|ARI BIKIN STRESS|

19 4 0
                                    

Malam kembali mengisi kesepian Cakra. Laki-laki dengan setelan baju hitam polos dan celana training semata kaki sedang duduk di ujung ranjang. Ia sedang membantu Ari yang kesusahan tentang pelajaran. Ceritanya, ia membantu Ari mengerjakan tugas dari sekolah. Itu juga sudah kebiasaan Cakra mengajar adiknya setiap malam, meski Ari tak punya tugas dari guru, Cakra akan tetap mengajar Ari setiap malam. Ia ingin Ari menjadi anak pintar dan membanggakan bundanya. Itu cita-cita Cakra sejak lama, ia ingin membanggakan bundanya dengan hasilnya sendiri.

Ari yang suka main main, ia pun juga main-main saat di kasih belajar oleh sang kakak. Untung Cakra baik, ia sangat sabar dalam membantu adiknya menjadi orang sukses. Meski sedikit ingin memakan hidup hidup Ari, Cakra akan tahan.

Terkadang Lilis juga merasa bingung, kenapa ia punya anak sifatnya seperti Ari. Mungkin itu keturunan dari Adam Samsuddin, kali. Karena, jika keturunan Lilis tak ada yang seperti itu. Tak tau jika keturunan Adam. Mungkin ada, Lilis tak tau juga lah.

Di suruh cari jawabnya malah ngegambar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di suruh cari jawabnya malah ngegambar. Dasar anaknya Adam Samsuddin.

Sifat Ari dengan Cakra sangatlah berbeda. Jika Cakra mempunyai kepribadian satu, maka Ari akan mempunyai kepribadian dua. Jika Cakra dua, maka Ari akan tiga. Dan begitulah seterusnya. Tapi jika di tanya apakah Ari rajin? Bisa di bilang Ari anaknya rajin. Rajin bikin ulah😏😑.

Sekarang sudah jam sembilan lewat, tapi Ari masih tak paham-paham apa yang Cakra jelaskan. Cakra begitu sangat mengantuk, terpaksa ia menunda ngantuk nya itu. Itu karena Ari akan melakukan ulangan harian besok.

"Dek, belum ngerti?" Tanya Cakra.

"Belum!" Balas Ari yang sudah sangat lelah.

'bukan kamu aja yang capek, dek, aku juga' itu suara hari Cakra yang berucap, bukan Cakra, ya.

"Kalau Abang ngantuk, tidur aja. Ari yang akan cari sendiri jawabannya." Ucap Ari yang memahami kondisi abangnya sekarang.

Tapi Cakra lebih paham kondisi adiknya, ia tak ingin adiknya mendapatkan nilai yang rendah. Ia ingin adiknya pintar. Sebenarnya Ari pintar, cuma jarang di asah aja. Makanya seperti itu, seperti tak punya masa depan.

"Yasudah, besok kita lanjutkan." Ari pun keluar dari kamar Cakra. Ari juga butuh istirahat, karena ia besok akan masuk sekolah.

🌧️🌧️

Pagi hari kembali lagi, seperti biasanya, Cakra dan Ari duduk bersampingan di kursi plastik untuk memakai sepatu. Jam tujuh masih lama, tetapi kedua bersaudara itu sudah siap-siap menuju ke sekolah. Selesai memakai sepatu, Ari pun memanggil Lilis untuk mengantarnya ke sekolah, sekarang.

"Bun, adek udah siap nih." Panggil Ari yang sedang berdiri memperbaiki bajunya.

Lilis pun keluar dari dalam rumah membawa dua kotak tempat nasi. Ia memasak untuk kedua anaknya bawa ke sekolah, agar kedua anaknya tetap sarapan pagi, meski tak di rumah.

"Ini untuk kakak, ini untuk adek. Di makan, ya?" Ucap Lilis memasukkan kotak bekal itu di dalam kedua tas anaknya.

Selesai itu, Agni pun mengantar Ari terlihat dahulu lalu Cakra. Karena sekolah Ari lebih dekat rumah dari pada Cakra. Sesampainya Ari di sekolah, Lilis kembali gas mobilnya hingga sampai di sekolah anak pertamanya. Cakra.

Beberapa menit kemudian...

"Belajar yang rajin, kak!" Ucap Agni mengulurkan tangannya untuk di cium sang anak.

Setelah Cakra mencium tunggu tangan bundanya, Cakra pun berjalan melewati koridor sekolah agar sampai di kelas. Setibanya di kelas, Cakra sudah di sapa oleh teman-teman kelas. Terutama Agni, gadis itu yang paling kencang suaranya.

"Akhirnya Lo datang juga, Cak." Sapa Agni di pagi hari untuk Cakra.

Cakra dengan wajah juteknya langsung melewati Agni dan teman-temannya. Cakra tak ingin membuat keributan di pagi hari ini, makanya ia hanya diam saja tanpa bersuara.

Agni yang tak puas karena tak mendengar suara Cakra, gadis itu pun mendekati Cakra. Ia ingin membuat Cakra bersuara di pagi hari ini.

"Cakra, main hujan yuk?!" Ajakan Agni tetapi Cakra tak menyahut apapun.

"Cak, sombong banget sih!" Ucap Agni lagi.

Saat Agni ingin menyenggol lengan panjang Cakra karena kesal, tiba-tiba ponsel lelaki itu berbunyi. Itu membuat Cakra langsung meraihnya dari kantong celananya. Saat di lihat dari namanya, bisa kita tau kalau itu adalah Ari.

"Assalamualaikum, bang."

"Waalaikumsalam."

"Kenapa?"

"Sombong amat!" Balas Ari.

"Kenapa sih, dek?" Tanya Cakra yang semakin kesal.

"Bang, yang semalam Abang ajarin ke aku, aku lupa. Gimana, dong?" Ucap Ari yang bersuara kecil. Ia bermaksud agar tak terdengar oleh siapapun di dalam kelasnya.

"Makanya, kalau abangnya lagi menjelaskan di perhatikan. Kan, jadi engga tau!" Ucap Cakra yang semakin kesal karena Ari tak mengingat apapun yang semalam ia jelaskan panjang lebar.

"Gimana, dong?" Tanya Ari.

"Engga tau!" Balas Cakra.

"Yasudah, adek matiin dulu telfonnya." Ucap Ari langsung mematikan telfon sepihak. Itu karena ada guru yang mendekatinya. Ari sekarang tengah ulangan harian.

Setelah berbicara dengan Ari, Cakra pun mengeluarkannya nafas leganya. Akhirnya ia tak mendengar suara sok cute itu lagi.

Setelah mengeluarkan nafas lega, nafas Cakra kembali naik lagi. Itu karena Agni yang sangat ribut.

"AGNI!" Suara kencang di buat oleh Cakra membuat seisi kelas menatap ke arahnya.

Agni dengan gembira saat melihat laki-laki yang ada di depannya ini bersuara. Suara Cakra seperti membuat Agni hidup, tanpa suara Cakra, Agni tak akan bisa berdiri kokoh di kelas saat ini.

"AKHIRNYA!" Ucap bahagia Agni bisa di lihat dari raut wajahnya.

Meski di lihat dari wajah Cakra tak berekspresi apapun, tapi dalam hatinya merasakan ada bunga-bunga yang mekar sambil bernyanyi. Hatinya seperti merasakan kenikmatan yang luar biasa.

🌧️🌧️

HUJAN BERBISIK UNTUKMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang