Bagian 7

156 14 1
                                    

Udara terasa dingin pagi ini, kabut tipis melayang menutupi punggungan bukit hingga ke puncaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara terasa dingin pagi ini, kabut tipis melayang menutupi punggungan bukit hingga ke puncaknya. Embun-embun membasahi daun teh yang tersebar luas. Aroma khas pagi di kawasan dataran tinggi menjadi hal biasa bagi para orang-orang yang tinggal di sekitar sini. Tak lupa jaket dan topi hangat melindungi tubuh mereka.

Terhitung sudah dua hari Yohan berada di vila ini, bersama beberapa orang lainnya Yohan menyapu halaman depan vila. Suara lidi-lidi yang diikat terdengar nyaring saat bertemu tanah yang penuh dengan kerikil dan dedaunan kering. Sambil melamun Yohan menyapu semua daun dan mengumpulkannya di sudut halaman vila.

Halaman vila ini tak begitu luas. Hanya berupa taman yang ditumbuhi pohon ceri dengan sedikit tanaman hias dan bunga yang tumbuh di bawahnya. Ada juga air mancur kecil dan sebuah kursi kayu untuk bersantai.

“Kenapa malah disuruh kerja begini?” gumam Yohan sambil melihat sekitar.
Tak lama datang J mendekat, ia berjalan ke arah Yohan melewati beberapa orang yang juga sedang melakukan kerja bakti. Sadar akan kedatangannya, Yohan berdiri dan menunggu pria berkacamata itu sampai di hadapannya.

“Ikut aku!” ujar J.

“Ke mana?”

“Ikut!”

“Oke.” Yohan menaruh sapunya, kemudian berjalan mengikuti J yang ada di depannya. J melangkah melewati taman dan halaman depan, lalu berputar menuju ke belakang vila. Di belakang vila rupanya ada satu gerbang lagi. Gerbang belakang yang tak terlalu besar tapi cukup untuk mobil masuk.

Di sana terparkir mobil box berwarna hitam. Dengan beberapa laki-laki berbaju serba hitam yang semuanya merupakan ajudan El. Di tambah satu orang supir yang memakai jaket dan pakaian selayaknya orang biasa.

“Yohan, kami butuh bantuanmu,” kata El.

“Bantuan apa?”

Tangan El menunjuk ke arah mobil box. Kemudian beberapa orang berbaju hitam itu mulai naik ke dalam dan mengeluarkan kardus-kardus berukuran sedang. “Tolong, tanggapi!”

“Iya.” Yohan langsung sigap mengambil kardus-kardus itu dan menaruhnya di luar motor. Entah apa isinya, yang jelas terasa berat saat ia angkat. Dan sedikit berdebu, ditambah bau kardus yang kurang enak di hidung.

“Segera bawa ke dalam!” perintah El.
Total semuanya ada sepuluh kardus, Yohan beserta beberapa orang yang ada di sana mulai mengangkat kardus itu masing-masing satu kardus per orang. Sambil menahan beban yang cukup berat, mereka berjalan masuk melewati pintu belakang. Kemudian masuk ke sebuah ruangan dengan pintu besi yang tebal.

Yohan kaget saat masuk ke dalam ruangan itu. Berbagai jenis perhiasan emas sampai batu mulia terpajang di mana-mana. Semuanya bernilai amat mahal dan berkilau terkena pantulan cahaya lampu. Pria berkumis itu terdiam sambil memandangi sekitar.

“Heh, taruh sini!” kata salah satu orang berwarna hitam.

“Ah, iya!” Yohan segera berjalan ke arah tumpukkan kardus, lalu menaruh miliknya di posisi atas. “Kalau boleh tau, apa isi kardus ini?”

Ave Satanas (Terpujilah Setan) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang