Pagi dengan cuaca sedikit mendung, langit pagi tak tampil karena awan gelap menyelimuti. Sebentar lagi butiran-butiran kecil dari langit akan turun membasahi semua yang ada di bumi ini. Jam masih menunjukkan pukul enam lewat, tetapi Lilis sudah mengantar kedua anaknya ke sekolah.
Setibanya Cakra di kelas, Cakra langsung di sambut hangat dengan semua teman kelasnya. Terutama Agni Putri Utami, si gadis pencinta hujan.
"Akhirnya Lo datang juga, Cak!" Sapa Agni di pagi hari ini.
Tak tau kenapa, Cakra tiba-tiba menyapa balik Angi, biasanya laki-laki itu akan malas mengeluarkan suaranya di pagi hari seperti ini.
"Lo udah makan engga?" Tanya Cakra dengan lembut, seperti bukan Cakra yang berbicara.
Agni mengerutkan keningnya, kenapa laki-laki yang ada di hadapannya saat ini sangat berubah drastis. Apakah ini Cakra? Tak tahu juga lah.
Agni pun berucap, "kenapa Lo?" Tanya Agni balik.
"Gua engga kenapa-napa!" Balas Cakra.
Agni semakin bingung, kenapa Cakra tiba-tiba merubah tutur katanya. Agni yang tak percaya, langsung menggeledah badan hingga tas Cakra. Tapi, semua seperti hari-hari sebelumnya. Cakra yang bawa bekal, buku diary, botol air, buku paket, dan pulpen. Tak ada yang berbeda, semuanya sama.
"Kerasukan apa, Lo?" Tanya Agni dengan melotot kan matanya ke arah Cakra.
"Engga kenapa-napa!"
"Tapi ini kayak bukan Lo, Cak!" Balas Agni yang masih tak percaya dengan Cakra yang ia temukan sekarang.
Cakra langsung melewati Agni begitu saja tanpa balasan setelah balasan terakhirnya itu. Agni yang tak terima dirinya diperlakukan seperti itu, Agni pun langsung menyusul Cakra hingga ke tempat duduknya.
"Lo kenapa, sih?" Ucap Agni yang tiba-tiba datang langsung memukul meja tempat Cakra melakukan kegiatan belajar.
Tak ada respon dari Cakra, Agni pun tak lelah. Gadis itu masih saja melotot bertanya, tetapi tak di tanggapi oleh sang Cakra. Hingga Agni pun lelah, gadis itu pun merubah wajahnya yang tadinya ceria langsung murung.
"Oke!"
"Kalau itu mau Lo, gua bakalan menjauh dari Lo!" Ucapan terakhir Agni untuk Cakra. Setelah Agni mengucapkan kata itu, Cakra masih saja diam tanpa bereaksi apapun.
Sebenarnya, Cakra ingin sekali berbasa-basi dengan Agni. Tapi, ada yang harus ia lakukan dulu. Bukan karena ia ingin menjauh dengan Agni, tapi ia hanya takut jika Agni masuk ke dalam hidupnya akan sengsara.
Beberapa jam berlangsung pembelajaran, akhirnya jam istirahat berbunyi juga. Siswa dan siswi berlarian menuju kantin sekolah untuk mengisi perut keroncongannya. Beda dengan Cakra, laki-laki itu masih saja sibuk di dalam kelas sambil mengerjakan tugas yang di beri oleh guru mapel tadi. Jika bertanya Agni? Gadis itu dari tadi keluar saat jam pembelajaran tetapi belum muncul juga hingga sampai sekarang.
Saat asik-asiknya mengerjakan tugas, tiba-tiba perut Cakra berbunyi. Maksudnya, perut itu meminta agar di isi. Tapi Cakra cuek, ia masih saja mengerjakan tugas. Laki-laki itu tidak mengkhawatirkan dirinya yang akan kelaparan. Jika di rumah, Cakra akan kena marah dengan Lilis. Itu karena Lilis tak ingin anaknya pingsan atau mati karena kelaparan.
