Sesuai ucapan Agni pas di kantin, hujan turun sangat deras sampai-sampai membuat Cakra harus menunggu angkutan umum yang lewat. Hampir sejam Cakra menunggu, tetapi tak satupun mobil yang lewat di depannya. Semua siswa siswi di sekolah sudah pulang, kecuali dia seorang. Ia ingin jalan kaki, tetapi takut jika bundanya marah lagi. Jadi, mau tak mau ia harus menunggu hingga hujan redah.
Cakra sudah lelah menunggu, jika ia menunggu hingga hujan redah, akan lama. Ia pun mengambil ponselnya di saku celana dan mencari nama bundanya di sana. Ia bertujuan untuk menyuruh sang bunda menjemputnya di sekolah saat ini.
Jika bertanya kenapa Cakra tak menggunakan motor? Lilis belum sempat membelikan kedua anaknya motor, itu juga karena uangnya belum cukup. Cakra dan Ari tak masalah, di antar pakai mobil lebih enak. Tapi, ia juga memikirkan bundanya. yang setiap hari antar jemput mereka.
Selesai menelpon Lilis, Lilis langsung datang untuk menjemput sang anak. Tak ada sepuluh menit, Lilis sudah tiba dengan membawa payung untuk anaknya.
"Adek mana?" Tanya Cakra mencari adiknya yang bernama Ari, itu.
"Adek ada di toko, bunda suruh dia untuk jaga di sana." Balas Lilis. Mereka berdua pun langsung masuk ke dalam mobil dan yang menyetir adalah Cakra, sekali-kali.
Setibanya di toko, Lilis dan Cakra langsung masuk ke dalam untuk menghangatkan tubuhnya yang sudah sangat dingin. Saat Cakra menginjakkan kakinya ke dalam toko, bau donat dari arah dapur sudah sangat lezat. Itu membuat perut Cakra sedikit berbunyi.
"Kakak lapar?" Tanya Lilis.
"Iya, Bun!" Balasnya dengan sedikit malu-malu.
"Yasudah, kakak masuk ke dalam, sekalian panggil adek. Ini, bunda beli makan siang untuk kita bertiga." Ucap Lilis berjalan ke arah tempat piring, ia ingin mengambil piring dan sendok sekalian air minum.
Selesai Cakra memanggil Ari yang berada di dapur, Cakra dan Ari pun ke tempat bundanya duduk. Mereka bertiga langsung makan bersama dengan seadanya saja. Lilis mengajarkan anak-anaknya membuang sifat-sifatnya yang dulu, karena kehidupannya dulu dan sekarang sudah sangat berbeda. Dulu, jika ingin membeli itu, langsung beli. Sekarang, mau beli itu saja harus berfikir seribu kali untuk membelinya. Itu semua gara-gara laki-laki yang tak tau malu yang sudah merebut hak yang bukan miliknya. Suatu saat nanti, Cakra dan juga Ari akan merebut hak-nya kembali.
Selesai makan bersama, anak dan juga ibu itu kembali berkumpul bersama lagi. Meski Lilis sibuk, ia akan tetap menyisakan waktu untuk kedua anaknya itu. Agar kedua anaknya bisa merasakan keharmonisan keluarga.
"Bun, besok engga usah jemput kakak di sekolah. Kakak bisa pakai taksi atau angkot, gitu." Ucap Cakra yang tak mendapatkan iya-an dari sang bundanya, Lilis.
"Engga, anak bunda harus bunda jemput, titik.!" Ucapnya yang tak mau di bantah.
"Bunda nanti capek, Bun. Kalau bunda sakit, siapa yang akan urus kita berdua? Ayah? Yakali laki-laki itu!" Ucap Cakra memasang wajah senyum miringnya.
"Jika bunda bisa menjadi bunda sekaligus ayah, bunda akan menjadi keduanya hanya untuk anak-anak bunda." Ucap Lilis yang begitu sangat tulus mencintai dan menyayangi kedua anaknya.
Cakra dan Ari langsung memeluk bundanya, saat asik-asiknya berpelukan bersama, tiba-tiba datang satu gadis yang ingin berteduh sambil makan donat sekaligus meminum kopi. Gadis tersebut adalah, Agni. Gadis yang tadi pagi melarang Cakra untuk duduk di tempatnya.
Cakra yang melihat Agni, Cakra langsung menemui gadis itu. Meski sedikit gugup, tetapi rasa gugupnya hilang ketika Lilis menyamangatinya. Setibanya Cakra di depan Agni dengan membawa menu toko, Agni seketika kaget. Kenapa teman sekelasnya berada di sini? Dengan bawa menu makanan lagi.
"Cak, kok, lo di sini?" Tanya Agni menunjuk wajah Cakra.
Cakra pun langsung duduk di depan gadis itu dan berucap, "aku kerja di sini, Angi." Ucap Cakra tersenyum lalu mendorong kertas menu untuk Agni memesan sesuatu.
"Setiap hari gua ke sini, kok engga ada lo?" Tanya Agni kembali sambil melihat menu.
"Baru aja aku di terima di toko ini." Balas Cakra. Ia tak bermaksud membohongi Agni, ia hanya tak mau seseorang mengenalnya lebih dekat.
Agni menaikkan pundaknya dan beralih kepada menu yang tersedia. Selesai mencari-cari makanan yang ia cari, Agni memutuskan untuk meminum kopi susu saja. Cakra mengembangkan hidungnya setelah melihat yang Agni pesan, Cakra pun ke belakang untuk membuat pesanan Agni.
Setelah kopi yang Cakra buat untuk Agni jadi, Cakra pun membawa kopi itu di atas nampang menuju meja Agni berada.
"Sesuai permintaan, gulanya di pisah." Ucap Cakra membuat Agni senyum tipis.
Agni mengambil ponselnya di dalam tas, ia ingin memotret kopi itu sebelum ia minum. Itu sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu, harus memotret kopi yang ia pesan. Itu untuk kopi, jika makanan dia tak memotret nya.
"Lebay banget sih." Ucap Cakra menatap Agni dengan tatapan tak tau arti.
"Emang gua kayak gini."
"Lo anak baru, sih, jadi engga pernah lihat Instagram gua." Ucap Agni yang sedang mengedit hasil fotonya tadi.
Selesai Agni mengeditnya dan selesai juga ia memosting nya di Instagram milik pribadinya, Agni pun baru meminum kopi itu.
"Tunggu deh."
"Kalau di lihat-lihat, kamu belum pulang ke rumah, ya? Kok, masih pake baju seragam? Kan, besok bajunya masih di pake." Ucap Cakra sedikit kepo tentang Agni.
Agni pun langsung menjawab, "engga usah kepoin hidup gua, Cak. Sekali masuk takkan pernah bisa keluar." Pesan Agni untuk Cakra.
🌧️🌧️
Sekalian masuk takkan bisa keluar? Maksud Agni, apa? Tak tau jugalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN BERBISIK UNTUKMU
Teen FictionKenangan terindah kita adalah kau dan aku bersama disaat hujan. Cakra Wijaya Kusuma atau dengan singkatnya di sebut Cakra. Laki-laki dengan seribu kekurangan di hidupnya, ia ingin menulis surat untuk gadis yang pertamakali ia temui saat butiran-buti...