|HUJAN|

20 4 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, seluruh murid berlomba-lomba ke parkiran untuk mengeluarkan kendaraannya. Itu karena sebentar lagi hujan akan turun. Tapi bagi Agni, gadis itu malah menunggu sampai hujan benar-benar turun. Beda dengan Cakra, ia menunggu Lilis menjemputnya. Ia menunggu di cafe dekat sekolah. Sebenernya ia ingin mengajak Agni pulang, tapi gadis itu keras kepala.

Sambil menunggu Lilis, Cakra memesan susu hangat kepada sang pemilik cafe. Setelah susunya datang, Cakra pun menyeduhnya dengan pelan-pelan. Itu karena panas, takut jika membakar bibirnya. Perlahan-lahan hujan turun membasahi bumi. Hujan turun sangat deras, derasnya sampai membuat suara yang begitu lantang di dengar. Tapi bagi Cakra tak masalah.

Saat asik menikmati susu hangatnya, Cakra melirik ke arah jendela. Ia bermaksud mencari mobil Lilis yang akan terparkir. Tapi bukan mobil Lilis yang ia dapat, ia mendapatkan gadis yang di tengah jalan sambil memajukan tangannya ke depan. Gadis itu yang tak lain adalah Agni, gadis pecinta hujan.

Cakra ingin menghampiri gadis itu tetapi takut jika bajunya akan basah. Tapi Cakra tak pernah luput dari yang namanya ide, ia pun berjalan ke arah sang pemilik cafe.

"Tante, saya bisa pinjam payung, engga?" Tanya Cakra dengan sopan. Pemilik cafe pun meminjamkan payungnya untuk Cakra.

Cakra berjalan hingga sampai di depan Agni. Tapi, gadis itu masih belum sadar. Ia hanya bingung, kenapa hujan tiba-tiba redah. Padahal ia masih ingin main dengan butiran butiran itu.

Saat Agni ingin membalikkan badannya untuk menatap kebelakang, Cakra lebih dulu bersuara. "Masih betah main hujannya?" Ucapnya membuat Agni seketika kaget.

Agni pun langsung tersenyum seketika, tak ada angin dan tak ada apa-apa. Cakra pun perlahan menarik tangan Agni untuk masuk dalam cafe. Ia ingin menghangatkan tubuh gadis itu saat ini juga. Setibanya di dalam, Agni masih belum melepaskan senyumnya itu. Itu membuat denyut jantung Cakra tak karuan.

"Engga usah senyum-senyum gitu, Agni." Tegur Cakra membuat Agni mengembangkan hidungnya.

"Emang kenapa?" Tanya Agni.

"Engga!" Balas Cakra membuka jaketnya untuk ia kenakan ke tubuh mungil Agni.

Agni pun tersenyum lalu itu berucap, "terimakasih!" Ucap Agni dengan sok cute.

Beberapa menit setelah itu, Lilis pun datang dengan membawa payung masuk dalam Cafe. Cakra sudah memberitahu Lilis bahwa ia menunggu di cafe dekat sekolah. Makanya, Lilis langsung ke sana untuk menjemput anaknya itu.

"Agni!" Panggil Lilis.

Memang, Lilis sudah mengenal Agni sejak lama. Itu karena Agni adalah salah satu pengunjung toko Lilis.

"Bunda Lis!" Panggil balik Agni.

Ucapan keduanya membuat Cakra mengerutkan keningnya, sejak kapan kedua orang ini kenal? Cakra pun tak ambil pusing, ia langsung saja meninggalkan Agni dan Lilis yang masih saja berdiri di dalam cafe tersebut.

Sepuluh menit dalam perjalanan, akhirnya Lilis dan juga Cakra sampai di rumah. Sebelum ia pulang ke rumah, ia lebih dulu mengantar Agni sang pencinta hujan itu pulang. Itu juga karena Cakra yang memaksa Agni untuk naik atas mobil.

Cakra berjalan berdampingan dengan Lilis, tiba-tiba Ari datang langsung memeluk Lilis. Itu membuat Lilis tak bisa berbuat apa-apa kecuali berjalan hingga depan kamarnya.

"Adek, kenapa?" Tanya Lilis kepada anak bontot nya.

"Ari lapar, bunda!" Ucapnya dengan manja yang masih memeluk bundanya dengan sangat erat, seakan-akan ia tak ingin melepaskannya.

"Yasudah, tunggu bunda ganti baju dulu lalu masakin, adek!" Ucap Lilis, langsung lah Ari melepas pelukan itu lalu berlari menuju kamar sang kakaknya.

Setibanya di kamar Cakra, ternya laki-laki itu sudah tertidur pulas tanpa mengganti seragam sekolahnya. Mungkin itu efek terlalu lama menunggu. Ari yang melihat kakaknya seperti itu ingin berbuat sesuatu. Laki-laki dengan celana selutut dan baju polos mendekati Cakra, ntah apa yang ia mau buat. Saat sudah sampai di samping Cakra, Ari langsung mencubit kedua pipi kakaknya itu. Itu membuat Cakra langsung bangun dari tidurnya. Ari sangat puas membuat saudaranya seperti itu, Cakra ingin membalas tapi malas. Cakra pun melanjutkan tidurnya saat ia rasa Ari sudah tak memegang pipinya lagi. Ari pun memasang wajah juteknya, baru pertama kalinya Cakra tak mengejar-ngejarnya.

"Bang!" Panggil Ari.

Ari tak dapat respon sama sekali dari sang Abang, Ari pun bersuara yang kedua kalinya.

"Abang Cakra!" Seperti sebelumnya, Ari tak dapat apapun dari Cakra. Ari pun putus asah, ia meninggalkan Cakra yang sedang tidur dengan sangat pulas pulas nya.

Ari berjalan sendiri menuju dapur, ia ke dapur karena sudah mencium masakan Lilis di sana. Sesuai janji Lilis, Lilis sudah memasak makanan untuk sang anak bontot.

"Bunda!" Panggil Ari yang masih jauh dari dapur, tapi suaranya sudah sangat terdengar dari dapur.

Lilis yang sudah mendengar suara anak bontot nya, ia pun bersua. "Iyah, adek!" Balas Lilis yang berada di dapur.

Setibanya di dapur, Ari langsung memeluk Lilis dari belakang. Tak ada penolakan dari Lilis, Ari pun semakin memeluk bunda dengan sangat erat.

"Makan gih." Ucap Lilis menyuruh anaknya untuk duduk di kursi meja makan, ia bermaksud untuk menyuruh anaknya makan. Ari pun langsung duduk dan menyuapkan makanan itu untuk mulutnya.

Beberapa suapan masuk dari mulutnya, Ari menghentikan suapan nya. "Masakan bunda emang enak, ya!" Ucap Ari dengan menaikkan kedua jempolnya untuk sang bunda. Itu pertanda bahwa ia menyukai masakan itu.

🌧️🌧️🌧️

HUJAN BERBISIK UNTUKMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang