[5]

1.3K 110 34
                                    

Pagi buta ini, Hinata berjalan menuju gerbang Konoha lengkap dengan pakaian dan peralatan misinya. Hari ini tim 8 akan berangkat misi untuk menyelidiki menghilangnya para shinobi pemula di suatu desa terpencil. Misi ini tingkat A, jadi membutuhkan waktu yang agak lama, entah sampai kapan. Sebetulnya suasana hati Hinata sedang sangat tidak baik. Tidak tahu kenapa hatinya sangat merindukan kakaknya, Neji. Mungkin karena hatinya masih kalut, dia takut mengenai rusaknya hubungannya dengan orang yang sangat dia cintai, yaitu Naruto. Di saat seperti ini, Neji benar-benar bisa menjadi sandaran baginya. Hinata merasakan kehilangan, lagi. Gadis itu masih menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian Neji, meskipun teman-temannya sudah menenangkan pikirannya dengan mengatakan bahwa itu bukan kesalahannya, tidak ada yang mau seperti ini.

Hinata terhenti dari langkahnya, dia termenung sebentar, lalu menunduk, dan tiba-tiba menangis. Astaga suasana hatinya benar-benar buruk! Padahal dia harus segera berangkat misi. Haruskah dia mengunjungi  peristirahatan terakhir Neji dulu? Jika terus seperti ini dia takut akan menjadi beban bagi tim 8. Lagi pula ini masih terlalu awal untuk menunggu Kiba dan Shino. Tidak-tidak. Jika dia ke sana, yang ada malah dia menangis tidak karuan dan akan memakan waktu yang lama. Itu justru akan menghambat tim 8. Dengan sikap tenang namun hati berantakan, Hinata mengusap lembut air mata di pipinya. Dia mengibas-kibaskan tangannya ke arah mukanya untuk menghilangkan warna merah dan nuansa sembab karena telah menangis. Cuaca yang masih dingin membuat mukanya lebih memerah setelah menangis dibandingkan saat cuaca hangat, itu hal wajar. Tidak ada yang boleh tahu bahwa dia baru saja menangis, apalagi tim 8. Jika mereka tahu, masalah tak penting ini akan membesar dan melebar ke mana-mana.

Hinata melanjutkan langkahnya dengan tangan yang masih mengipasi muka, sepertinya wajah ayu itu sudah tidak semenyedihkan tadi. Dia berjalan dengan sedikit menunduk, mungkin karena kebiasaan? Pikirannya masih tertuju pada 2 orang, yaitu Naruto dan Neji. Dia berpikir hidupnya selalu berantakan, bahkan dia tidak beruntung dalam hal percintaan. Sampailah Hinata di gerbang Konoha. Matanya terbuka lebar karena terkejut melihat seseorang sedang berdiri dan bersandar di gerbang itu.

"Yo, Hinata." Ucap Naruto dengan nada yang sangat halus.

Jarak Naruto dan Hinata agak jauh untuk melakukan dialog, dan Hinata masih terdiam di tempat. Dengan senyum yang sangat indah dan berseri-seri Naruto melangkah mendekat pada Hinata. Tentu saja Hinata sedang kewalahan menahan detak jantungnya, senyum Naruto benar-benar membuatnya gila! Gadis itu mematung dan sedang mabuk kepayang, jangan lupakan wajahnya yang sudah semerah tomat. Tapi tunggu dulu, Hinata baru menyadari sesuatu. Dia tahu hari ini tim 7 juga mendapat misi. Tapi mereka akan berangkat di siang hari dan ini masih pagi buta. Bahkan lampu jalanan masih menjadi penerang alam. Lalu untuk apa Naruto termenung di gerbang Konoha? Atensinya beralih pada bungkusan di tangan Naruto. Apa Naruto baru saja belanja? Tapi toko siapa yang buka di pagi buta semacam ini?!

"Selamat pagi," sapa Naruto tepat di depan Hinata. Naruto memandangi wajah cantik Hinata untuk beberapa saat, tentu saja sambil menampilkan senyuman. Kalian harus tahu, senyuman yang seperti itu tak pernah dia berikan pada siapapun, hanya untuk Hinata. Senyuman yang sangat lembut dengan binar mata yang sorotannya sangat halus. Jika boleh jujur, akan banyak yang iri pada Hinata, terlebih lagi para penggemar Naruto. Naruto tak kuasa menahan rasa gemas dan bahagianya melihat wajah Hinata di awal pagi seperti ini, apalagi hanya ada mereka berdua. Naruto telah meminta shinobi yang bertugas menjaga gerbang untuk digantikan olehnya, setidaknya sampai matahari terbit sempurna. Yah tentu saja dia sudah ada di sini sejak satu jam yang lalu, hanya untuk menemui Hinata. Dan ini menjadi rahasia, sebenarnya dia telah meminta Kiba dan Shino untuk datang terlambat agar dia bisa berduaan dengan cintanya itu. Naruto yang sudah tak tahan lalu mengacak halus ujung kepala Hinata, dan itu sukses membuat Hinata berdebar kencang. Hinata yakin Naruto mendengar jelas debarannya itu. Ini sungguh memalukan!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trust Me, Hinata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang