a trauma

2.4K 179 4
                                    

Vote and comen
•••

Jisung meringkuk ketakutan saat suara petir terus menggelegar di luar kamarnya, kilatan cahaya terus melewati jendela kamarnya.

"R-renjun Hyung?Jaemin Hyung? Kalian kemana? Ji takut" Jisung memegang kepalanya, dia terus mengingat kedua Hyungnya itu, karena dulu setiap ada Sambaran petir dan hujan lebat begini mereka selalu ada, memeluknya dan memberi kata penenang.

namun sekarang Hyungnya menghilang, dia ditinggalkan, dia sendirian sekarang.

Jisung kembali menangis, trauma masa lalunya kembali, ingatannya beralih pada saat dimana dirinya dan kedua orang tuanya kecelakaan.

hanya dirinya yang selamat, namun karena dirinya selamat membuat dirinya di benci oleh keluarga sang papa dan mama, dirinya selalu dicaci dan mereka selalu mencercanya dengan kata 'pembunuh'

Jisung hampir frustasi kala itu, namun Jaemin dan Renjun membuat dirinya kembali kuat, dirinya di adopsi dan kembali mendapat kasih yang layak.

'dasar pembunuh, sudah membunuh orang tuanya sekarang dia datang kesini?apa dia ingin membunuh kita juga?'

'dasar tidak tau malu, kalau tau dia lahir hanya untuk menjadi pembunuh lebih baik di gugurkan'

'pembunuh'

'pembunuh'

'pembawa sial'

'anak gila'

'Pembunuh'

'kau pembunuh park Jisung'

'kau ingin membunuh kami juga?'

'dasar pembunuh'

'pembunuh'

"Ji bukan pembunuh!!" Jisung menutup rapat telinganya saat kata-kata itu kembali datang, menghantuinya disertai suara gelegar petir di luar sana.

"BUKAN JI!"

"Itu bukan kemauan Ji!!"

"Maafin Ji, Ji gatau harus gimana"

"nenek, Ji ga bunuh papa sama mama" ucap Jisung dengan nada lemah.

"Maaf nenek... Ji bukan pembunuh"

Pintu kamar Jisung terbuka, Jeno disana berlari cepat memeluk Jisung saat mendengar pekikan Jisung. dia mengusap punggung yang bergetar itu, ya.

Jisung menangis.

dia terus meracau dan mengucapkan kata pembunuh serta maaf berkali-kali.

"stt sudah Ji, iya kamu bukan pembunuh, kamu orang baik, ga mungkin kamu ngebunuh, udah ya" bisik Jeno, jujur Jeno merasa sesak melihat tangis Jisung yang kali ini, mata Jisung tidak bisa berbohong kalau saat itu dia sedang berada dititik terendahnya.

"Jaemin Hyung... Ji bukan pembunuh yakan?" Tanya Jisung pada Jeno didepannya, Jeno sedikit mengernyit mendengar kata Jaemin, namun dia memilih mengangguk saja.

Mungkin Jisung sekarang sedang berada dialam bawah sadarnya.

"Iya sayang, kamu bukan pembunuh. Sekarang tidur lagi ya" ucap Jeno lembut.

Jisung menggeleng ribut, dia kembali terisak "tapi mereka bilang hiks, Ji pembunuh"

"hiks maaf, maaf Ji harus lahir kedunia ini untuk jadi pembunuh Hyung, maaf..."

"nenek maaf, karena Jisung nenek harus kehilangan anak nenek"

"Ji, Ji lihat Hyung" Jisung yang tadinya menangis sembari terus meracau di dada Jeno itu mendongak menatap Jeno sendu.

Jeno memegang lembut kedua pipi Jisung, mata mereka bertemu.

"Dengar Hyung, Ji bukan pembunuh, Ji ga perlu minta maaf untuk kesalahan yang bukan Jisung lakukan, itu bukan salah Jisung, itu sudah takdir Jisung, berhenti minta maaf dan tidur, oke?" Jelas Jeno, setetes air mata keluar dari mata Jisung sebelum akhirnya dia mengangguk cepat lalu merebahkan tubuhnya dan mulai menutup matanya.

Namun tangan Jisung masih memegang erat tangan Jeno, Jeno tau Jisung ketakutan jadi dia membiarkan saja.

Jeno sebenarnya kurang tau apa masalah dari Jisung, tapi Jeno bisa menyimpulkan cerita itu sendiri kalau mendengar racauan Jisung.

dan Jeno yakin itu memang bukan kesalahan yang Jisung lakukan.

' Jensung Area '

Jisung pagi ini sudah bangun dan merasa tubuhnya sudah lebih baik dari hari kemaren, dia sekarang tengah duduk diatas kasurnya, menatap kosong kearah jendela kamar.

entah apa yang di fikirkannya.

"Jisung makan makananmu" dari arah belakang tanpa Jisung sadari Jeno telah masuk, membawakan senapan makanan serta segelas air padanya.

"Jeno?apa tadi malam terjadi sesuatu?" tanya Jisung to the point, hal itu yang sedari tadi di fikirkannya.

Jeno mengernyit, tidak mengerti kearah mana pertanyaan Jisung.

"gue gapapa semalam?" tanya Jisung lagi, lebih memperjelas.

Sekarang Jeno paham, sepertinya Jisung tidak mengingat kejadian semalam.

Jeno menggeleng pelan "engga, sekarang makan" ucapnya sembari meletakan nampan di atas meja yang tidak jauh dari Jisung duduk, lalu menarik meja itu untuk mendekati Jisung.

mendengar ucapan Jeno membuat Jisung mendesah lega, karena dirinya semalam bermimpi memeluk Jeno namun dirinya mengucapkan orang itu sebagai Jaemin. dan bisa dikatakan hal itu terasa seperti mimpi.

"kenapa?" Tanya Jeno

"Hah?"

"kenapa tiba-tiba nanya kayak gitu?" Tanya Jeno kembali, Jisung menggeleng cepat.

"gapapa, mimpi" ucapnya lalu melahap makanan didepannya.

Jeno terkekeh kecil mendengar jawaban dari Jisung, mungkinkah bocah manis didepannya ini mengingat kejadian semalam dan mengira itu hanya mimpi?

hahaha lucu, Jeno jadi semakin menyukainya.

to be continue...

yuhuuu gimana nih dari hari ke hari??
Bagaimana respon kalian tentang Jeno?

Jeno udah baik lohh

vote and comen dongg, aku suka banget baca komenannya...

Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang