Bagian 9

150 19 0
                                    

Setelah melewati berbagai hal gila di tempat ini, perjalanan Yohan belum selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melewati berbagai hal gila di tempat ini, perjalanan Yohan belum selesai. Di malam selanjutnya, masih ada kegiatan kedua dari tiga kegiatan rutin yang mereka lakukan dalam satu minggu. Suasana sepi ketika Yohan keluar kamar, semua orang termasuk staff dan anak buah El berkumpul di atas. Yohan selalu jadi yang terakhir datang.

Saat hendak naik ke lantai dua, mendadak pikiran licik Yohan pun muncul. Ia lantas menghentikan langkahnya, matanya melihat sekitar. Memastikan tidak ada orang selain dirinya. Kemudian diam-diam ia melangkah kembali ke lorong dan berjalan sendiri ke arah belakang vila.

Langkah kakinya menuju ke suatu tempat, dan berhenti di sebuah pintu besi. Di mana berbagai perhiasan dan uang tersimpan di sana. Akan tetapi, saat sudah sampai di depan ruangan yang dituju, ia malah gugup. Wajahnya mulai berkeringat.

“Apa ini waktu yang tepat?” gumamnya ragu-ragu. Lagi-lagi, Yohan celingak-celinguk melihat sekitar. Memastikan tak ada orang yang melihat aksinya ini. “Aman! Mumpung semuanya di atas, kapan lagi sepi begini! Ini saat yang tepat.”

Yohan lalu memegang gagang pintu besi itu. Rupanya tidak terkunci, betapa senangnya Yohan. Ia berpikir akan berhasil mendapatkan semua harta itu lalu pergi dari tempat ini dan menjadi orang kaya. Memulai hidup dan bisnis baru. Pintu ia buka lebar, lalu masuk ke dalam dengan cepat.

“Sedang apa, Yohan?” tanya J yang entah bagaimana tiba-tiba berada di dalam ruangan itu. Yohan kaget dan hampir melompat, J menatapnya dengan mata hitam itu. Yohan mulai terpojok.

“E-enggak, gak apa-apa!” jawabnya dengan suara gagap.

“Semua orang berkumpul di lantai dua, kenapa kamu tak segera ke sana?”

“Iya, aku ke sana! Maaf ya!” Yohan berjalan cepat meninggalkan ruangan itu dan buru-buru naik ke lantai atas. Setelah Yohan pergi, J pun menghilang menjadi asap.

Setelah sampai di lantai atas, ia melihat aula tampak gelap. Lampu tidak dinyalakan, tapi ia bisa merasakan ada aktivitas di dalam sana. Dengan memberanikan diri, Yohan pun membuka pintu.

Semua orang sedang duduk bersimpuh menghadap ke arah altar. Sebuah obor menyala menjadi satu-satunya penerangan di ruangan itu. El berdiri di altar sambil memegang obor itu. Yohan pun segera duduk sebelum seseorang menegurnya.

Suasana sangat hening dan khidmat. Wajah  semua orang begitu serius. El menggambar sebuah lingkaran sigil dengan motif-motif tertentu di lantai. Dari bagian belakang, El terus memperhatikannya.

Lingkaran sigil itu diberi empat lilin yang masing-masing diletakkan sesuai penjuru mata angin. Mulut El tampak komat-kamit. Lalu ia berjalan ke salah satu ajudannya yang memegang sebuah karung kecil berwarna cokelat.

El mengambil karung itu dan mengeluarkan isinya. Keluarlah sebuah kepala kambing segar yang darahnya masih menetes-netes, tanpa ragu El memegangnya. Lalu meletakkannya di tengah lingkaran sigil. Tak hanya kepala kambing, ia juga menaruh perhiasan di sekitar sigil itu.

Ave Satanas (Terpujilah Setan) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang