[3]

792 79 16
                                    

Hinata melangkahkan kakinya terburu-buru. Dia tahu Naruto sedang mengejarnya. Tak habis akal, Hinata masuk ke dalam pasar. Kebetulan sekali pasar sedang sangat ramai, mengingat semua orang sedang berebut kebutuhan sehari-hari setelah semalam panik bukan main. Kabarnya bumi akan hancur, jadi mereka tidak mempedulikan harta bendanya, hanya ingin cepat sampai di pengungsian bawah tanah Konoha.

"Hinata! Oi! Tunggu dulu!" Teriak Naruto yang ikut masuk ke kerumunan pasar. Naruto hanya ingin memastikan bahwa Hinata tidak menghindarinya, dan tentunya menanyakan jawaban dari pertanyaannya. Dia kebingungan, rasanya tidak ada kesalahan yang dilakukannya. Apa Hinata marah? Tapi karena apa? Bukankah semalam baik-baik saja?

Hinata masuk ke dalam salah satu toko roti. Toko itu tidak terlalu ramai saat ini, tapi di dalamnya banyak sekali rak roti. Dia bersembunyi di salah satu rak roti toko itu. Hinata merapalkan doa pada Tuhan supaya Naruto tidak menemukannya. Bukannya apa-apa, hatinya sangat ingin bertemu Naruto, sungguh. Tapi, sekali lagi pikirannya menolak semuanya. Dia masih tidak tahu harus bicara apa pada Naruto, bahkan tidak tahu harus bertingkah bagaimana saat ada Naruto.

Setelah beberapa saat, tidak ada tanda bahwa Naruto akan masuk toko itu. Tingkahnya sedari tadi memang mengundang wajah curiga beberapa pelanggan roti di sana. Supaya tidak timbul hal yang tidak diinginkan, Hinata memilih membeli beberapa roti untuk Tou-samanya, sekalian saja diberikan saat menjemput Tou-samanya. Dengan nafas lega, Hinata keluar dari toko roti. Dia harus cepat pergi sebelum bertemu Naruto maupun temannya yang lain. Pikirannya menuju ke rumah sakit, pasti Hanabi sudah sampai.

"Tunggu," ucap Naruto yang tiba-tiba muncul. Naruto dengan segera memegang tangan Hinata.

Betapa terkejutnya gadis itu, Naruto menunggunya dengan bersembunyi di sekitar toko roti itu. Ini salahnya, dia begitu naif berpikir bahwa pahlawan dunia shinobi tidak bisa melacak keberadaannya. Dia juga mengutuk dirinya sendiri karena tidak menggunakan byakugannya untuk memastikan Naruto sudah pergi. Tingkat takutnya makin tinggi saat Naruto membawanya ke tepi pasar, apalagi di situ hanya ada mereka berdua.

Naruto masih setia memegang tangan Hinata, seakan Hinata adalah punyanya dan tidak boleh ke mana-mana. Hinata berusaha melepas tangan Naruto. Tentunya itu sia-sia, Naruto tidak mau melepas tangan Hinata. "Etto, bisa lepas tanganku dulu? Ini sakit," ucap Hinata berbohong. Pegangan Naruto memang tidak bisa lepas, tapi itu tidak menyakitkan sama sekali.

"Kau bohong, Hinata," ucap Naruto dalam hati. Tak dapat disembunyikan, saat ini Naruto sedang memasang wajah sedih dan memelas. Naruto tahu betul dia tidak mencengkeram tangan Hinata, hanya memegang tangannya dan mempertahankan posisi. Mungkin begitulah bahasa cinta dari seorang Naruto? Naruto kemudian melepas genggaman tangannya pada tangan Hinata. "Maafkan aku. Aku tidak berniat menyakitimu."

Perkataan Naruto itu membuat mata Hinata memanas, dia harus menahan air matanya mati-matian supaya tidak jatuh. Hatinya sedih sekali mendengar Naruto meminta maaf, hanya untuk kebohongannya. Entah karena memang dia dididik menjadi putri atau memang punya hati yang gampang tersentuh, tapi dia merasa sangat bersalah dan menjadi pihak antagonis. Hinata tidak berani memandang mata sebiru lautan milik Naruto, dia hanya menunduk. "Em. Ada apa Naruto-kun?"

"Hinata, apa aku berbuat sesuatu yang membuatmu marah?" Naruto sudah tak dapat berbasa-basi lagi. Jika dia memberikan percakapan tak berbobot mungkin Hinata akan pergi lagi beralasan menjemput Tou-samanya.

"Te-tentu saja tidak. Maafkan aku membuatmu berpikir demikian, Naruto-kun." Jawab Hinata dengan menahan pita suaranya agar tidak bergetar. Jujur saja, saat ini dia berharap bisa menghilang dari bumi. Atau juga berharap Naruto yang di depannya hanyalah bunshin, jadi kalau ada anak kecil tidak sengaja melempar batu, pria di depannya itu bisa hilang. Tapi rupanya itu mustahil.

Trust Me, Hinata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang