kedua pipinya. Hingga tanpa sadar, seorang pria bertubuh tegap berdiri di belakangnya.

Love LanguageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang