|HUJAN|

57 5 0
                                    

Tak perlu banyak basa-basi, langsung saja masuk ke ceritanya. Tapi sebelum lanjut, jangan lupa follow dan beri vote nya, ya. Dan jangan lupa juga, beri komentar sesuka hati.

🌧️🌧️

HAPPY READING!!

Di kejauhan sana terlihat laki-laki yang sedang berdiri di depan pintu Cafe. Laki-laki dengan setelan jaket sambil memakai ransel di punggungnya. Ia sedang menunggu angkutan umum di sana, lama tak mendapatkan taksi ataupun semacamnya lewat, laki-laki itu merasa sedikit bosan. Ia perlahan melangkahkan kakinya dengan memajukan tangannya ke depan untuk membasahi jari jemarinya. Meski ia di larang oleh sang bunda untuk mandi hujan, tetapi ia tak mendengar ucapan sang bunda. Ia dengan gembira membasahi sekujur tubuhnya setelah ia tak puas dengan jari jemarinya saja.

Saat Cakra menikmati butiran-butiran kecil itu membasahi tubuhnya, tiba-tiba ada satu gadis yang Cakra tak kenal mengajaknya berbicara. Gadis dengan gaun putih selutut, rambut sepunggung dan tak menggunakan alas kaki apapun. Gadis itu juga sudah basah kuyup, tak ada lagi di tubuhnya yang tak basah, semuanya sudah basah karena butiran turun dari langit malam.

"Kamu suka hujan?" Teriakan gadis yang berada di hadapan Cakra sekarang.

Cakra pun langsung membalasnya dengan mengacungkan jari jempol tanpa berbicara apapun untuk sang gadis. Gadis tersebut merasa tak di hargai langsung berjalan hingga wajahnya hampir menyentuh wajah Cakra.

"Engga usah sombong kamu, aku sama kamu punya kesamaan." Ucap gadis itu lalu beranjak meninggalkan Cakra yang masih mematung di sana.

Beberapa menit setelah gadis itu pergi, Cakra menyadarkan dirinya. Ntah hati nya sekarang kenapa, ia langsung mengambil ranselnya yang sempat ia taruh di meja cafe lalu berlari. Ia tak mempermasalahkan mau hujan atau tidak, asal ia sampai di rumah dengan selamat, ia juga mengawatirkan bunda dan adiknya di rumah.

Beberapa menit di jalan, Cakra pun sampai di rumah dengan keadaan basah. Sesuai dengan pikiran Cakra pas di jalan tadi, Cakra dapat marah dari sang bunda. Meski marah bundanya tak marah besar, tapi Cakra merasa sangat bersalah jika membuat bundanya marah-marah.

"Kakak kenapa engga telfon bunda suruh jemput, sih? Kan, jadi basah kuyup, sayang." Ucap Lilis membantu anak lelakinya membuka jaket yang terpasang di tubuh kekar itu.

Cakra yang tak mau merepotkan bundanya langsung mencari alasan lain untuk mengelak, mau bagaimana pun, Lilis akan tau jika anaknya berbohong.

"Lain kali telfon bunda suruh jemput. Sekarang kakak masuk ke kamar untuk ganti baju terus itu ke dapur panggil adek untuk makan." Ucap Lilis berjalan ke arah dapur dan tak lupa mengambil jaket anak lelakinya itu untuk ia masukkan ke dalam keranjang pakaian kotor.

Di dalam kamar Cakra terlihat Ari yang sedang tertidur pulas, Ari Mega Kusuma atau biasa di sebut Ari. Ia adalah adik dari sang Cakra Wijaya Kusuma. Cakra dan Ari punya kamar masing-masing, tetapi Ari lebih nyaman tidur di kamar abangnya di bandingkan dengan kamarnya sendiri.

Cakra mendekati adiknya, ia bermaksud untuk membangunkan anak bontot bundanya itu. Saat Cakra hendak memegang hidung Ari, Ari lebih duluan bangun. Sebenernya ia sudah terbangun sejak tadi, tapi ia ingin mengagetkan sang Abang. Makanya ia pura-pura tidur saja.

"Adek," ucap Cakra kaget.

Ari tertawa terbahak-bahak lalu berucap, "makanya jangan mandi hujan, udah tau kalau mandi hujan bunda, marah. Masih aja di lakuin." Ucap Ari, dewasa. Memang umurnya masih terbilang 15 tahun, tapi ia terlihat lebih dewasa di banding sang kakak.

Cakra tak meladeni Ari, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci badannya yang sudah sangat kotor dan dingin itu.

🌧️🌧️

Selesai solat isya tadi, Cakra dan Ari berlomba-lomba menuju ke dapur. Dua bersaudara itu sudah menjadi kebiasaannya saat Lilis memanggil di dapur.

Jika di tanya kemana suami Lilis, suami Lilis lebih memilih istri mudahnya dari pada Lilis. Suami Lilis menikah setelah Lilis bangkrut, itu juga karena ulah suami yang tak tau diri itu. Ia mengambil perusahaan peninggalan orang tua Lilis, ia juga mengambil rumah beserta mobil Lilis. Semua di ambil hingga Lilis tak punya apa-apa. Tetapi setelah bercerai, Lilis bangkit. Ia membuka toko donat kecil-kecilan, dan usahanya sekarang bisa di bilang maju.

"Bun, pulang sekolah adek mau ke toko donat, ya?" Ucap Ari menikmati masakan Lilis.

"Mau ngapain, sayang?" Tanya Lilis.

Cakra langsung memotong ucapan adiknya, "apalagi kalau engga bantuin, bunda!" Ucap Cakra.

"Yasudah, lanjut makanya." Ucap Lilis.

Selesai makan di dapur, meski tak ada suami Lilis yang tak tau diri itu. Cakra langsung masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat di sana. Beda dengan Ari, laki-laki itu malah ke kamar Lilis untuk mengganggu Lilis yang sedang menghitung hasil penjualan hari ini. Sekalian, minta uang belanja untuk besok.

🌧️🌧️

HUJAN BERBISIK UNTUKMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang