Hari-hari Abel harus mulai dibiasakan dengan kemunculan pesan-pesan ajaib, telepon, atau kemunculan Dimas di Orion ataupun Adara. Untuk saat ini Dimas masih belum bisa asal muncul di rumah Abel setelah mendengar ancaman keluar dari mulut gadis itu. Dimas pun dilarang olehnya untuk terlalu sering mengantar ataupun menjemput Abel dan Abil. Gadis itu tidak ingin mereka bergantung terlalu banyak pada Dimas dikala ia sendiri belum yakin.
Tapi untuk hari ini Abel mengizinkan Dimas untuk menjemputnya di Adara. Laki-laki itu sedikit memaksa untuk ikut acara belanja bulanan Abel di Sabtu siang ini. Ia bahkan sudah duduk manis di sofa ruang tamu Adara dengan Abil yang sedang memainkan legonya, menunggu Abel yang masih melakukan meeting di Orion bersama kedua sahabatnya dan kliennya untuk acara pameran fashion.
Saat pintu Adara terbuka, Dimas seperti otomatis menoleh ke arah pintu dengan senyum sumringah menyambut Abel dan yang lainnya.
"Cerah bener Dim kayaknya?" sapa Tiara yang kemudian duduk di seberang Dimas dan Abil.
"Cerah ceria pokoknya hari ini. Udah selesai kalian meeting-nya?" sahut Dimas.
"Udah, cukuplah hampir empat jam hari ini kita meeting." jawab Nadifa menyandarkan punggungnya di sofa tunggal.
"Aku ke atas dulu, beres-beres sekalian ambil tas." pamit Abel pada Dimas yang kemudian diangguki olehnya. "Abil minta tolong mainannya diberesin ya Sayang."
"Siap Mommy!" sahut Abil lantang dengan gerakan memberi hormat.
Lima belas menit berlalu, Abel akhirnya sudah kembali muncul di anak tangga berjalan menuju sofa. Terlihat kedua sahabatnya, Abil, dan Dimas mengobrol dengan diselingi tawa yang tampak seru. Dimas menolehkan kepalanya saat Abel sudah duduk di samping Abil.
"Udah siap Bel?" tanya Dimas memastikan.
Abel menganggukkan kepalanya. "Udah. Berangkat sekarang aja sekalian makan dulu nanti."
"Okay, let's go boy!" Ajak Dimas untuk beranjak dari sofa pada Abil. "Kita pergi dulu ya Nad, Ti."
"Yoi, hati-hati di jalan." sahut keduanya berbarengan.
Abel hanya melambaikan tangan pada Nadifa dan Tiara untuk berpamitan pada sahabatnya itu.
Seperti permintaan Abel tadi, setelah dari Adara, mereka bertiga berhenti terlebih dulu di salah satu rumah makan khas Sunda sebelum menuju supermarket untuk berbelanja. Abel sengaja tidak makan di Orion karena dari kemarin Abil meminta untuk makan nasi liwet di salah satu rumah makan yang kerap mereka kunjungi dengan Bunda dan Ayah.
Selesai menikmati makan siang hari ini, mobil Dimas sudah kembali melaju ke arah supermarket. Sabtu siang ini, supermarket yang mereka datangi cukup ramai dilihat dari tempat parkir yang sudah hampir penuh. Setelah memarkir mobil, ketiganya berjalan beriringan dengan Abil yang berada di antara Abel dan Dimas sambil menggandeng kedua tangannya untuk masuk ke supermarket dan menarik salah satu troli yang tersisa.
"Uncle, minta tolong. Abil mau naik dong." pinta Abil agar Dimas menggendongnya dan didudukkan di troli belanja.
Dengan segera Dimas mengangkat tubuh Abil. "Udah siap?" kemudian Abil mengangguk. "Meluncur!" seru Dimas lalu mendorong troli dengan semangat seakan mereka sedang bermain.
"Meluncur Uncle! Go go!" sahut Abil sama semangatnya dengan Dimas.
Abel yang berjalan di belakang mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dimas dan Abil.
"Kalian meluncur-meluncur emang tahu Mommy mau beli apa aja?" tanya Abel menghentikan dorongan Dimas pada trolinya.
Kedua laki-laki berbeda usia itu menoleh pada Abel dan menggelengkan kepala berbarengan. Cengiran lebar tampil di wajah keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe in You
ChickLitKeputusan yang cukup besar Abel ambil membuatnya harus melepaskan beberapa hal. Bahkan dirinya sampai harus melepas laki-laki yang pernah mengisi hatinya. Ia melepas laki-laki itu dengan rasa kecewa yang besar. Bukan kecewa karena keputusannya untuk...