🌧️🌧️🌧️
Di dalam kamar, terlihat Cakra berada di meja tempat ia belajar. Ia tak menulis di buku tulisnya, melainkan ia sedang menulis di buku diary. Itu sudah sangat kebiasaan Cakra, menulis alur ceritanya di dalam buku tersebut. Ia berangan-angan, kisah hidupnya akan di jadikan sebuah buku dan di angkat menjadi sebuah film motivasi untuk hidup. Cakra merasa dirinya bahagia saat ini juga, entah yang bikin dirinya bahagia apa? Tak tahu jugalah. Cakra dengan asiknya menulis hingga tak mendengar suara sang bunda yang dari tadi mengetuk pintu kamarnya. Lilis yang sudah lelah, akhirnya wanita paruh baya itu langsung masuk dalam kamar sang anak dan melihat keadaan di dalam sana.
"Dari tadi bunda panggil, kok, engga di dengar?" Ucap Lilis yang baru saja sampai di samping sang anak.
Cakra pun menjawab, "kakak engga dengar, Bun, kakak lagi dengar lagu." Balas singkat yang di buat oleh Cakra.
"Di depan ada yang cariin, katanya teman kelas," ucap Agni. Memang benar, ada yang cari Cakra di depan rumah.
Cakra berjalan hingga sampai di depan rumah, saat mencari, tak ada satupun orang di depan. Saat ia ingin masuk ke dalam rumah untuk berkomplen, tiba-tiba satu orang langsung muncul mengagetkan Cakra.
"Fatir?"
"Fatir, kan?" Tanya Cakra yang memang belum mengetahui siapa betul nama teman kelasnya itu. Tapi, Cakra sudah mengetahuinya.
"Iyah!" Balas laki-laki yang bernama Fatir itu.
"Ngapain ke sini?" Tanya Cakra yang sedikit kepo dengan kedatangan Fatir di jam seperti ini.
"Gua mau nyontek punya Lo, dong. Boleh engga?" Tanya Fatir yang memperlihatkan buku dan pulpen yang ia genggam.
Cakra yang baik hati langsung mempersilahkan laki-laki yang bernama Fatir itu untuk masuk. Tak ada keraguan, karena Fatir adalah teman kelasnya sendiri. Ini baru pertamakali nya Cakra mempersilahkan temannya untuk masuk ke dalam rumah. Biasanya, jika bekerja kelompok akan di rumah teman lain, bukan di rumah Cakra.
Setibanya di dalam kamar Cakra, Fatir memang benar-benar ingin melihat jawaban Cakra. Bukan ke rumah Cakra untuk main, ia sangat serius untuk berjalan. Cakra sangat suka berteman dengan orang seperti ini, memang nakal, tapi ingat dengan pendidikan. Tak seperti anak remaja pada umumnya, jika sudah terikat dengan duniawi, sangat susah untuk melepasnya dari dunia tersebut.
"Cak, Emma Lo kasih makan apa? Kok, pintar banget sih?" Tanyanya yang membuat Cakra tertawa.
Cakra pun langsung menjawab, "kalau Lo butuh belajar, tinggal ke rumah gua aja. Kita sama-sama belajar, oke?!" Ucapnya dengan baik tanpa menyinggung perasaan.
Dan tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul enam lewat, (magrib akan segera datang). Dan Fatir belum juga pulang dari rumah Cakra. Cakra tak merasa risi, itu karena Fatir masih ingin belajar. Jika tak ingin belajar, Cakra tak segan-segan mengusir Fatir dari rumahnya.
"Tir, Lo engga di cari?" Tanya Cakra yang masih sibuk menulis di buku diary nya.
"Engga!" Balasnya dengan singkat, namun jelas.
Saat sibuk menulis, Fatir teringat satu momen saat di kelas tadi. Itu tentang Agni. "Cak, kok Lo berubah drastis?" Tanya Fatir.
Cakra tak ingin menjawab sesuatu, ia tak ingin mengungkit masa masa pas di sekolah tadi. Cukup dia, Agni, dan sang pencipta yang tahu. Jika kepo? Lanjut baca!!!
🌧️🌧️🌧️
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN BERBISIK UNTUKMU
Teen FictionKenangan terindah kita adalah kau dan aku bersama disaat hujan. Cakra Wijaya Kusuma atau dengan singkatnya di sebut Cakra. Laki-laki dengan seribu kekurangan di hidupnya, ia ingin menulis surat untuk gadis yang pertamakali ia temui saat butiran-buti...