Pemuda Ahlul Qur'an

16 0 0
                                    

Suatu ketika, tepat saat matahari mulai meredupkan sinarnya, Aku dan dia sama-sama online malam itu. Tapi aku lebih memilih diam dan menahan diri untuk tidak berkomunikasi.

Padahal ada kabar yang ingin aku ketahui darinya,
Padahal ada pesan yang ingin aku sampaikan padanya,
Dan padahal ada rindu yang harus terobati olehnya.

Tapi...
Karena aku malu untuk menanyakan kabarnya,
Karena aku ga berani untuk menyampaikan pesan padanya,
Dan karena aku bingung bagaimana cara mengobati rasa rindu padanya.

Aku memilih diam untuk menyelesaikan itu semua, karena jikapun berkomunikasi belum tentu semuanya sesuai harapanku.

Dan menurutku...
Apa yg aku lakukan sudah tepat.
Karena saat hubunganku dengannya belumlah jelas dan halal, suatu rasa baiknya ga terlalu dan ga selalu harus diumbar dan diketahui olehnya.
Karena ketika takdir memutuskan dia bukan untukku, aku ga akan berat untuk melepaskan dan mengikhlaskannya.

Sekuat apapun Aku berusaha untuk selalu berkomunikasi dan menjaga hubungan yang dekat dengannya.
Jika dia bukan takdirku, maka mudah sekali untuknya pergi dariku.
Tapi, secuek apapun Aku dengannya, jika memang dia Sang penghuni lauhul mahfudz-ku, maka dengan sendirinya dia akan mendatangiku.
Dan akan berkata pada Ayahku
"Pak, saya ingin meminang putri Bapak".

Allah berfirman:

سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ

“Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Q.S. Yaasin: 36).

Detak Qur'anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang