Awal

453 42 22
                                    

Suara pintu tertutup rapat mengalihkan fokus Xavier yang sedang memasak. Dia melongokkan kepalanya dari pantry dapur demi melihat seorang remaja yang baru saja pulang.

Surai renjananya yang berantakan tidak menutup raut mukanya yang datar menatap Xavier.

"Apa?" tanya Julian ketika Xavier hanya diam menatapnya.

Xavier hanya menggeleng kemudian kembali memokuskan pada kegiatannya memasak. "Hari ini kau pulang begitu cepat."

Julian meletakkan tasnya ke atas sofa, rupanya Xavier hanya bertanya-tanya mengapa ia pulang begitu cepat. "Hari ini kegiatanku di kampus telah selesai."

"Ah, baiklah." Xavier mengangguk mengerti, dia mematikan kompornya kemudian melepaskan celemeknya. "Kau tidak keberatan dengan sup sayur?"

Julian menggeleng. Dia merasa tidak masalah dengan masakan yang dibuat pria yang selama ini tinggal bersamanya. Apapun yang Xavier masak, Julian akan memakannya.

"Bagaimana harimu?"

"Baik."

Xavier mendekatinya, ia berniat mengamati Julian lebih dekat ketika menyadari ada yang berbeda dari wajahnya.

"Apa ini?" tanya Xavier sambil menunjuk lebam keunguan dari tulang pipi pemuda dihadapannya.

Julian menyadari sesuatu ketika Xavier menanyakan lebam di wajahnya. Dia hanya mengusapnya sejenak. "Aku sempat terbentur saat menuruni gedung kampus."

"Kau yakin?"

Julian mengangguk. Dia menoleh kearah jam dinding, dimana waktu telah menunjukkan pukul lima sore.

"Xavier, kau akan terlambat bekerja." dalihnya sambil berlalu dari hadapan Xavier. "Bukankah kau punya jadwal operasi nanti? Aku akan beristirahat sebelum makan malam."

"Julian--"

"Kau tak perlu khawatir."

Blam!

Julian telah memasuki kamarnya tanpa membiarkan Xavier selesai berbicara. Xavier yang berniat mengajaknya mengobrol sekedar ingin lebih dekat dengannya hanya menarik nafasnya lesu.

Dia ingat bahwa ini bukan pertama kalinya melihat Julian mengalami luka lebam bekas membiru atau keunguan. Tapi, seperti biasa Julian akan menepis pertanyaannya dan menjauh seperti ini.

°°°°

Keduanya sudah lama tinggal bersama. Mungkin telah empat tahun lamanya jika dihitung dari Julian berusia 16 tahun.

Saat itu, Xavier merupakan dokter magang yang sedang menunggu ibunya dirawat di kamar rumah sakit. Dia menemukan Julian yang ingin bunuh diri dari atap rumah sakit ketika Xavier ingin mencari udara segar disana.

Otomatis, hati nuraninya sebagai dokter tergerak menyelamatkan anak itu. Namun, yang dia dapatkan hanya kemarahan dari Julian yang masih sangat belia.

"Kenapa kau membiarkanku hidup?! Aku ingin mati!!"

"Bagaimana bisa aku diam saja membiarkan pasien sepertimu bunuh diri? Gelarku sebagai dokter lebih baik dicabut saja!"

"Urus urusanmu sendiri! Jangan ganggu aku, sialan!" teriak Julian sambil memberontak berusaha melepaskan diri dari kekangan Xavier.

"Kau pasien dari kamar 132 bukan?! Seharusnya kau tidak berada disini!!"

Adu fisik tersebut dimenangkan oleh Xavier dikarenakan Julian masih lemah. Remaja itu hanya terkulai lemah karena ia kalah kekuatan dengan pria asing didepannya. Tangan dan kakinya masih digips, kedua tongkat yang membantu menopangnya berjalan terjatuh diatas lantai.

Bittersweet Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang