Malam itu, Neil terbangun dengan keadaan seluruh badan sakit semua. Entah hanya perasaannya atau memang kenyataan. Neil belum benar-benar terbangun seakan seluruh nyawanya masih melayang entah dimana. Pandangannya buram, telinganya penuh dengungan. Neil coba memejam, mungkin mimpi, mungkin kecelakaan tadi hanya mimpi.
Neil terpejam, mungkin ia kembali tertidur, seluruh badannya yang sakit makin lama makin hilang saking sakitnya. Entah Neil kehilangan kesadaran karena ia kesakitan atau memang terlelap karena obat.
Samar-samar telinganya mendengar orang berbicara amat pelan. Matanya dicoba membuka, tapi berat. Neil kembali terpejam. Tangannya bisa merasakan kalau ia memegang nurse call, tapi terlalu lemah untuk melakukan itu. Matanya sekali lagi dibuka, ada seseorang entah siapa berdiri di sampingnya, memakai pakaian khusus serba hijau, hanya terlihat mata, tapi Neil bisa dengar suara siapa.
"Aidan.."
"Kau sadar?"
"M-maaf." katanya terbata, parau, pandangannya masih buram tapi tetap mencoba membuka mata. "Aidan-"
"Neil, dengar. Dengarkan aku baik-baik. Aku akan pergi, dari istana, dari rumah, aku akan pergi meninggalkanmu."
Neil mengerjap lemah.
"Aku tidak bisa bisa tetap disini, aku muak, aku muak dengan segala tahta, gelar bangsawan dan tuntutan kerajaan. Aku tidak sanggup lagi." suaranya amat pelan, tapi penuh dengan tekanan. "Terserah kau mau melakukan apapun, menceraikan aku atau apa, aku tidak peduli Neil. Aku akan pergi. Kecelakaanmu buat aku makin susah!"
"M-maaf Aidan.."
"Jangan mencariku."
"Hnn.." sahutnya lemah. Tangannya susah payah meraih tangan Aidan. "Aidan... jaga dirimu."
"Tch."
"M-maafkan aku."
"Berhenti menangis padaku Neil."
"A-aku tidak akan menahanmu, kau bisa pergi. Maafkan aku.." Neil terisak, dadanya sakit sekali. "Maaf Aidan.."
Aidan tidak mengatakan apa-apa lagi, ia pergi. Meninggalkan Neil yang masih terisak. Pikirannya kemana-mana, menyalahi dirinya atas kecelakaan dan segala macam. Bahkan Neil tidak bisa menghentikan Aidan.
Neil rasa ia kembali tertidur saat itu, mungkin bayangan Aidan yang mengatakan akan pergi itu juga hanya sekadar mimpi dalam koma, entah. Tidak begitu jelas di bayangan Neil, bahkan Neil tidak bisa membayangkan wajah Aidan.
Sampai ia dengar suara ramai-ramai, mungkin dokter dan perawat yang mengurusnya. Memeriksa seluruh tubuhnya, mengganti oksigen Neil hanya dengan kanula. Meski belum sepenuhnya tersadar, tapi Neil sudah lebih baik dari sebelumnya.
Masih lebih banyak tertidur, dengan pikiran kemana-mana mencoba dikumpulkan, mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya dan keadaan sekitar.
Bisa Neil rasakan usapan lembut di kepalanya, saat ia buka matanya, ia lihat pemandangan yang sama. Neil pikir ia de javu karena terus mencoba mengingat apa yang Aidan katakan sebelumnya.
"Aidan.."
"A-aku-, aku Altin.."
"Altin?" Neil menjeda, memori yang samar itu terulang lagi, mulai berpikir siapa yang mengunjunginya tadi. Matanya dilebarkan, melihat sekitar, "Altin... aku di Rumah Sakit?" Neil merasa kecelakaannya tidak begitu nyata.
"Ya, Neil. Apa yang kau rasakan sekarang?"
"Tidak... tau." karena sebenarnya Neil tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri kecuali kepalanya yang tsrasa amat sakit seperti tertusuk dan diikat kuat. Tangannya membalas menggenggami tangan Altin, sesekali matanya mengerjap hanya untuk memandang Altin yang hanya terlihat matanya saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/315002724-288-k572724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wilted Heart (BL 19+) [COMPLETE]
Romance❝𝒀𝒐𝒖 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒎𝒂𝒓𝒓𝒚 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒐𝒏𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒄𝒂𝒏 𝒍𝒊𝒗𝒆 𝒘𝒊𝒕𝒉. 𝒀𝒐𝒖 𝒎𝒂𝒓𝒓𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒐𝒏 𝒘𝒉𝒐 𝒚𝒐𝒖 𝒄𝒂𝒏𝒏𝒐𝒕 𝒍𝒊𝒗𝒆 𝒘𝒊𝒕𝒉𝒐𝒖𝒕.❞ Itu sebabnya tidak seharusnya kita mempermainkan pernikahan. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸...