Burung berkicau, dedaunan bergoyang karena angin pagi begitu kencang membuat daun itu seketika mengerti ia harus kemana. Pagi ini, pukul enam lewat, laki-laki dengan seragam SMA lengkap sedang duduk di kursi plastik yang berada di teras. Kuris berwarna hijau itu di duduki oleh seseorang yang sedang sibuk memakai sepatu. Selesai memakai sepatu, ia pun menunggu Lilis dan juga Ari keluar dari dalam rumah. Hanya beberapa menit saja menunggu, akhirnya ibu dan anak itu keluar dari dalam rumah juga. Lilis pun langsung menyerahkan kunci mobil ke anak pertamanya, ia bermaksud agar Cakra yang mengendarai mobil hingga sampai sekolah.
Cakra berjalan sendiri di koridor sekolah dengan memainkan tali tasnya. Itu sudah menjadi kebiasaan setiap orang. Saat ia berjalan, ia tak sengaja menabrak laki-laki. Cakra pun langsung meminta maaf kepada laki-laki itu. Ia tak ingin berbuat masalah, makanya ia meminta maaf.
Setelah laki-laki itu mendengar ucapan maaf dari Cakra, laki-laki itu langsung mengeluarkan suara ketawanya yang luar biasa. Seperti tak ada beban hidup yang menempel di punggungnya hingga ketawanya seperti itu.
"Engga usah minta maaf, kali." Ucap laki-laki itu dengan sedikit keras.
Cakra pun tersenyum kecut dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Sekali lagi aku minta maaf, ya?" Ucap Cakra.
"Perkenalkan, nama gua---" ucapannya terpotong, karena bel sekolah sudah berbunyi. Itu tandanya semua murid harus memasuki ruangannya sebelum guru mapel masuk.
Di dalam kelas, Cakra hanya duduk diam membeku di tempat duduknya. Ia tak berbicara apapun. Beda dengan Agni, gadis itu sudah seribu kali mondar mandir di dalam kelas. Tak ada guru yang masuk, makanya kelas itu ribut.
Cakra merasa bosan dengan suasana di dalam kelas, ia pun memutuskan untuk keluar dari kelas. Ia ingin mencari suasana baru di sekolah ini. Berjalan di koridor sekolah dengan sendiri tak masalah bagi Cakra. Tak punya teman? Tak masalah juga bagi Cakra. Ia berniat sekolah, bukan cari lawan ataupun pacar.
Sesampainya di tempat tujuan, Cakra pun mendudukkan bokongnya di salah satu kursi di taman sekolah. Tak ada orang di sekitarnya, itu karena semua orang sedang melangsungkan pelajaran kecuali kelasnya.
Cakra meraih pulpen di saku bajunya, ia ingin menulis di buku diary punya miliknya. Itu sudah menjadi salah satu kebiasaannya menulis ketika sedih, senang, dan merasakan kehangatan. Ia menulis satu nama dalam buku tersebut, tapi tulisan itu ia buat samar-samar saja. Ia bermaksud agar yang membaca bukunya nanti akan bingung, siapakah di balik tulisan samar-samar itu.
Hampir sejam Cakra di taman yang sepi itu, tapi ia masih betah di sana. Sepertinya ia menemukan tempat baru untuk menulis dan bercerita selain sama Lilis dan kamar. Cakra melirik ke kanan, ia pun melihat satu gadis yang berlari ke arahnya. Setibanya gadis itu di dekat Cakra, ia langsung mendudukkan bokongnya di samping bokong Cakra. Gadis tersebut adalah Agni, gadis dengan cerita yang tak pernah usai.
Agni yang masih ngos-ngosan karena lari tadi, ia pun menunda apa yang mau ia katakan untuk Cakra karena nafasnya belum stabil. Setelah ia rasa nafasnya sudah stabil, Agni pun mulai mengeluarkan suaranya.
"Cak, bisa buat lagu, kan?" Tanya Agni spontan membuat Cakra refresh.
Semenit setelah itu, Cakra pun bersuara. "Buat lagu gimana? Orang nyanyi aja engga bisa, di suruh buat lagu." Ucap Cakra yang memukul lengan Agni dengan lembut.
"Gua serius, Cakra!" Ucap Agni yang memang sudah serius dari raut wajahnya.
Cakra pun dengan nada yang mengejek, "aku juga serius, Agni." Balas Cakra.
Agni mengambil ponselnya di saku bajunya, ia ingin memperlihatkan sesuatu untuk Cakra. Setelah menemukan video tersebut, Agni pun menunjukkan video itu ke Cakra.
Sambil memutar video itu, Agni meyakinkan bahwa yang berada di video tersebut itu adalah Cakra. Meski wajah orang yang ada dalam video itu tak nampak, tapi Agni yakin, bahwa yang ada di video itu adalah Cakra.
"Lo harus jujur sama gua, yang ada di video ini itu, Lo, kan?" Tanya Agni dengan raut wajah yang sangat serius.
Cakra yang tak ingin mengatakan siapa di balik video itu, Agni pun memaksa. "Kalau Lo engga mau jawab pertanyaan gua, Lo bakalan gua remuk kayak kertas." Ucap Agni yang sudah mengepalkan tangannya.
Hingga beberapa menit Cakra tak bersuara, ia pun menjawab pertanyaan dari Agni itu. "Iya, aku yang ada di video itu," ucap Cakra. Ada penundaan ucapan sebentar, Cakra pun kembali berucap. "Kamu dapat dari mana video itu?" Tanya Cakra.
Agni pun langsung menjawab, "tu--kan, benar apa gua bilang. Lo itu anaknya Tante Lilis!" Ucapan Agni membuat Cakra seketika bingung. Kenapa gadis yang ada di sampingnya ini mengetahui nama bundanya.
"Tunggu, deh. Kayaknya aku kenal sama kamu, tunggu aku ingat." Ucap Cakra terbayang bayang sesuatu di ingatannya.
Agni yang begitu senang langsung menjawab, "Ami, tau Ami, kan?" Ucap Agni.
"Ami?" Ucap Cakra yang berusaha mengingat nama itu.
Saat Cakra berusaha mengingat nama itu, laki-laki yang Cakra tak sengaja senggol seketika datang. Membuat ingatan Cakra tak karuan, Cakra pun langsung lari meninggalkan Agni dan laki-laki tersebut di taman dengan meninggalkan buku dan pulpen nya.
Agni dengan banyak kepo nya langsung membuka buku itu dan membaca semua tulisan tangan yang di buat Cakra. Tak ada yang spesial, hanya coretan-coretan pulpen yang Agni lihat. Agni pun langsung menutup kembali buku itu dan berdiri, ia ingin masuk dalam kelas dan tak lupa ia membawa buku itu masuk ke dalam kelas. Ia ingin mengembalikan buku itu kepada sang pemilik.
Kenapa Agni tak mendapat tulisan di buku itu? Itu karena Agni hanya membuka bagian depannya saja, ia tak membuka pertengahan dan belakangnya. Andai ia membukanya, mungkin tulisan-tulisan tangan Cakra akan Agni sebarkan di berbagai sosial media nya.
🌧️🌧️
Agni itu ceweknya kadang diam, kadang sedih, kadang jail, kadang stress. Pokoknya penyakitnya banyak, deh. Tak bisa di hitung oleh jari-jemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN BERBISIK UNTUKMU
Teen FictionKenangan terindah kita adalah kau dan aku bersama disaat hujan. Cakra Wijaya Kusuma atau dengan singkatnya di sebut Cakra. Laki-laki dengan seribu kekurangan di hidupnya, ia ingin menulis surat untuk gadis yang pertamakali ia temui saat butiran-buti...