--Happy reading--
🪴🪴🪴
Draco bangun terlambat keesokan paginya dengan perasaan sedikit lebih buruk karena kelelahan; ia juga segera menyadari rasa stroberi dan Butterbeer yang bercampur di mulutnya, penglihatannya sedikit kabur dan matanya mungkin sekarang memerah; dan ingatannya tentang kejadian kemarin tidak seperti yang ia harapkan. Ia tahu ia minum terlalu banyak Butterbeer; tapi di luar itu, tentang pertemuannya dengan Kepala Sekolah, dan juga Luna Lovegood... seandainya mereka tidak tampak begitu nyata di ingatannya, ia bersumpah ia menganggap dirinya sedang bermimpi.
Namun, ketika ia melangkah ke Aula Besar setengah jam kemudian, insting pertamanya untuk percaya bahwa petualangannya kemarim bukanlah mimpi yaitu ketika Pansy Parkinson yang berpenampilan eksentrik menghampirinya saat ia melangkah ke meja untuk sarapan.
"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Pansy menuntut ketika Draco duduk dan mengambil beberapa bacon, "Aku mencarimu di sekitar halaman kastil kemarin, curiga kau sengaja kabur dari Three Broomsticks—"
"Apa yang membuatku sengaja kabur?" sela Draco.
"Akan lebih sopan jika kau berpamitan—"
"Aku Slytherin, aku tidak perlu mengatakan urusanku," ucap Draco mengingatkan, ia menyipitkan matanya; yang membuat Pansy bungkam.
Draco tidak menginginkan percakapan ini sekarang; ia ingin membereskan semuanya dengan Lovegood, untuk menjelaskan pada gadis itu bahwa tindakannya kemarin disebabkan karena dirinya mabuk dan bukan keinginannya. Ini lucu, matanya terus mencuri pandang ke kepala pirang Lovegood yang usianya lebih muda darinya, bahwa ia siap untuk bersikap tegas dan sopan dengan seorang Ravenclaw itu, tepat setelah ia baru saja menghina sesama Slytherin; tapi kemudian ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini adalah keadaan yang berbeda.
"Jadi, Draco," ucap Pansy setelah ada jeda cukup lama diantara mereka, "Aku bertanya-tanya," Ia sedikit merendahkan suaranya, "Mungkin kau ingin menghabiskan waktu dan berjalan-jalan denganku—"
"Tidak, terima kasih," potong Draco dengan jelas, karena ia baru saja melihat gadis Ravenclaw berambut pirang bangkit dari meja dan melangkah keluar Aula Besar. "Aku err... aku merasa sedikit tidak sehat pagi ini, aku akan kembali ke kamar."
"Tapi—" Pansy akan berbicara lagi saat Draco bangkit dari tempat duduknya.
"Tidak perlu mengikutiku," potong Draco dengan dingin saat ia berjalan keluar Aula Besar.
Koridor sangat penuh; Draco harus menyipitkan matanya ke arah satu orang yang berjalan menjauh, ia berjuang menerobos para murid yang datang dari arah berlawanan dan membuat kontak sesedikit mungkin sampai ia berada di samping Luna Lovegood. Gadis itu menoleh dengan alis terangkat dan ekspresi agak bingung.
"Oh halo," sapa Luna dengan nada tenang seperti biasa, alisnya tidak terangkat lagi, tapi tatapan bingungnya masih berlanjut, "Pagi ini indah, bukan?"
"Ya terserah," Draco mengabaikan Luna, "Dengar, apa kau ada waktu untuk berbicara tentang err... yang terjadi kemarin? Kurasa, aku perlu meluruskan semuanya."
"Tentu," kata Luna sambil tersenyum, "Apa lemari sapu itu cukup?" Ia menunjuk lemari sapu yang tak jauh dari sana.
Draco mengangkat bahu, "Terserah."
Bersama-sama mereka berdesakan di dalam lemari sapu yang agak pengap; Draco jelas tidak berpikir jernih saat ia menutup pintu dan menggumamkan mantra pembungkaman agar tidak terdengar dari luar. Menurutnya, ini bisa membantu meminimalisir hal buruk terjadi. Ketika ia berbalik menghadap Luna, ia agak terkejut ketika ia menyadari—dengan sangat cemas—bahwa gadis itu hanya berjarak beberapa inci dari wajahnya. Senyum Luna yang mempesona jelas merupakan umpan untuk sesuatu yang sedang berputar di dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lights Flower | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Jika Draco mengatakan tidak menyukai Luna, itu tidak sepenuhnya benar. Jika ia mengatakan membenci kehadiran Luna, itu juga tidak benar. Jika ia menyuruh Luna berhenti menciumnya, tapi ia menikmatinya juga. Lalu apa yang harus ia katakan? ...