Part 15

18 3 0
                                    

Sebelum baca chapter ini,aku cuma mau bilang ide nya udah nggak ada🤧. Bingung mau endingnya kayak gimana. Karena aslinya (mereka berdua) masih berproses😌.

Ada usulan kah buat chapter selanjutnya?,kalau ada silahkan komen 👉

Warning!!!, Typo bertebaran!.

Happy Reading!!!.

Tara bersenandung ria di jalan menuju supermarket terdekat. Karena dekat jadi Tara memutuskan untuk berjalan kaki. Bundanya menyuruhnya untuk membeli minyak yang sedang langka itu. Sejak kejadian teror satu Minggu yang lalu,hidupnya tidak ada yang berubah bahkan menjadi lebih bahagia. Tara berfikir bahwa teror itu hanya ancaman belaka. Tak ingin memikirkan hal itu lebih jauh,dengan segera Tara menuju rak minyak goreng dan beberapa cemilan,tak lupa juga ice cream.

Malam ini antrian lumayan panjang,saat sudah tiba gilirannya dengan segera mengeluarkan uang dengan jumlah yang di sebutkan oleh mbak kasirnya. Saat membalikkan badan ingin keluar di pintu ada bayangan dengan postur lelaki dan semua badannya tertutupi warna hitam seperti sedang mengintai dirinya. Ingin mendekat dan mengetahui apakah yang di pikirannya benar namun,sebelum benar-benar mendekat orang misterius itu lari menjauh dengan sangat cepat membuatnya tak bisa mengejar.

Menghela napas gusar,Tara kembali memikirkan ancaman di surat itu "berbahagialah sekarang sebelum tangisan yang menemani dirimu" . Tak lama rautnya berubah ceria ketika melihat Adrian memasuki supermarket,dengan semangat kakinya melangkah mendekat ke depan pintu dan menunggu Adrian di sana.

"Haiii Kaneboo." Sapa Tara sembari melambaikan tangan,membuat cowok di hadapannya sedikit kaget .

"Kenapa malam-malam keluar sendiri?." Tanya Adrian sembari mencopot jaketnya dan di berikan kepada Tara. Membuat Tara merengut sebal.

"Nih ya Kanebo gue kasih tahu,cowok yang gantle mah ngasih jaket nggak di kasih gitu tapi langsung di pakaiin. Itu baru namanya lakikk!." Terang Tara,tak ingin membantah dan membuat mood gadis di depannya tambah buruk dengan segera memasangkan jaketnya di tubuh gadis itu.

Yang spontan membuat Tara mengulum bibirnya,menahan agar tidak tersenyum. Lamunan nya buyar ketika Adrian menjentikkan jarinya di depan wajahnya.

"Mau pulang bareng?." Tanyanya,lagi-lagi membuat Tara memasang ekspresi masam.

"Kanebo harusnya lo maksa gitu, gini gue contohin, "pulang bareng gue,nggak ada penolakan!." ,Gitu." Membuat Adrian berdecak kesal. Sangat tidak suka di banding-bandingkan dengan idaman cewek itu. Padahal sedari awal Adrian mencoba cara lembut untuk mengobrol dengan Tara tapi herannya Tara malah menyukai cara yang kasar.

Tak ingin berlama-lama dengan segera Adrian menarik tangan Tara untuk menuju ke motornya. Di perjalanan pulang, Tara berteriak, "Kanebo stopppp,ini bukan jalan rumah gue,gue pikir masih ingat ternyata udah nggak,puter lagi tadi harusnya belok kiri di gang depan." Ujar Tara namun tak di gubris dan tetap melanjutkan motornya. Membuat Tara berfikir macam-macam.

"Kanebo lo nggak mau culik gue kan?,jual organ gue?,gamaaauu puter balik sekarang,Bunda nanti nyariin." Panik bahkan sangat panik hingga matanya berkaca-kaca. Bayangan cowok memakai pakaian serba hitam tadi melintas di benaknya. Jangan-jangan...

"Mau sampai kapan di situ?." Tanya Adrian sontak membuat kesadaran Tara kembali. Dengan cepat Tara melompat dari motor dan menatap sekeliling dengan takut. Ini lokasinya seperti tanah lapang namun cahayanya remang-remang membuat pikiran kotornya kembali menguasai dirinya.

My Ice Boy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang