14 | Pewaris

163 30 1
                                    

Seperti yang sudah dibahas, Nyonya Soyi adalah seorang janda yang bangkit dan bertahan hidup dengan membesarkan bisnis industri farmasi yang ditinggalkan suaminya. Namun akhir-akhir ini, ia sibuk mengurus perusahaan impor yang dimiliki oleh keluarga asalnya, yaitu keluarga Lim. Meskipun telah dibantu oleh adiknya, yaitu Tuan Lim, Soyi semata-mata tak ingin lepas tangan. Beberapa kali bisnis peninggalan ayahnya hampir jatuh karena kelalaian Tuan Lim. Oleh sebab itu, ia sendirilah yang memutuskan untuk memegang perusahaan impor sang ayah.

Sementara, agar industri farmasi keluarga Kang tidak terbengkalai, Soyi meminta bantuan keponakan termudanya—Lim Wooseok—untuk menangani. Alhasil, Lim Wooseok resmi dinyatakan sebagai direktur utama di DK Chemicals dengan Soyi sebagai CEO-nya.

Sudah beberapa bulan ini DK Chemicals yang dipegang Wooseok berjalan dengan aman, namun baru-baru ini Soyi mendengar embusan angin yang mengatakan kalau banyak stok obat-obatan keras produksinya yang menghilang. Makanya, Soyi kelimpungan sendiri. Bagaimana ia harus menangani kedua perusahaan dalam satu waktu?

"Kak, percayakan saja perusahaan ayah padaku. Kembalilah ke DK. Mereka membutuhkanmu."

"Tidak, tidak! Apa kau tidak tahu, Han Beomseok menghilang dan aku yakin dia merencakanan sesuatu. Sampai perusahaan ini resmi berada di tangan kita, kita tidak boleh lengah. Urusan perusahaan suamiku, jangan pedulikan. Aku pasti bisa mengatasinya nanti."

Walaupun berucap cukup yakin dan tenang, dalam hati, wanita itu sangat gelisah. Tinggal menunggu hari sampai Sohyun mewarisi kekayaan keluarga Lim. Ya, Soyi tahu. Gadis yang sengaja ia adopsi itu adalah anak dari Cho Hyunmin, kakak tirinya, sekaligus orang yang diberikan warisan oleh ayahnya kandungnya.

"Andai saja Ayah tidak terbutakan oleh cinta, dan mewariskan seluruh harta kekayaannya kepada anak tirinya, aku pasti tidak akan bertindak sejauh ini."

Tuan Lim terdiam, mengiyakan pendapat sang kakak yang terduduk di meja kerjanya dengan sangat serius.

***

"Hai, apa kabar?" Sohyun menyapa ramah suaminya yang lagi-lagi sedang melukis.

Ini jam makan siang. Beberapa kali Sohyun datang, sesuai jam kunjungan, hanya untuk memastikan agar suaminya makan tepat waktu.

"Kau tidak menjawabku? Sebenarnya kau sedang melukis apa sampai keningmu mengkerut begitu—" Sohyun terhenyak. Ditelitinya sebuah lukisan wajah yang agak asing.

Itu bukan wajahku? Wajah ini bahkan lebih cantik dariku. Oh, apakah Jungkook sengaja melukisku seindah ini?

Tanpa bertanya, Sohyun tersipu malu meyakini bahwa lukisan itu adalah wajahnya. Hingga tak lama kemudian, ia tertampar oleh fakta.

"Pasien Jungkook, saatnya makan siang." Seorang suster datang. Bukan, bukan suster itu yang menyita perhatian Sohyun, melainkan seorang wanita cantik di belakangnya.

Tunggu, wajahnya familiar....

Sohyun merenung. Mengamati wajah wanita itu dan membandingkannya dengan yang ada di kanvas Jungkook. Begitu terus hingga lehernya hampir patah karena bolak-balik menatap dua objek secara bergantian.

Tidak mungkin!

"Selamat siang, Jungkook-ssi. Hari ini, karya apalagi yang Anda lukis?"

Belum sempat melongok ke arah lukisan, Sohyun buru-buru merebut kanvas itu dan menyembunyikannya di balik badan. Membuat Jungkook kebingungan.

Love LanguageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang