Prolog

1.2K 119 8
                                    

Makasih udah mau mampir^^ Happy reading!!

☘️☘

"Kenapa kamu cuma dapet peringkat ketiga, Mora?"
Gadis yang dipanggil dengan nama Mora itu hanya menundukan kepalanya saat wanita paruh baya yang berstatus sebagai ibunya itu bertanya dengan nada menahan marah.

"Kamu nggak belajar? Ngapain aja kamu selama ini kalo gitu? Ini pasti gara gara kamu ikut ekskul musik  yang nggak berguna itu sampe kamu lupa belajar, iyakan? Jawab Mora!" Kata Windi sambil melempar buku rapot kearah anak semata wayangnya itu. Windi semakin marah saat Mora hanya terdiam sambil menatapnya datar.

"Masuk sekolah nanti pokoknya kamu harus nambah waktu les kamu. Kalo bisa, kamu keluar dari ekskul musik di sekolah kamu dan pindah ke club akademik. Ngapain ikutan ekskul nggak berguna? Itu nggak bakalan jamin masa depan kamu Mora! Kamu sekarang udah kelas 12. Dan nanti, kamu harus jadi lulusan terbaik terus keterima di Universitas favorit, ngerti?"

" Udahlah, mah. Biarin Mora bebas, selama ini dia pasti tertekan karena kamu selalu maksa dia buat jadi sempurna di sekolahnya, jadi biarin aja Mora masuk ke club kesukaannya." Kata seorang laki-laki paruh baya berusaha menenangkan istrinya.

" DIAM KAMU MAS! AKU BEGINI JUGA DEMI KEBAIKAN MORA! BIAR DIA PUNYA MASA DEPAN YANG CERAH DAN JADI ORANG SUKSES!" Widya menepis tangan suaminya.

"Ya tapi nggak gini caranya bisakan?"

"YA MAU GIMANA LAGI?! KAMU MAU NASIB MORA SAMA KAYA AKU?! SELALU DIREMEHIN SAMA ORANG TUA KAMU KARENA AKU CUMA LULUSAN SMP?!" Mora hanya menatap kedua orang tuanya yang sepertinya akan berdebat.

"Mulai.." Gumam Mora sambil menghela nafas lelah. Tadi Mora dan Widya baru saja pulang dari sekolah untuk mengambil rapot, tapi baru saja sampai rumah Mora sudah langsung dimarahi oleh Widya karena hanya mendapatkan peringkat ketiga di kelasnya.

"Kamu mau Mora kalau udah nikah nanti selalu dihina sama keluarga barunya karena nggak punya pendidikan yang bagus kaya aku? Dianggap bodoh dan nggak bisa apa apa cuma karena nggak ngelanjutin pendidikan ke yang lebih tinggi kaya aku kamu mau?! "

Haris terdiam sambil menatap mata widya yang mulai berkaca kaca. Tidak mudah baginya berumah tangga selama hampir 18 tahun tanpa restu kedua orang tuanya.

Terlahir dari keluarga terpandang, membuat keluarga Haris sangat pemilih dalam mencarikan menantu untuk anak semata wayang mereka. Keluarga Haris sangat marah saat tahu anak mereka ingin menikahi seorang gadis panti asuhan yang tidak diketahui asal usulnya.

Dan yang semakin membuat keluarga Haris tidak ingin merestui hubungan mereka adalah, karena Widya hanya seorang pelayan kafe lulusan SMP. Sangat tidak memenuhi kriteria kedua orang tua Haris yang menginginkan seorang menantu yang setara dengan keluarga mereka, atau minimal memiliki gelar pendidikan yang tinggi dan memiliki karir yang bagus.

Karena Haris sangat mencintai Widya, akhirnya dia lebih memilih meninggalkan keluarganya dan menikahi Widya, tidak peduli ayahnya mengancam tidak akan memberikannya warisan.

Setelah menikah, Haris membeli sebuah rumah sederhana untuk ditinggalinya bersama Widya. Haris membeli rumah itu dari uang tabungan miliknya sendiri.

Tahun pertama pernikahan mereka berjalan tidak mudah karena Haris tak kunjung mendapatkan pekerjaan tetap dan Widya yang tengah hamil. Namun, setelah Widya melahirkan Mora akhirnya Haris mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan sebuah pabrik.

Saat Mora berusia 6 tahun, semuanya masih baik baik saja. Sampai akhirnya Orang tua Haris mengajak untuk kembali dan makan malam bersama di kediaman keluarga Haris. Haris senang begitupun dengan Widya. Widya mengira akhirnya orang tuanya merestui pernikahanya dengan Haris.

Allo figure  [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang